Kamis, 22 Juli 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EFUSI PLEURA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN EFUSI PLEURA

A. Definisi
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995)

B. Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
 Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Peningkatan tekanan negative intrapleural
 Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
C. Tanda dan Gejala
 Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
 Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
 Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
 Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
 Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
 Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

D. Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

E. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
 Ultrasonografi
 Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
 Cairan pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam (untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel malignan, dan pH.
 Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

F. Penatalaksanaan medis
 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (co; gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
 Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan disneu.
 Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari tatau minggu, torasentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasiruang pleura dan pengembangan paru.
 Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan kedalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
 Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.

G. Water Seal Drainase (WSD)
1. Pengertian
WSD adalah suatu unit yang bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara dan cairan melalui selang dada.

2. Indikasi
a. Pneumothoraks karena rupture bleb, luka tusuk tembus
b. Hemothoraks karena robekan pleura, kelebihan anti koagulan, pasca bedah toraks
c. Torakotomi
d. Efusi pleura
e. Empiema karena penyakit paru serius dan kondisi inflamasi

3. Tujuan Pemasangan
 Untuk mengeluarkan udara, cairan atau darah dari rongga pleura
 Untuk mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
 Untuk mengembangkan kembali paru yang kolap dan kolap sebagian
 Untuk mencegah reflux drainase kembali ke dalam rongga dada.

4. Tempat pemasangan
a. Apikal
 Letak selang pada interkosta III mid klavikula
 Dimasukkan secara antero lateral
 Fungsi untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Basal
 Letak selang pada interkostal V-VI atau interkostal VIII-IX mid aksiller
 Fungsi : untuk mengeluarkan cairan dari rongga pleura

5. Jenis WSD
• Sistem satu botol
Sistem drainase ini paling sederhana dan sering digunakan pada pasien dengan simple pneumotoraks
• Sistem dua botol
Pada system ini, botol pertama mengumpulkan cairan/drainase dan botol kedua adalah botol water seal.
• System tiga botol
Sistem tiga botol, botol penghisap control ditambahkan ke system dua botol. System tiga botol ini paling aman untuk mengatur jumlah penghisapan.

H. Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala : dispneu dengan aktifitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, disritmia, irama jantung gallop, hipertensi/hipotensi, DVJ
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan, gelisah
4. Makanan / cairan
Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus
5. nyeri/kenyamanan
Gejala tergantung ukuran/area terlibat : Nyeri yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi
6. Pernapasan
Gejala : Kesulitan bernapas, Batuk, riwayat bedah dada/trauma,
Tanda : Takipnea, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada, retraksi interkostal, Bunyi napas menurun dan fremitus menurun (pada sisi terlibat), Perkusi dada : hiperresonan diarea terisi udara dan bunyi pekak diarea terisi cairan
Observasi dan palpasi dada : gerakan dada tidak sama (paradoksik) bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan (area sakit). Kulit : pucat, sianosis,berkeringat, krepitasi subkutan

I. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru (akumulasi udara/cairan), gangguan musculoskeletal, nyeri/ansietas, proses inflamasi.
Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan, penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis, GDA taknormal.
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
- Menunjukkan pola napas normal/efektif dng GDA normal
- Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
Intervensi :
 Identifikasi etiologi atau factor pencetus
 Evaluasi fungsi pernapasan (napas cepat, sianosis, perubahan tanda vital)
 Auskultasi bunyi napas
 Catat pengembangan dada dan posisi trakea, kaji fremitus.
 Pertahankan posisi nyaman biasanya peninggian kepala tempat tidur
 Bila selang dada dipasang :
a. periksa pengontrol penghisap, batas cairan
b. Observasi gelembung udara botol penampung
c. Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
d. Awasi pasang surutnya air penampung
e. Catat karakter/jumlah drainase selang dada.
 Berikan oksigen melalui kanul/masker

2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan selang dada)
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien mengatakan nyeri berkurang atau dapat dikontrol
- Pasien tampak tenang
Intervensi :
 Kaji terhadap adanya nyeri, skala dan intensitas nyeri
 Ajarkan pada klien tentang manajemen nyeri dengan distraksi dan relaksasi
 Amankan selang dada untuk membatasi gerakan dan menghindari iritasi
 Kaji keefektifan tindakan penurunan rasa nyeri
 Berikan analgetik sesuai indikasi
3. Resiko tinggi trauma/henti napas b.d proses cidera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan
Tujuan : tidak terjadi trauma atau henti napas
Kriteria hasil :
- Mengenal kebutuhan/mencari bantuan untuk mencegah komplikasi
- Memperbaiki/menghindari lingkungan dan bahaya fisik
Intervensi :
 Kaji dengan pasien tujuan/fungsi unit drainase, catat gambaran keamanan
 Amankan unit drainase pada tempat tidur dengan area lalu lintas rendah
 Awasi sisi lubang pemasangan selang, catat kondisi kulit, ganti ulang kasa penutup steril sesuai kebutuhan
 Anjurkan pasien menghindari berbaring/menarik selang
 Observasi tanda distress pernapasan bila kateter torak lepas/tercabut.

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan
Tujuan : Mengetahui tentang kondisinya dan aturan pengobatan
Kriteria hasil :
- Menyatakan pemahaman tentang masalahnya
- Mengikuti program pengobatan dan menunjukkan perubahan pola hidup untuk mencegah terulangnya masalah
Intervensi :
 Kaji pemahaman klien tentang masalahnya
 Identifikasi kemungkinan kambuh/komplikasi jangka panjang
 Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, nutrisi, istirahat, latihan
 Berikan informasi tentang apa yang ditanyakan klien
 Berikan reinforcement atas usaha yang telah dilakukan klien .



DAFTAR PUSTAKA

1. Baughman C Diane, Keperawatan medical bedah, Jakrta, EGC, 2000.
2. Doenges E Mailyn, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Ed3. Jakarta, EGC. 1999
3. Hudak,Carolyn M. Keperawatan kritis : pendekatan holistic. Vol.1, Jakarta.EGC. 1997
4. Purnawan J. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Ed2. Media Aesculapius. FKUI.1982.
5. Price, Sylvia A, Patofisiologi : Konsep klinis proses-pross penyakit, Ed4. Jakarta. EGC. 1995.
6. Smeltzer c Suzanne, Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and Suddarth’s, Ed8. Vol.1, Jakarta, EGC, 2002.
7. Syamsuhidayat, Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Jakarta, EGC, 1997.
8. Susan Martin Tucker, Standar perawatan Pasien: proses keperawatan, diagnosis, dan evaluasi. Ed5. Jakarta EGC. 1998.

Rabu, 21 Juli 2010

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

Konsep Dasar Nutrisi
Istilah gizi berasal dari bahasa arab gizawi yang bearati nutrisi. Oleh para ahli istilah tersebut diubah menjadi gizi.gizi adalah substansi organic dan non-organik yang ditemukan dalam makanan dan di butuhkan dalam tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (Kozier, 2004).Kebutuhan gizi seseorang ditentukan oleh factor usia,jenis kelamin,jenis kegiatan, dan sebagainya. (BKKBN,1988).
Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang yang berasal dari makanan.karenanya manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh zat-zat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi tersebut.nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh,mengatur proses-proses dalam tubuh,sebagai sumber tenaga,serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit.dengan demikian fungsi utama nutrisi (Suitor & Hunter,1980).adalah untuk memberikan energy bagi aktifitas tubuh,membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh,serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh.
Konsep dasar nutrisi kita mengenal sebuah istilah yang disebutdengan nutrien.nutrien adalah sejenis zat kimia organic atau anorganik yang terdapat dalam makanan yang di butuhkan oleh tubuh yang menjalankan fungsinya.setiap nutrient memiliki komposisi kimia tertentu yang akan menampilkan sekurang-kurangnya satu fungsi khusus pada saat makanan dicerna dan diserap oleh tubuh.asupan makanan yang adekuat terdiri atas enam zat nutrisi esensial (kelompok nutrient) yang seimbang,Nutrien mempunyai tiga fungsi utama yaitu:
1. Menyediakan energy untuk proses dan pergerakan tubuh.
2. Menyediakan “struktur material” untuk jaringan tubauh seperti tulang dan otot.
3. Mengatur proses tubuh.

Energy yang dihasilkan oleh nutrient atau makanan disebut sebagai “nilai kalori”.kalori = energy yang digunakan untuk pembakaran.
Jumlah kalori yang di hasilkan nutrien (Suitor & Hunter,1980):
1 g karbohidrat dan protein : 4kkal
1 g lemak : 9 kkal
Rata-rata pemasukkan energy (Guyton,19860):
45% energy dari karbohidrat.
40% energy dari lemak.
15% energy dari air.

AIR
Air merupakan sumber kehidupan yang utama bagi mahluk hidup yang di samping oksigen.Manusia dapat bertahan hidup selama beberapa minggu tanpa makanan,

Fungsi zat nutrisi bagi tubuh ( Sherington & Gaman, 1992).
Zat nutrisi Fungsi

Air Penting untuk kelangsungan proses-proses dalam tubuh.
Karbohidrat Sebagai sumber energy.

Protein Penting untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan,juga dimanfaatkan sebagai sumber energy.
Lemak Sebagai sumber energy.
Vitamin Mengatur proses-proses dalam tubuh.

Mineral Mengatur proses-proses dalam tubuh,sebagian digunakan juga untuk pertumbuhan dan penggantian jaringan.














Tetapi hanya sanggup bertahan bebehari tanpa mengkonsumsi cairan.Air meliputi 60% - 70% berat, badan individu dewasa dan 80% berat badan bayi (Potter & Perry,1992).individu dewasa dapat kehilangan cairan kurang lebih 2-3 liter / hari melalui keringat, urin,pernapasan.untuk mempertahankan keseimbangan cairan dalam sel jumlah cairan yang keluar harus diimbangi dengan jumlah cairan yang masuk. Individu dewasa rata-rata memerlukan 6-8 gelas air / hari.
Air memeliki peranan yang besar bagi tubuh.selain sebagai besar komponen penyusun sel utama, air juga berperan dalam menyalurkan zat-zat makanan menuju sel.fungsi air bagi tubuh sendiri adalah untuk membantu proses atau reaksi kimia dalam tubuh serta berperan mengontrol temperature tubuh.tidak ada satupun orang yang mampu berfungsi tanpa air.
Oleh karena itu, tubuh akan berupaya menjaga keseimbangan cairan ( asupan dan haluaran) melalui proses homeostatis.air tidak dapat disimpan dalam tubuh, dan karenanya tubuh memerlukan asupan yang teratur. Air masuk kedalam tubuh melalui makanan dan minuman.banyak makanan, yang dari segi strukur tampak agak padat, ternyata banyak mengandung air. Contohnya sayuran dan buah-buahan.
Didalam tubuh,air terbentuk melalui sebuah reaksi kimia.saat nutrient dalam sel dioksidasi guna melepaskan energy, reaksi tersebut akan menghasilkan karbon dioksida dan air.kehilangan cairan tubuh sebanyak kurang lebih 1,5 liter / hari adalah hal yang tidak dapa di elakkan.ginjal harus memproduksi sekurang-kurangnya 60 ml urin perjam untuk membuang sisa hasil toksifikasi.
Kandungan air pada beberapa makanan.
Bahan makana % Air
Melon 94
Bir 93
Kubis 88
Susu 88
Apel 84
Jeli 84
Kentang 76
Telur 75
Steak daging 67
Roti tawar 39
Keju, cheddar 37
Mentega 15
Tepung terigu 13
Keripik jagung 7
Gula 0

Keseimbangan Cairan Pada Pria Dewasa Pada Daerah Beriklim Sedang
Asupan (input) Ml/hari Haluaran (output) Ml/hari
Minuman 1300 Urine 1500
Makanan 900 Keringat 550
Oksidasi nutrient
300 Penguapan
Tinja 350
100
Total 2500 Total 2500

Selain itu,air juga keluar melalui penguapan melalui dipermukaan kulit dan sebagian kecil melalui tinja.
Karbohidrat
Karbohidrat adalah kelompok nutrient yang penting dalam susunan makanan.Fungsinya adalah sebagai sumber energy bagi tubuh.senyawa ini mengandung unsure karbon,hydrogen dan oksigen.dihasilkan oleh tanaman melaluiproses fotosintesis yang dapat di nyatakan dengan persamaan berikut.
6 C02 + 6 H2O klorofil C6H12O6 + 6 O2
6 CO2 : Karbon dioksida (dari udara)
6H2O : Air ( dari tanah)
Klorofil : Bantuan cahaya matahari ( energy solar)
C6H12O : Glukosa karbohidrat lain.
6 O2 : Osigen ( di lepaskan di udara ).
Klorofil adalah zat warna atau pigmen hijau yang menyerap energy dari matahari.Dengan bantuannya, tanaman mampu membentuk karbohidrat dari bahan dasar CO2 dan air.
Jenis-Jenis Karbohidrat
Ada berbagai jenis karbohidrat,tetapi secara umum kita dapat mengelompokkannya menjadi tiga berdasarkan ukuran molekulnya,yaitu monosakarida,disakarida,dan polisakarisa.Ukuran molekul monosakarida lebih kecil daripada disakarida, sedangkan disakarida lebih kecil daripada polisakarida.Dalam hal ini, ukuran molekul polisakarida adalah yang paling besar dan termasuk kedalam golongan senyawa non-gula. Sedangkan monosakarida dan disakarida termasuk kedalam golongan senyawa gula.
Monosakarida
Gula monosakarida umumnya terdapat dalam panganan.Gula jenis ini mengandung enam atom karbon,dan mempunyai rumus umum C6H12O6.Ada tiga senyawa monosakarida yang paling penting, yaitu:
Glukosa ( dekstrosa ). Glukosa terdapat jumlah yang bervariasi dalam sayuran dan buah-buahan.Kadar glukosa yang tinggi di temui pada buah anggur,sedangkan kadar yang lebih rendah di jumpai pada sayuran,seperti kapri muda dan wortel.Senyawa ini juga di jumpai dalam darah binatang.Sirup glukosa atau glukosa komersial bukan merupakan glukosa murni,tetapi campuran dari glukosa,senyawa karbohidrat lain, dan air.
Fruktosa ( laevulose ).Senyawa ini secara kimia mirip dengan glukosa,tetapi susunan atom dan molekulnya sedikit berbeda.Fruktosa dijumpai bersama glukosa di banyak buah-buahan dan madu.
Galaktosa. Senyawa inii secara kimia mirip dengan glukosa. Tidak seperti glukosa dan fruktosa, galaktosa tidak ditemui dalam panganan dalam bentuk aslinya. Senyawa ini di hasilkan apabila senyawa disakarida laktosa dipecah dalam pencernaan.

Disakarida
Karbohidrat jenis ini mempunyai rumus umum C12 H22O 11. Senyawa tersebut terbentuk jika dua molekul monosakarida bergabung dengan melepaskan satu molekul air.
Pembentukkan disakarida :
Glukosa + Fruktosa Sukrosa + Air
Glukosa + Galaktosa Laktosa + Air
Glukosa + Glukosa Maltosa + Air
Sukrosa.
Sehari-harinya, senyawa ini dikenal sebagai gula dan dihasilkan dari tanaman melalui proses kondensasi antara glukosa dan fruktosa. Sukrosa dapat dijumpai dalam berbagai jenis sayuran dan buah, didalam jumlah yang relative besar. Dari tebu dan bit gula itulah gula komersial diekstraksi.
Produksi dan pemurnian gula. Gula tebu dan bit gula mengandung kurang lebih 15% sukrosa. Tanaman tersebut banyak dibudayakan dinegara-negara tripis. Proses ekstraksi gula ddilakukan dengan menghancurkan tebu dan menyemprotkannya dengan air sehingga sukrosa terdifusi kedalam air. Kotoran yang aada Dallam larutan dihilangkan dengan pemberian kapur dan karbondioksida. Langkah tersebut kemudian dilangjutkan dengan proses evaporasi. Gula kasar y6ang diperoleh selanjutnya dimurnikan dengan metode sentrifaugasi dan pencucian guna maeanghilangkan sisa-sisa tetes. Gula ini mengandung sukrosa 96%. Gula kemudian diperlakukan dengan air kapur dan karbondioksida untuk menghilangkan kotoraan yang tersisa, aarang batu bara untuk menghilangkan warna (pemucatan) larutan, dan evaporasi fakum untuk mengkristalkan sukrosa. Kristal gula yang dihasilkan kemudian dipisahkan dari sisa siirup dan tetes melalui sentrifugasi, dan selanjutnya di keringka. Tetes yang merupakan hasil sampuingan terbesar produksigula digunakan sebagai ingredient (bahan penyusun) oleh produsen pangan adan ransomternak. Tetes dapat pula difermentasikan menjadi rum.
Laktosa
Gula ini terbentuk dari proses kondenisasi glukosa dan galaktosa. Senyawa ini hanya dijumpai dalam susu dan merupakan satu-satunya karbohidrat yang mengandung didalamnya.


Maltose
Molekul maltose terbentuk dari hasil kondensasi dua molekul glukosa. Selama perkecambahan biji barley, pati diuraikan menjadi maltose. Malt suatu ingredient penting dalam pembuatan bir, dihasilkan dari proses ini.
Sifat-sifat disakarida meliputi :
Tampilan dan kelarutan. Semua gula berwarna putih, berbentuk seperti Kristal, dan larut dalam air.
Ras manis. Semua gula memiliki rasa yang manis, tetapi kadarnya berbeda satu sama lain. Untuk membandingkan rasa manis berbagai jenis gula, kita dapat menggunakan skala nilai. Dalam skala ini, rasa manis sukrosa dianggap bernilai 100.
Hidrolisis. Disakarida dapat terhidrolisis menjadi monosakarida. Hidrolisis adalah suatu proses pemecahan molekul secara kimiawi dengan pengikatan dikenal juga dengan istilah infers sukrosa. Proses menghasilkan produk berupa campura glukosa dan fruktosa yang disebut gula infers. Gula infers untuk pembuatan selai buah, gula rebus, dan berbagai produk gula lainnya.
Pengaruh panas. Apabila dipanaskan, gula akan mengalami karamelisasi.walaupun karamelisasi dpat terjadi dengan mudah dalam keadaan kering (tanpa air), larutan gula (sirup) juga mengalami karamelisasi apabila di panaskan dengan suhu yang cukup. Caramel adlah substansi manis, berwarna coklat, dan merupakan campuran dari beberapa senyawa yang mirip karbohidrat.
Sifat mereduksi. Semua monosakarida dan disakarida, kecuali sukrosa, bertindak sebagai gula reduksi. Jika dididihkan, gula ini dapat mereduksi ion-ion tembaga (II) pada larutan fehlin menjadi ion-ion tembaga (I) dan membentuk endapan berwarna jingga. Karena bukan merupakan gula reduksi, sukrosa tidak dapat mereduksi larutan fehlin.



Kemanisan Nisbi berbagai Jenis Gula.
Gula Kemanisan nisbi
Fruktosa 173
Gula infers (campuran glukosa dan dfruktosa )
130
Sukrosa 100
Glukosa 74
Maltose 32
Galaktosa 32
Laktosa 16

Polisakarida
Senyawa ini adalah polimer hasil kondensasi monosakarida. Pollisakarida tersusun atas banyak molekul monosakarida yang berikatan satu sama lain dengan melepaskan sebuah molekul air setiap kali ikatan terbentuk. Golongan polisakarida meliputi pati, selulosa, glikogen, pectin, serta agar dan alginate.
Pati.
Pati adalah cadangan makanan utama pada tanaman. Senyawa ini sebenarnya merupakan campuran dari dua polisakarrida, yaitu amilosa dan amilopektin.
Sifat-sifat pati :
Tampilan dan kelarutan. Pati berwarna putih dan bentuknya menyerupai serbuk bukan Kristal yang tidak larut dalam air dingin.
Ras manis. Tidak seperti monosakarida dan disakarida, pati dan piolisakarida lain tidak mempunyai rasa manis,.
Hidrolisis. Hidrolisis pati dilakukan oleh asam atau enzim. Prosesnya berupa pati-dsekstrin-maltosa-glukosa. Sirup glukosa komersial dihasilkan dengan menghidrolisis pati jagung menggunakan asam klorida encer. Dalam pencernaan, prose hidrolisis ini dilakukan oleh enzim amylase yang memecah pati menjaadi malltosa.
Pengaruh panas
Panas lembab (dengan air). Bila suspense pati dipanaskan dalam air, air akan menembus lapisan luar granula pati dan granula akan mengelembung pada suhu 60-850C. pada prose pendinginan, jika perbandingan pati dan air cukup besar, molekul pati akan membentuk jaringan dengan molekul air yang terkurung didalamnya sehingga membentuk gel. Keseluruhan proses ini dinamakan gelatinisasi. Gelatinisasi sangat penting dalam proses pengolahan makanan, seperti proses pengentalan saos, sup, kuah daging dengan penambahan tepun dan tepun jagung. Gelatinisasi juga penting pada proses pemanggangan rutin atau makanan lain yang terbuat dari tepun karena berperang menimbulkan sifat rema dan menghasilkan tekstur produk yang diinginkan.
Panas kering (tanpa air). Sebagian besar makanan pati juga mengandung sedikit dekstrim. Saat makanan dipanaskan, dekstrin terpolarisasi membentuk senyawa kompleks berwarna coklat yang dinamakan pirodekstrim. Pirodekstrim berperan menghasilkan warna coklat pada banyak makanan, termasuk roti panggang dan kerak roti.
Selulosa
Manusia tidak memiliki enzim yang mampu memecah ikatan ini, dan karenanya, manusia tidak dapat menggunakan selulosa sebagai bahan makanan. Meski demikian,selulosa sangat penting dalam proses pencernaan makanan yang berguna untuk menjamin kelancaran makanan disaluran pencernaan dan mengatur pengosongan lambung secara periodik.

Glikogen
Karbohidrat jenis ini hanya di jumpai pada hewan dan manusia dan berfungsi sebagai bahan cadangan makanan bagi tubuh, glikogen disimpan dalam otot dan hati untuk jangka waktu yang pendek, dan akan di pecah manakala di butuhkan.
Pectin
Senyawa ini terdapat dalam buah dan sayuran akar. Buah apel dan kulit buah jeruk kaya akan pectin. Pectin berfungsi untuk pembuatan selai buah.
Agar dan alginate
Agar dan alginate merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut.karbohidrat ini tidak mempunyai nilai nutrisi, tetapi dapat membentuk gel.agar dan alginate dapa
digunakan dalam pembuatan berbagai macam makanan, termasuk es krim dan jeli.
Fungsi Karbohidrat
Fungsi karbohidrat dalamsusunan makanan antara lain:
Sebagai sumber energy. Proses oksidasi glukosa berlangsung dalam sel,senyawa ini dipecah melalui serangkaian reaksi kimia dan menghasilkan sejumlah energy. Setiap 1g karbohidrat menghasilkan energy sebesar 16kj (3,75 kkal).
Sebagai penghasil lemak. Kelebihan karbohidrat dalam tubuh diubah menjadi lemak.proses konversi ini berlangsung dalam hati meskipun lemak tersimpan dalam seluruh tubuh,yakni didalamsel jaringan adipose(penimbun lemak). Diet karbohidrat yang berlebihan menyebabkan kegemukan. Bila pemasukan energy(asupan makanan) sama dengan pengeluaran energy (energy untuk metabolism basal dan kegiatan fisik), berat badan akan konstan. Bila pemasukan energy lebih besar daripada pengeluaran. Kelebihan makanan akan diubah menjadi lemak dan mengakibatkan kegemukan(obesitas).
Sebagai pasangan protein. Karbohidrat diperlukan dalam susunan makanan sebagai “pasangan rotein”. Jika susunan makanan mengandung sedikit karbohidrat,persentase protein yang harus disediakan sebagai sumber energy akan lebih beasr dari biasanya. Karena peran utama protein adalah sebagai bahan dasar pertumbuhan dan perbaikan jaringan yang rusak,maka asupan karbohidrat yang cukup harus diberikan agar protein dalam makanan dapat digunakan untuk keperluan pertumbuhan.
Sumber karbohidrat
Sumber karbohidrat dalam makanan antara lain:
Serealia dan makanan yang terbuat dari serealia. Contohnya gandum,beras, jagung.
Gula murni (sukrosa)
Sayuran (misalnya, kentang,kacang-kacangan, sayuran hijau, da sayuran akar lainnya). Akan tetapi kandungan karbohidrat dalam panganan tersebut lebih rendah.
Buah-bauhan. Buah mengandung 5%-10% gula,makin manis rasa buah, makin tinggi kandungan gulanya.
Susu. Susu memiliki kandungan gula laktosa. Akan tetapi, keju dan mentega yang terbuat dari susu justrutidak mengandung karbohidrat.

Kandungan karbohidrat beberapa pangan.
Makanan % kandungan karbohidrat
Gula 100
Tepung keju 80
Madu 76
Biscuit agak manis 75
Selai buah 69
Susu coklat 59
Roti tawar 50
Kentang 21
Apel 12
Kapri 11
Wortel 5,4
Susu 4,7
Kubis 3,8















Marasmus, tulang berbalut kulit,dapat terjadi akibat tidak tersedianya bahan pangan, kondisi semikelaparan, dan penyapihan yang terlalu dini.

Obesitas
Patokan umum seseorang dikatakan mengalami obesitas adalah apabila berat badannya 10% lebih tinggi dari berat standar atau ideal. Obesitas merupakan suatu permasalahan gizi yang utama dinegara barat dan mengakibatkan gangguan pada kesehatan, seperti menurunnya angka harapan hidup dan munculnya berbagai penyakit seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi, penyempitan pembuluh darah, serta meningkatnya kemungkinan diabetes pada usia pertengahan. Penyebab obesitas sendiri hingga saat inisulit untuk dipastikan. Beberapa factor penyebab obesitas anatara lain:
Keturunan. Struktur dan tipe tubuh seseorang cenderung diturunkan. Orang tua yang gemuk cenderung mempunyai anak-anak yang gemuk pula. Akan tetapi pendapat ini kerap diperdebatkan karena kegemukan lebih disebabkan oleh kebiasaan makanan, bukan oleh sifat yang diturunkan.
Kurangnya kegiatan fisik. Kegemukan jarang dijumpai pada orang menjalani kehidupan aktif serta memiliki pekerjaan yang memerlukan aktifitas fiik berat.
Kebiasaan makan. Orang sering kali makan melebihi kebutuhannya. Ini berlaku terutama untuk makanan yang lezat dan kaya akan gula, seperti makan pada awal kehidupan mempunyai dampak pada berat badansewaktu dewasa.
Factor psikologis. Individu dengdn permasalahan psikologis dan emosional cenderung menemukan pelipur lara didalam makanan.Karenanya mereka sering kali makan secara berlebihan.
Fakror endokrin. Banyak oreang gemuk cenderung menyalahkan kelenjar mereka. Padahal, kelainan endokrin jarang menyebabkan kegemukan. Memang, adakalanya kegemukan disebabkan oleh produksi hormon kelenjar tiroid, pituitary,atau kelenjar kelamin yang cacat.
Protein
Protein merupakan kelompok nutrient yang sangat penting bagi mahluk hidup. Senyawa ini dijumpai dalam sitoplasma semua sel hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Protein adalah substansi organic dengan kandungan unsure karbon,hydrogen, dan oksigen yang mirip dengan karbohidrat dan lemak. Disamping itu, protein juga mengandung nitrogen, dan beberrapa diantaranya mengandung belerang dan fosfor. Tumbuhan dapat menyintesis protein dari bahan-bahan anorganik yang terdapat dialam.
Sifat-sifat protein
Protein memiliki sifat-sifat tertentu yaitu:
Protein memiliki banyak struktur,dan substansinya ditentukan oleh struktur tersebut.
Protein memiliki sifat tidak mudah larut dan tidak mudahterpengaruh oleh asam, basa, dan suhu yang terlalu tinggi.
Protein dapat mengalami suatu proses yang dikenal dengan istilah denaturisasi.proses denaturisasi mengubah sifat protein menjadi sukar larut dan mengental yang disebut dengan koagulasi.
Protein dapat mengalamikoagulasi yang berlangsung melalui berbagai cara, yakni:
Pemanasan. Misalnya, ketika kita masak telur protein dibagian putih dan kuning telur akan mengental(terkoagulasi). Hal ini dapat digunakan secara luas dalam pembuatan berbagai jenis masakan seperti, pudding telur dan kue sepon.
Pemberian asam. Jika susu menjadi asam, bakteri dalam susu akan memfermentasi laktosa menjadi asam laktat.derajat keasaman susu yang menurun menyebebkan protein susu, yaitu kasein, terkoagulasi.
Pemberian enzim. Rennin, yang secara komersial yang dikenal dengan rennet, adalah sejenis enzim yang bekerja mengkoagulasi protein.
Dengan perlakuan mekanis. Mengocok putih telur dapat menyebabkan koagulasi Prsial pada protein.
Penambahan garam. Garam-garam tertentu, seperti natrium klorida, dapat mengkoagulasi protein. Jika garam ditambahkan pada air yang digunakan untuk merebus telur, putih telurnya tidak akan hilang jika kulit telur pecah.
Fungsi protein
Fungsi protein bagi tubuh adalah:
Pertumbuhan dan pemeliharaan. Protein penting untuk pembentukan enzim, antibody, dan beberapa hormon.
Sumber energy. Kelebihan protein dapat digunakan sebagai sumber energy. Setiap 1g protein menyediakan 17 kj(4kkal).
Asam amino esensial dan kualitas protein
Dalam dua puluh jenis asam amino yang umum ditemui dalam protein, delapan diantaranya merupakan asamamino esensial. Asam amino jenis ini penting bagi semua orang dan harus tersedia dalam susunan makanan, terutama untuk anak yang sedang berkembang.
Sumber protein dalam susunan makanan
Kebutuhan protein dapat diperoleh dari sumber pangan hewani lebih tinggi dibandingkan pangan nabati. Akan tetapi, beberapa sayuran dan kacang-kacangan seperti kedelai justru mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi. Sumber protein dapat diperoleh dari daging, ikan, roti,serealia, susu,keju, telur, dan sayuran. Jumlah protein dalam sel ubi dan sayuran hijau sedikit, kentang menyumbang 3% dari keseluruhan kandungan protein makanan. Sedangkan kacang-kacangan seperti kacang kapri, buncis, dan miju-miju memiliki kandungan protein yang cukup.
Asam amino dan non-esensial
Esensial Non-esensial
Isoleusin Alanin
Leusin Arginin
Lisin Aspargin
Metionin Asam aspartat
Fenilalanin Sistein (dapat ditemui dalam bentuk sistin)
Treonin Asam glutamate
Triptofan Glisin
Valin Ornitin

Histidin (penting untuk anak-anak) Prolin (dapat ditemui dalam bentuk hidroksiprolin)
Serin
Tirosin


Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein setiap orang bervariasi berdasarkan laju pertumbuhan dan berat badannya. Individu dewasa memerlukan asupan protein lebih kurang 1g untuk tiap kg berat badan. Kebutuhan protein ini meningkat selama periode pertumbuhansebagai contoh,anak usia 5-6 tahun membutuhkan asupan lebih kurang 2g protein untuk tiap kg berat badan. Peningkatan kebutuhan ini juga dialami oleh wanita hamil, ibu menyusui, kondisi sehabis sakit, atau ketika menjalani operasi.
Kandungan Protein beberapa Makan
Bahan Makanan % Protein
Kedelai 40,0
Keju Cheddar 26,0
Kacang Tanah Sangrai 24,0
Lentils (Miju-Miju) 24,0
Ayam 21,0
Daging Sapi 17,0
Ikan Cod dan Haddock 17,0
Kacang Brazil 12,0
Telur 12,0
Roti Tawar 7,8
Beras 6,5
Kepri 5,8
Kacang, Sangrai 5,1
Susu 3,3
Kentang 2,1
Kubis 1,9


Lemak
Lemak adalah suatu senyawa yang mengandung unsure karbon, hydrogen dan oksigen lemak sendiri merupaakan ester dari gliserol dan asam lemak. Gliserol merupakan alcohol trihidrat yang mempunyai tiga gugus hidroksil-OH. Sedangkan asam lemak adalah molekul yang memiliki rumus umum R.COOH, dengan R menunjukkan rantai hidrokarbon. Setiap gugus – OH gliserol bereaksi dengan – COOH asam lemak membentuk sebuah molekul lemak. Berdasarkan strrukturnya, lemak yang tersusun atas satu molekul gliserol dan tiga atau lebih molekul asam lemak disebut sebagai trigliserida. Trigliserida ini mengandung dua atau tiga asam lemak yang berbeda, yang dikenal sebagai trigliserida majemuk. Lemak aalami adalah campuran dari beberapa trigliserida majemuk. Dengan demikian, lemak alami juga mengandung sejumlah asam lemak yang berbeda.

Jenis-jenis Lemak
Pada dasarnya ada dua tipe asam lemak yaitu :
Asam lemak jenuh, asam lemak ini memiliki rantai hidrokarbon yang jenuh hydrogen.
Asam lemak tak jenuh, asam lemak ini mempunyai rantai hidrokarbon yang tidak jenuh-hidrogen , dan karenanya mempunyai satu ikatan rangkap atau lebih.
Beberapa Asam Lemak Umum
Asam Lemak Sumber
Asam Lemak Jenuh
Asam Butirat
Asam Palmitat
Asam Steartat
Lemak Susu dan mentega. Pada banyak bahan khususnya lemak padat. Pada banyak bahan khususnya lemak padat
Asam Lemak Tidak Jenuh
Asam Oleat
Asam Linoleat
Asam Linoleanat
Pada minyak dan lemak terutama minyak nabati.

Fungsi Lemak Dalam Susunan Makanan
Fungsi lemak dalam susunan makanan meliputi :
Sumber energy. Setiap 1 kg lemak menyediakan 38 kj (9kkal).
Pembentukkan jaringan adiposa. Kelebihan lemak tidak langsung digunakan untuk energy, melainkan disimpan didalam jaringan adiposa.
Sumber asam lemak esensial. Asam lemak esensial mutlak diperlukan oleh tubuh agar dapat berfungsi secara normal.
Penyerapan vitamin larut lemak. Jenis lemak tertentu didalam susunan makanan membantu tercukupinya asupan vitamin A, D, E, dan K yang larut dalam lemak.


Susunan Lemak Dalam Diet
Sumber lemak dalam diet meliputi daging, ikan, mentega, margarine, susu, krim, keju makanan panggang, minyak dan lemak untuk memasak, telur, serta makanan lain (mis : es krim, cokelat, kembang gula, biji-bijian, dan kuah salad). Sayur-sayuran dan buah-buahan mengandung sedikit lemak, kecualiu kedelai (24%) dan alpokat (8%).
Kandungan Lemak Beberapa Pangan
Pangan % Lemak
Minyak goring 100
Lemak babi 99
Mentega 82
Margarine 81
Kacang tanah, sangrai 49
Krim, ganda 48
Keju, cheddar 34
Susu cokelat 30
Daging sapi 24
Krim, tunggal 21
Ikan herring 14
Telur 11
Daging ayam 4,3
Susu 3,8
Ikan cord 0,7


Vitamin
Vitamin adalah sekelompok senyawa organic kompleks yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil agar tetap sehat. Penyakit akibat kekurangan vitamin telah dikenal selama berabad-abad, akan tetapi tidak diketahui penyebabnya. Scoorbut, suatu penyakit akibat kekurangan vitamin C, dahulu sering dijumpaai antara para pelaut yang mengadakan perjalanan jauh. Ternyata penyakit tersebut dapat dicegah dengan mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan segar. Hal iniu pertama kali diperkenalkan oleh kapten Cook. Vitamin sendiri pertama kali di perkenalkan pada tahun 1912 oleh Hopkins.
JENIS-JENIS VITAMIN
Secara umum, vitamin dibagi dua kelompok, yakni vitamin larut-lemak dan vitamin larut-air.
Vitamin larut-lemak. Vitamin yang termasuk dalam kelompok ini adalah vitamin A,D, E, dan K (Kozier & Erb, 1983). Normalnya, tubuh dapaat menyimpang vitamin jenis ini, meskipun terdapat batasan jumlah untuk vitamin E dan K. oleh sebab itu, asupan vitamin larut-lemak setiap hari bukan merupakan keharusan. Akan tetapi, dalam keadaan luar biasa, asupan vitamin larut-lemak secara berlebihan mungkin diulakukan. Vitamin A dan D disimpan dihati. Banyak nya vitamin A dan D dapat diukur dalam satuan microgram (µg) (Gaman & Sherrington, 1992).
Vitamin A (Retinol). Vitamin A diukur dalam retinol ekuivalen. Setiap 1 µg retinol setara dengan 6 µg karoten. Retinal dijumpai pada minyak ikan, hati, mentega, susu, kkeju, telur, serta minyak nabati. Sedangkan sumber vitamin A yang utama adalah hati, wortel, mentega, susu, dan margarine.
Fungsi vitamin A :
Mendukung pertumbuhan dan metbolisme sel-sel tubuh.
Membantu pembentukan rodopsin, yakni pigmen yang terdapat dalam retina.
Memelihara kesehatan jaaringan permukaan, terutama membrane selaput lender yang berair, seperti kornea dan saluran pernapasan.
Mendukung pertumbuhan dan perkembangan tulang yang baru serta memiliki sifat anti-kanker (John Gibson, 2003).
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (pada anak-anak), rabun senja (night blindness), xeroftalmian (kekeringan pada kornea mata sampai menyebabkan kebutaan), serta mempengaruhi kesehatan kulit dan menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
Vitamin D (kolekalsiferol). Senyawa ini berwarna putih dan berbentuk Kristal yang larut dalam minyak dan lemak. Vitamin D banyak terdapat pada minyak hati ikan, telur, mentega, hati, keju, dan juga pada susu meskipun dalam kadar yang rendah. Sealin itu, sinar matahari juga terbentuk bergantung pada lama kontak kulit dengan sinar matahari. Pada orang kulit hitam sintesisnya berkurang.
Jenis-jenis vitamin D :
Kolekalsiferol (vitamin D3). Bentuk alami vitamin dapat ditemukan dalam makanan. Vitamin ini terf bentuk dibawahj kulit karena pengaruh sinar matahari (sinar ultra violet).
Ergokalsiferol (vitamin D2). Bentuk sintetik vitamin ini mempunyai aktivitas yang sama dengan vitamin alami. Ergokalsiferol dihasilkan dari iradiasi ultraviolet pada ergosterol, suatu senyawa yang dapat diekstraksi dari khamir.
Fungsi vitamin Vitamin D :
Penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi.
Membantu absorbsi kalsium dari usus dan penyerapan kalsium dan fosfor oleh tulang dan gigi.
Defesinsi Vitamin D dapat menyebabkan rakhitis, gangguan absorbs kalsium dan pelunakkan tulang, serta osteomalasia yang ditandai dengan pelunakkan tulang, kelemahan, dan nyeri pada individu dewasa.
Vitamin E. bahan makanan yang mengandung vitamin E antara lain biji gandum, sayuran hijau, dan minyak sayur. Fungsi vitamin E bagi tubuh adalah untuk membantu memelihara struktur sel dan membantu pembentukkan sel darah merah. Kebutuhan vitamin E tubuh berkisar 15 IU setiap harinya. Meskinya jarang tyerjadi defisiensi vitamin E dapat menyebabkan kemandulan pada hewan jantan. Oleh karena itu, vitamin ini dikenal sebagai vitamin anti kemandulan.
Vitamin K. bahan makanan yang mengandung vitamin K antara lain sayuran hijau, haati, kacang kedelai. Vitamin K sangat penting untuk membantu pembentukan protrombin dalam hati sehingga berperan dalam proses pembekuan darah. Dalam tubuh, vitamin ini disintesis oleh bakteri didalam kolon (elly Nurachman, 2001). Kebutuhan vitamin K harian tubuh belum diketahui secara pasti.

Vitamin larut-air.
Jenis vitamin yang larutdalam air meliputi vitamin C dan kelompok vitamin B. karenanya larut dalam air, vitamin ini tidak tersimpan dalam tubuh. Kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin.
Vitamin B. senyawa yang termasuk vitamin B antara lain:
Tiamin (vitamin B1). Vitamin ini berbentuk padat,berwarna putih,dan larut dalam air. Tiamin banyak ditemukan pada biji-bijian. Selain itu, tiamin juga ditemukan pada beras pecah kulit, daging (terutama bacon,ham, dan daging babi), kentang, kapri, buncis, kacang-kacangan,susu, dan roti tawar. Tiamin berperan dalam oksidasi nutrient dan pelepasan energy dalam tubuh. Didalam sel tubuh, glukosa dipecah secara perlahan melaluisuatu reaksi yang melepaskan energy, dengan tata yang terkontrol.
Riboflavin.(vitamin B2). Senyawa ini berwarna kuning dan larut dalam air. Riboflavin banyak ditemukan dalam keju, hati (sumber riboflavin yang amat kaya, 3,10 mg/100g), ginjal, telur, susu, daging, kentang dan sayuran hijau. Selain itu,riboflavin juga terdapat dalam untuk membentuk bagian sistim enzim yang penting bagi oksidasi glukosa dan pelepasan energy dalam sel tubuh. Defisiensi riboflavin akan mempengaruhi mata, bibir, dan lidah.
Asam nikotinat. Senyawa ini dikenal dengan nama niasin. Bentuknya padat, berwarna putih, berbentuk Kristal, dan larut dalam air. Didalam tubuh, asam nikotinat diubah menjadi amidanya, yaitu nikotinamida. Nikotinamida juga tidak dapat dibentuk dari asam amino triptofan didalam tubuh.
1 mg asam nikotinat ekuivalen= 1mg asam nikotinat yang tersedia.
= 60 mg triptofan.
Sumber asam nikotinat terdistribusi secara luas dalam bahan pangan nabati dan hewani.makanan yang memiliki aktivitas saam nikoinat yang baik meliputi khamir, daging, ikan, keju, sayuran, kacang-kacangan, serealia, susu, telur, kentang dan bir.
Vitamin C(asam askorbat). Senyawa ini berwarna putih, berbentuk Kristal, dan sangat larut dalam air. Vitamin ini banyak ditemukan dihampir semua bahan pangan nabati seperti sayuran dan buah-buahan segar. Akan tetapi, tidak ditemukan dalam serealia dan sayuran serta kacang-kacangan yang kering. Selain dalam panganan nabati,vitamin C juga ditemukan dalam bbahan pangan hewani seperti hati, ginjal mentah, susu segar, tetapi dalam jumlah yang sedikit. Vitamin C tidak rusak setelah pasteurisasi.
Fungsi vitamin C:
Mendukung pembentukkan semua jaringan tubuh, terutama jaringan ikat.
Membantu absorbs zat besi dalam usus halus.
Defisiensi vitamin dapat menyebabkan skorbut (scurvy) dengan gejala utama memar dan pendarahan spontan dibawah kulit. Gusi menjadi hitam seperti spons, luka, retak, dan lama untuk sembuh.ciri-ciri defisiensi yang umum terlihat adalah anemia akibat kegagalan atau gangguan absorbs zat besi serta ketidakmampuan membentuk sel-sel darah merah.
Golongan vitamin B lain.
Asam folat (folat)
Sianokobalamin (vitamin B12)
Piridoksin (vitamin B6)
Biotin
Asam pantotenat
Kolin
PABA(Para Aminobenzoic Acid)
Inositol



Mineral
Unsure miniral adalah unsure kimia selain karbon, hydrogen, oksigen, dan nitrogen yang yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam makanan, unsure-unsur tersebut kebanyakkan terdapat dalam bentuk garam-garam organic, seperti natrium klorida. Namun, beberapa mineral juga dapat dalam bentuk senyawa organic seperti sulfur dan fosfor. Sekitar 4% berat tubuh manusia tersusun atas unsure mineral. Sejumlah mineral, seperti kalsium dan fosfor, terdapat dalam jumlah yang relative besar didallam sel tubuh. Mineral lain yang terdapat dalam jumlah yang relative sangat kecil dikenal dengan istilah unsure kelumit (trace element).

Unsure mineral yang dibutuhkan oleh tubuh.
Unsure mineral utama Unsure kelamit
Kalsium Kromium
Klorin Timah
Besi Tembaga
Magnesium Fluorinlodin
Fosfor Mangan
Kalium Molybdenum
Natrium Selenium
Sulfur Zink

Kalsium
Unsure ini penting untuk pengaturan kandungan cairan dalam sel. Kalsium terdapat dalam banyak jenis makanan, terutama sayuran dan buah-buahan. Sumber kalsium yang paling penting dalam susunan makanan adalah susu, roti, serealia, dan keju. Dalam tubuh kalsium terdapat pada tulang dan gigi (90%). Kalsium dibutuhkan untuk osifikasi tulang dan gigi, koagulasi darah, kontraksi jantung, dan transmisi impuls pertemuan neuromuscular (Gibson, 2003). Defisiensi kalsium menyebabkan penyakit rakhitis pada anak-anak dan osteomalasia pada individu dewasa.








Kandungan kalsium pada beberapa makanan
Bahan makanan Mg kalsium per 100 g
Keju, cheddar 800
Sarden 550
Kedelai 200
Tepung terigu 150
Susu 120
Roti tawar 100
Kubis 57
Wortel 48

Jumlah kalsium harian yang dianjurkan
Usia Mg kalsium per hari
Anak-anak
0-8 tahun 600
9-4 tahun 700
15-17 tahun 600
Dewasa 500
Wanita di trimester ketiga kehamilan dan selama menyusui
1200

Zat besi
Sumber zat besi utama adalah hati dan ginjal. Selain itu, makanan tertentu seperti pudding hitam, coklat, treacle hitam (sirup gula yang terkristalisasi), keram, dan bumbu kari juga mempunyai kandungan besi tinggi. Tubuh manusia hanya terdiri atas 4 g zat besi yang sebagian besar terdapat dalamhemoglobin pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah. Defisiensi zat besi menyebabkan anemia.




Natrium dan klorin
Natrium dan klorin terdapat dalam bentuk ion dan cairan disekitar sel tubuh. Kedua unsure tersebut penting untuk pengaturan kandungan air dalam tubuh. Natrium dikonsumsi terutama dalam bentuk garam dapur (natrium klorida). Pada daerah beriklim sedang, kebutuhan natrium tubuh adalah ±4 gr/hari.
Kebutuhan zat besi harian yang dianjurkan
Usia Mg Zat Besi Per Hari
Anak laki-laki dan perempuan
Umur 9 – 17 tahun
12
Laki-laki 10
Wanita
Umur 18 -45 tahun
Umur 55 tahun keatas
Hamil
Menyusui
12
10
13
15
Tetapi, asupan rata-rata perharinya adalah 5 – 20 g. ginjal mengatur dan mengontrol kadar ion natrium dan klorin dalam jaringan.

Fosfor
Unsure ini penting untuk pengusunan tulang serta gigi dan pelepasan energy. Fosfor terdapat dalam sejumlah makanan, seperti susu, telur, dan hati. Fungsi utamanya adalah untuk menghasilkan energy bagi otot dalam bentuk ATP. Sedangkan keratin fosfot berperan dalam struktur tulang dan pengontrolan pH tubuh (Gipson, 2003).
Iodium
Sumber iodium dalam susunan makanan meliputi ikan laut, rumput laut, serealia, sayuran, dan susu. Unsure kelimut ini sangat dibutuhkan oleh kelenjar tiroid untuk pembentukkan tiroksin-hormon yang berperan dalam mengatur kecepatan oksidasi nutrient dalam sel tubuh. Defisiensi iodine menyebabkan penyakit goiter (Sherington & Gaman, 1992). Defisiensi iodium sesungguhnya telah menjadi masalah yang dihadapi penduduk dunia, bukan hanya Indonesia. Berdasarkan data WHO dan UNICEF, sekitar satu juta penduduk dinegara berkembang beresiko mengalami defisiensi iodium. Kondiisi ini umumnya disebabkan oleh kesalahan dalam memilih tempat tinggal, yakni didaerah yang sedikit mengandung iodium. Gangguan akibat defisiensi iodium yaitu kretin, gondok dan gangguan dalam bentuk lain.



DAFTAR PUSTAKA

Wahid Ikbal Mubarak, SKM, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ns. Nurul Chayatin S.Kep, (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Keliat,B.A. (1992). Seri Keperawatan Gangguan Konsep Diri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN WAHAM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DEWASA DENGAN WAHAM

Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi pada individu, baik itu kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan stresor yag menyebabkan stres pada mereka yang mengalaminya. Bila stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat mengalami waham.


A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu :
1. Mengkaji data yang terkait masalah waham
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan waham
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien dengan waham
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga pasien dengan waham
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah waham
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan waham

B. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Tanda dan Gejala waham adalah :
Untuk mendapatkan data waham saudara harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:
a. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya
punya tambang emas”
b. Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c. Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian
putih setiap hari”
d. Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan
bahwa ia terserang kanker.
e. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”

Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat saudara gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien dengan waham :


Selama pengkajian saudara harus mendengarkan dan memperhatikan semua informasi yang diberikan oleh pasien tentang wahamnya.

Untuk mempertahankan hubungan saling percaya yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan pasien.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosa keperawatan:

GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM


D. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2) Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
3) Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
4) Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Sebelum memulai mengkaji pasien dengan waham, saudara harus membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a). Mengucapkan salam terapeutik
b). Berjabat tangan
c). Menjelaskan tujuan interaksi
d). Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien.
2) Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
3) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
5) Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6) Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7) Berdiskusi tentang obat yang diminum
8) Melatih minum obat yang benar

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya; mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan; mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI:
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan sekarang?”
“Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”
KERJA:
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”
“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang
bang B rasakan?”
“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak untuk mengatur diri abang sendiri?”
“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”
“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang lain?”
“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”
“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”
“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”
“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena bosan kalau di rumah terus ya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”
”Apa saja tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”
“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”
“Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”
”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki? Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”



SP 2 Pasien: Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu mempraktekkannya

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini



SP 3 Pasien :Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan :
1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
2) Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang
dipenuhi oleh wahamnya.
3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal
b.Tindakan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di rumah.
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang:
a) Cara merawat pasien waham dirumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.
4) Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

SP 1 Keluarga : Membina hubungan saling percaya dengan keluarga; mengidentifikasi masalah menjelaskan proses terjadinya masalah; dan obat pasien.

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas di ruang melati ini. Saya yang merawat bang B selama ini. Nama bapak dan ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang masalah bang B dan cara merawat B di rumah?”
“Dimana kita mau berbicara? Bagaimana kalau di ruang wawancara?”
“Berapa lama waktu bapak dan ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA
“Pak, bu, apa masalah yang Bpk/Ibu rasakan dalam merawat bang B? Apa yang sudah dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap anak ibu dan bapak yang selalu mengaku-ngaku sebagai seorang nabi tetapi nyatanya bukan nabi merupakan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu akan saya jelaskan sikap dan cara menghadapinya. Setiap kali anak bapak dan ibu berkata bahwa ia seorang nabi bapak/ ibu dengan mengatakan pertama:
‘Bapak/Ibu mengerti B merasa seorang nabi, tapi sulit bagi bapak/ibu untuk mempercayainya karena setahu kami semua nabi sudah meninggal.”
“Kedua: bapak dan ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang baik.”
“Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang berinteraksi dengan B”
“Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan B tentang kebutuhan yang diinginkan B, misalnya: “Bapak/Ibu percaya B punya kemampuan dan keinginan. Coba ceritakan kepada bapak/ibu. B khan punya kemampuan ............ “ (kemampuan yang pernahdimiliki oleh anak)
“Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?”(Jika anak mau mencoba berikan pujian) “Pak, bu, B perlu minum obat ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP guanya supaya rileks, dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat menyebabkan B kambuh kembali” (Libatkan keluarga saat memberikan penjelasan tentang obat kepada klien). Bang B sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai jamnya, segera beri pujian.

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat B di rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap kali berkunjung ke rumah sakit.”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita tadi”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”



SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

E. EVALUASI
1. Kemampuan pasien dan keluarga

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH WAHAM

Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian


No
Kemampuan Tanggal

A Pasien
1 Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
2 Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
3 Mempraktekkan cara memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4 Menyebutkan kemampuan positif yang dimiliki
5 Mempraktekkan kemampuan positif yang dimiliki
6 Menyebutkan jenis, jadual, dan waktu minum obat
7 Melakukan jadwal aktivitas dan minum obat sehari-hari
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian waham dan proses terjadinya waham
2 Menyebutkan cara merawat pasien dengan waham
3 Mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham
4 Membuat jadual aktivitas dan minum obat klien di rumah (discharge planning)


2.Kemampuan perawat

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN WAHAM

Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.


No
Kemampuan Tanggal

A Pasien
SP I p
1 Membantu orientasi realita
2 Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
3 Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Berdiskusi tentang kemampuan yang dimiliki
3 Melatih kemampuan yang dimiliki
Nilai SP II p
SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP III p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala waham, dan jenis waham yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien waham
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan waham
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien waham
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai: SP p + SP k
Rata-rata

Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................


F. MENDOKUMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN

1. Berikut adalah pedoman pengkajian dari diagnosa keperawatan waham. Format
pengkajian lengkap dapat dilihat di modul 7
G. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan waham adalah:
1. TAK orientasi realitas
TAK orientasi realitas terdiri dari tiga sesi yaitu:
a. Sesi 1: Pengenalan orang
b. Sesi 2: Pengenalan tempat
c. Sesi 3: Pengenalan waktu



2. TAK sosialisasi
TAK sosialisasi terdiri dari tujuh sesi yaitu:
a. Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri
b. Sesi 2: Kemampuan berkenalan
c. Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap
d. Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
e. Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
f. Sesi 6: Kemampuan bekerjasama
g. Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi

Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut di atas dan format evaluasinya dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok

H. Pertemuan Kelompok Keluarga

Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRIAL SEPTAL DEFECT

KONSEP MEDIS
Pengertian
Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat antar bilik atau pada bantalan endokard. Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambal defek dengan sepotong dakron.
Tiga macam variasi yang terdapat pada ASD, yaitu :
1. Ostium Primum (ASD 1), letak lubang di bagian bawah septum, mungkin disertai kelainan katup mitral.
2. Ostium Secundum (ASD 2), letak lubang di tengah septum.
3. Sinus Venosus Defek, lubang berada diantara Vena Cava Superior dan Atrium Kanan.
Patofisiologi
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibatvolume serta ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.
Faktor-faktor tersebut diantaranya :
1. Faktor Prenatal
a. Ibu menderita infeksi Rubella
b. Ibu alkoholisme
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun
d. Ibu menderita IDDM
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetic
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
b. Ayah atau ibu menderita PJB
c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down
d. Lahir dengan kelainan bawaan lain
Gangguan hemodinamik
Tekanan di Atrium kiri lebih tinggi daripada tekanan di Atrium Kanan sehingga memungkinkan aliran darah dari Atrium Kiri ke Atrium Kanan.
Manifestasi Klinik
1. Bising sistolik tipe ejeksi di daerah sela iga dua/tiga pinggir sternum kiri.
2. Dyspnea
3. Aritmia
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
2. Foto thorax
3. EKG ; deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan pada ASD Secundum; RBBB,RVH
4. Echo
5. Kateterisasi jantung ; prosedur diagnostik dimana kateter radiopaque dimasukan kedalam serambi jantung melalui pembuluh darah perifer, diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran tekanan darah dan sample darah memberikan sumber-sumber informasi tambahan.
6. TEE (Trans Esophageal Echocardiography)
Komplikasi

1. Gagal Jantung
2. Penyakit pembuluh darah paru
3. Endokarditis
4. Aritmia
Terapi medis
1. Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10 tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila terjadi sindrome Eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk.
2. Amplazer Septal Ocluder
3. Sadap jantung (bila diperlukan).


KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
a. Lakukan pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan yang mendetail terhadap jantung.
b. Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
c. Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
o Inspeksi :
Status nutrisi - Gagal tumbuh atau penambahan berat badan yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung. Warna – Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.
Deformitas dada – Pembesaran jantung terkadang mengubah konfigurasi dada.
Pulsasi tidak umum – Terkadang terjadi pulsasi yang dapat dilihat.
Ekskursi pernapasan – Pernapasan mudah atau sulit (mis; takipnea, dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
Jari tabuh – Berhubungan dengan beberapa type penyakit jantung kongenital.
Perilaku – Memilih posisi lutut dada atau berjongkok merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.
o Palpasi dan perkusi :
Dada – Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung dan karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan pemeriksa saat mampalpasi)
Abdomen – Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin terlihat.
Nadi perifer – Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo (kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
o Auskultasi
Jantung – Mendeteksi adanya murmur jantung. Frekwensi dan irama jantung – Menunjukkan deviasi bunyi dan intensitas jantung yang membantu melokalisasi defek jantung. Paru-paru – Menunjukkan ronki kering kasar, mengi.
Tekanan darah – Penyimpangan terjadi dibeberapa kondisi jantung (mis; ketidaksesuaian antara ekstremitas atas dan bawah) Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian – mis; ekg, radiografi, ekokardiografi, fluoroskopi, ultrasonografi, angiografi, analisis darah (jumlah darah, haemoglobin, volume sel darah, gas darah), kateterisasi jantung.
Rencana Asuhan Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan defek struktur.
Tujuan :
Klien akan menunjukkan perbaikan curah jantung.
Kriteria hasil :
a. Frekwensi jantung, tekanan darah, dan perfusi perifer berada pada batas normal sesuai usia.
b. Keluaran urine adekuat (antara 0,5 – 2 ml/kgbb, bergantung pada usia )
Intervensi keperawatan/rasional :
a. Beri digoksin sesuai program, dengan menggunakan kewaspadaan yang dibuat untuk mencegah toxisitas.
b. Beri obat penurun afterload sesuai program
c. Beri diuretik sesuai program

1. Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sistem transport oksigen
Tujuan :
Klien mempertahankan tingkat energi yang adekuat tanpa stress tambahan.
Kriteria hasil :
a. Anak menentukan dan melakukan aktivitas yang sesuai dengan kemampuan.
b. Anak mendapatkan waktu istirahat/tidur yang tepat.
Intervensi keperawatan/rasional :
a. Berikan periode istirahat yang sering dan periode tidur tanpa gangguan.
b. Anjurkan permainan dan aktivitas yang tenang.
c. Bantu anak memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi, dan kemampuan.
d. Hindari suhu lingkungan yang ekstrem karena hipertermia atau hipotermia meningkatkan kebutuhan oksigen.
e. Implementasikan tindakan untuk menurunkan ansietas.
f. Berespons dengan segera terhadap tangisan atau ekspresi lain dari distress.

2. Diagnosa keperawatan : Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen dan nutrien pada jaringan; isolasi sosial.
Tujuan :
Pasien mengikuti kurva pertumbuhan berat badan dan tinggi badan.
Anak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai dengan usia
Kriteria hasil :
a. Anak mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Anak melakukan aktivitas sesuai usia
c. Anak tidak mengalami isolasi sosial
Intervensi Keperawatan/rasional
a. Beri diet tinggi nutrisi yang seimbang untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat.
b. Pantau tinggi dan berat badan; gambarkan pada grafik pertumbuhan untuk menentukan kecenderungan pertumbuhan.
c. Dapat memberikan suplemen besi untuk mengatasi anemia, bila dianjurkan.
d. Dorong aktivitas yang sesuai usia.
e. Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama terhadap sosialisasi seperti anak yang lain.
f. Izinkan anak untuk menata ruangnya sendiri dan batasan aktivitas karena anak akan beristirahat bila lelah.
3. Diagnosa keperawatan : Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan status fisik yang lemah.
Tujuan :
Klien tidak menunjukkan bukti-bukti infeksi
Kriteria hasil :
Anak bebas dari infeksi.
Intervensi Keperawatan/rasional
a. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
b. Beri istirahat yang adekuat
c. Beri nutrisi optimal untuk mendukung pertahanan tubuh alami.

4. Diagnosa Keperawatan : Risiko tinggi cedera (komplikasi) berhubungan dengan kondisi jantung dan terapi
Tujuan :
Klien/keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi secara dini.
Kriteria hasil :
1. Keluarga mengenali tanda-tanda komplikasi dan melakukan tindakan yang tepat.
2. Klien/keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes diagnostik dan pembedahan.
Intervensi Keperawatan/rasional
a. Ajari keluarga untuk mengenali tanda-tanda komplikasi :
 Gagal jantung kongestif :
o Takikardi, khususnya selama istirahat dan aktivitas ringan.
o Takipnea
o Keringat banyak di kulit kepala, khususnya pada bayi.
o Keletihan
o Penambahan berat badan yang tiba-tiba.
o Distress pernapasan Toksisitas digoksin
o Muntah (tanda paling dini)
o Mual
o Anoreksia
o Bradikardi.
 Disritmia
Peningkatan upaya pernapasan – retraksi, mengorok, batuk, sianosis. Hipoksemia – sianosis, gelisah. Kolaps kardiovaskular – pucat, sianosis, hipotonia.
b. Ajari keluarga untuk melakukan intervensi selama serangan hipersianotik
 Tempatkan anak pada posisi lutut-dada dengan kepala dan dada ditinggikan.
 Tetap tenang.
 Beri oksigen 100% dengan masker wajah bila ada.
 Hubungi praktisi
c. Jelaskan atau klarifikasi informasi yang diberikan oleh praktisi dan ahli bedah pada keluarga.
d. Siapkan anak dan orang tua untuk prosedur.
e. Bantu membuat keputusan keluarga berkaitan dengan pembedahan.
f. Gali perasaan mengenai pilihan pembedahan.
5. Diagnosa Keperawatan : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak dengan penyakit jantung (ASD)
Tujuan :
Klien/keluarga mengalami penurunan rasa takut dan ansietas Klien menunjukkan perilaku koping yang positif
Kriteria hasil :
Keluarga mendiskusikan rasa takut dan ansietasnya Keluarga menghadapi gejala anak dengan cara yang positif
Intervensi Keperawatan/rasional :
a. Diskusikan dengan orang tua dan anak (bila tepat) tentang ketakutan mereka dan masalah defek jantung dan gejala fisiknya pada anak karena hal ini sering menyebabkan ansietas/rasa takut.
b. Dorong keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak selama hospitalisasi untuk memudahkan koping yang lebih baik di rumah.
c. Dorong keluarga untuk memasukkan orang lain dalam perawatan anak untuk mencegah kelelahan pada diri mereka sendiri.
d. Bantu keluarga dalam menentukan aktivitas fisik dan metode disiplin yang tepat untuk anak.
Evaluasi
Proses : langsung setalah setiap tindakan
Hasil : tujuan yang diharapkan
a. Tanda-tanda vital anak berada dalam batas normal sesuai dengan usia
b. Anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan usia
c. Anak bebas dari komplikasi pascabedah

Referensi :
• Buku Ajar ILMU PENYAKIT DALAM (1996), Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
• Buku Ajar KEPERAWATAN KARDIOVASKULER (2001), Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, Jakarta.
• Buku Saku Keperawatan Pediatrik (2002), Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta

Cedera medulla spinalis

BAB I
PENDAHULULUAN

1. 1. LATAR BELAKANG

Cedera medulla spinalis adalah masalah kesehatan mayor , dan cedera medulla spinalis lebih dominant pada pria usia muda sekitar lebih dari 75% dari seluruh cedera. Setengah dari kasus ini adalah kecelakaan kendaraan bermotor; selain itu banyak akibat jatuh, olahraga,kejadian industri dan luka tembak. Dua pertiga kejadian adalah usia30 tahun atau lebih mudah
Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah medulla spinalis pada daera servikal (leher) ke 5,6 dan 7, Torakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini paling rentang karena ada rentang mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral dalam area ini.
Cedara kolumna vertebralis, dengan atau tampa defesit neurologist, harus selalu dicari dan disingkirkan pada penderita dengan cedera multiple. Setiap cedera diatas klavikula harus dicuruigai adanyacedera tulang leher (c-spine). Sekitar 15% penderita yang mengalami akan mengalami cedera pada spine sekitar 55% cedera tulang belakang terjadi pada daera servikal. 15% pada daera torakal, 15% pada torakolumbar, serta 15 % pada daera lumbo sacral, sekitar 5% dari penderita yang mengalami cedera kepela juga menderita cedera tulang belakang. Dimana 25% cedera tulang belakang menderita sedikitnya cedera kepala ringan.
Dokter dan tim medis yang menolong penderita cedera tulang belekang harus selalu berhati – hati bahwa manipulasi yang berlebihan serta immobilisasi yang tidak adekuat akan menambah kerusakan neurologik dan memperburuk prognosis penderita. Kurang lebih 5% akan timbul gejala neurologist atau memburuknya keadaan setalah penderita mencapai UGD. Hal ini disebabkan karena iskemia atau udema progresip pada sumsun tulang belakang.hal ini juga disebabkan oleh kegagalan mempertahankan immobilisasi yang adekuat. Selama tulang belakang penderita dilindungi, evaluasi tulang belakang dapat ditunda dengan aman, terutama bila ditemukan instabilitas sistemik, seperti hipotensi dan pernapasan yang adekuat. Pergerakan penderita dengan kolumna pertebralis yang tidak stabil akan memberikan resiko kerusakan lebh lanjut sumsun tulang belakang.
Menyingkirkan kemungkinan adanya cedera tulang belakang lebih mudah pada penderita sadar dibandingkan dalam keadaan koma atau penurunan tingkat kesadaran, proses tidak sederhana dan dokter yang menangani berkewajiban memperoleh foto rongsen yang tepat untuk menyingkirkan adanya cedera tulang belakang, dan bila tidak berhasil maka immobilisasi pasien harus diperhatikan.

1. 2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas untuk mengetahui lebih lanjut tentang penatalaksanaan pada cedera medulla spinalis, maka kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang pengertian Trauma medulla spinalis.
2. Menjelaskan tentang etiologi cedera medulla spinalis
3. Menjelaskan tentang anatomi dan patofisiologi medulla spinalis
4. Menjelaskan manifestasi klinik dari cedera medulla spinalis
5. menjelaskan bagaimana peñatalaksanaan umum (survey primer dan secunder)
6. Menyusun askep pada klien dengan masalah cedera medulla spinalis
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. PENGERTIAN
Cedera Medula spinalis dalah cedera yang biasanya berupa fraktur atau cedera lain pada tulang vertebra, korda spinalis itu sendiri, yang terletak didalam kolumna vertebralis, dapat terpotong, tertarik,terpilin atau tertekan.. kerusakan pada kolumna vertaebralis atau korda dapat terjadi disetiap tingkatan,kerusakan korda spinalis dapat mengenai seluruh korda atau hanya separuhnya.

2. 2. ETIOLOGI
Penyebab tersering adalah kecelakaan mobil, kecelakaan motor, jatuh,cedera olah raga, dan luka akibat tembakan atau pisau.

2.. 3. ANATOMI DAN FISIOLOGI MEDULA SPINALIS
Medula Spinalis berasal dari bagian kaudal dari medulla oblongata pada foramen magnum. Pada orang dewasa biasanya berakhir pada batas tulang L1 sebagai konus medularis. Dibawah level ini terdapat kauda ekuina, yang lebih tahan terhadap trauma .dari bayak traktus dari medulla spinalis hanya 3 yang dapat diperiksa secara klinis:
a. Traktus kortikospinal
b. Traktus spinotalamikus
c. Kolum posterior
Tiap –tiap traktus terdapat satu pasang yang dapat mengalami kerusakan pada satu sisi atau kedua sisi medulla spinalis, traktus kortikospinalis terdapat pada daerah segmen posterolateral medulla spinalis dan fungsinya adalah mengontrol kekuatan motoris pada sisi yang sama pada tubuh yang dapat diuji dengan kontraksi otot yang volunter atau respon involuter terhadap stimulus nyeri. Traktus spinotslsmikus pada daerah antero lateral pada medulla spinalis mentransmisikan sensasi nyeri dan termperatur dari sisi yang berlawanan dari tubuh. Secara umum dapat dilakukan test dengan pin prick dan raba halus kolum posterior membawa propriseptif, vibrasi dan sensasi raba halus dari sisi yang sama dari tubuh, dan kolum ini diuji dengan rasa posisi pada jari atau vibrasi dengan garfu tala.
Bila tidak terdapat fungsi, baik motoris maupun sensoris dibawah level, ini dikenal sebagai complet spinal cord injury ( cedera medulla spinalis komplit). Bila masih terdapat fungsi motoris atau sensoris, ini disebut sebagai incomplete injury dan perianal (sacral sparing)mungkin hanya satu – satunya tanda yang tertinggal.

2.. 3. PATOFISIOLOGI
Kerusakan meduala spinalis berkisar dari komosio sementara (di mana pasien sembuh sempurna) sampai kontusio, laserasi, dan kompresi substabsia medulla (baik salah satu atau dalam kombinasi)sampai transeksi lengkap medulla ( yang membuat pasiaen paralysis dibawah tingkat cedera)
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes kekstrakaudal, subdural atau subarakhnoid pada kanal spinal.segera setelah terjadi kontusion atau robekan akibat cedera, serabut –serabut saraf mulai membengkak dan hancur. Sirkulasi drah dan subtansia grisea medulla spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cedera pembuluh darah medulla spinalis, tetapi proses patogenik dianggap menimbulkan kerusakan yang terjadi pada cedera medulla spinalis akut. Suatu rantai sekunder kejadian – kejadian yang menimbulkan iskemia,hipoksia, edema, dan lesi-lesi hemoragi, yang pada gilirannya menyepabkan kerusakan meilin dan akson.
Reaksi ini diyakini menjadi penyebab prinsip degenarasi medulla spinalis pada tingkat cedera, sekarang dianggap reversible sampai 6 jam setelah cedera. Untuk itu jika kerusakan medulla tidak dapat diperbaiki, maka beberapa metode mengawali pengobatan dengan menggunakan kortikosteroid dan obat – obat antiimflamasi lainnya yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan sebagian dari perkembangannya, masuk kedalam kerusakan total dan menetap.

2. 4. MANIPESTASI KLINIK
Jika dalam keadaan sadar, pasien biasanya mengeluh nyeri akut pada belakang leher, yang menyebar sepanjang saraf yang terkena. Pasien sering mengatakan takut kalau leher atau punggungnya patah. Cedera saraf spinal dapat menyebabkan gambaran paraplegia atau quadriplegia. Akibat dari cedera kepala bergantung pada tingkat cedera pada medulla dan tipe cedera.
Tingakat neurologik yang berhubungan dengan tingkat fungsi sensori dan motorik bagian bawah yang normal. Tingkat neurologik bagian bawah mengalami paralysis sensorik dan motorik otak, kehilangan kontrol kandung kemih dan usus besar (biasanya terjadi retansi urin dan distensi kandung kemih , penurunan keringat dan tonus vasomotor, dan penurunan tekanan darah diawali dengan retensi vaskuler perifer.
Cedera medulla spinalis dapat diklasifikasikan sesuai dengan : level,beratnya deficit neurologik, spinal cord syndrome, dan morfologi.
A. Level
Level neurologist adalah segmen paling kaudal dari medulla spinalis yang masih dapat ditemukan sensoris dan motoris yang normal di kedua sisi tubuh. Bila kata level sensoris digunakan, ini menunjukan kearah bagian segmen bagian kaudal medulla spinalis dengan fungsi sensoris yang normal pada ke dua bagian tubuh. Level motoris dinyatakan seperti sensoris, yaitu daerah paling kaudal dimana masih dapat ditemukan motoris dengan tenaga 3/5 pada lesi komplit, mungkin masih dapat ditemukan fungsi sensoris maupun motoris di bawah level sensoris/motoris. Ini disebut sebagai daerah dengan “preservasi parsial”. Penentuan dari level cedera pada dua sisi adalah penting. Terdapat perbedaan yang jelas antara lesi di bawah dan di atas T1. Cedera pada segmen servikal diatas T1 medula spinalis menyebabkan quadriplegia dan bila lesi di bawah level T1 menghasilkan paraplegia. Level tulang vertebra yang mengalami kerusakan, menyebabkan cedera pada medulla spinalis. Level kelainan neurologist dari cedera ini ditentukan hanya dengan pemeriksaan klinis. Kadang-kadang terdapat ketidakcocokan antara level tulang dan neurologis disebapkan nervus spinalis memasuki kanalais spinalis melalui foramina dan naik atau turun didalam kanalis spinalis sebelem betul-betul masuk kedalam medulla spinalis. Ketidakcocokan akan lebih jelas kearah kaudal dari cedera. Pada saat pengelolaan awal level kerusakan menunjuk kepada kelainan tulang, cedera yang dimaksudkan level neurologist.
B. Beratnya Defisit Neurologis
Cedera medulla spinalis dapat dikategorikan sebagai paraplegia tidak komplit, paraplegia komplit, kuadriplegia tidak komplit, dan kuadraplegia komplit. Sangat penting untuk menilai setiap gejala dari fungsi medulla spinalis yang masih tersisa. Setiap fungsi sensoris atau motoris dibawah level cedera merupakan cedera yang tidak komplit. Termasuk dalam cedera tidak komplit adalah :
1. Sensasi (termasuk sensasi posisi) atau gerakan volunteer pada ekstremitas bawah.
2. Sakra l sparing, sebagai contoh : sensasi perianal, kontraksi
sphincter ani secara volunter atau fleksi jari kaki volunter.
Suatu cedera tidak dikualifikasikan sebagai tidak komplit hanya dengan dasar adanya reservasi refleks sacral saja, misalnya bulbocavernosus, atau anal wink. Refleks tendo dalam juga mungkin dipreservasi pada cedera tidak komplit.

C. Spinal Cord Syndrome
Beberapa tanda yang khas untuk cidera neurologist kadang-kadang dapat dilihat pada penderita dengan cidera medulla spinalis.
Pada sentral cord syndrome yang khas adalah bahwa kehilangan tenaga pada ekstremitas atas, lebih besar disbanding ekstremitas bawah, dengan tambahan adanya kehilangan adanya sensasi yang bervariasi. Biasanya hal ini terjadi biasanya terjadi cidera hiperekstensi pada penderita dengan riwayat adanya stenosis kanalis sevikalis (sering disebabkan oleh osteoarthritis degeneratif). Dari anamnesis umumnya ditemukan riwayat terjatuh ke depan yang menyebabkan tumbukan pada wajah yang dengan atau tanpa fraktur atau dislokasi tulang servikal. Penyembuhannya biasanya mengikuti tanda yang khas dengan penyembuhan pertama pada kekuatan ekstremitas bawah. Kemudian fungsi Kandung kencing lalu kearah proksimal yaitu ekstremitas atas dan berikutnya adalah tangan. Prognosis penyembuhannya sentral cord syndrome lebih baik dibandingkan cedera lain yang tidak komplit. Sentral cord syndrome diduga disebabkan karena gangguan vaskuler pada daerah medulla spinalis pada daerah distribusi arteries spinalis anterior. Arteri ini mensuplai bagian tengah medulla spinalis. Karena serabut saraf motoris ke segmen servikal secara topografis mengarah ke senter medulla spinalis, inilah bagian yang paling terkena.
Anterior cord syndrome ditandai dengan adanya paraplegia dan kehilangan dissosiasi sensoris terhadap nyeri dan sensasi suhu. Fungsi komna posterior (kesadaran posisi, vibrasi, tekanan dalam) masih ditemukan.Biasanya anterior cord syndrome disebabkan oleh infark medulla spinalis pada daerah yang diperdarahi oleh arteri spinalis anterior. Sindrom ini mempunyai prognosis yang terburuk diantara cidera inkomplik.
Brown Sequard Sydrome timbul karena hemiksesi dari medulla spinalis dan akan jarang dijumpai. Akan tetapi variasi dari gambaran klasik cukup sering ditemukan.Dalam bentuk yang asli syndrome ini terdiri dari kehilangan motoris opsilateral (traktus kortikospinalis) dan kehilangan kesadaran posisi (kolumna posterior) yang berhubungan dengan kehilangan disosiasi sensori kontralateral dimulai dari satu atau dua level dibawah level cedera (traktus spinotalamikus). Kecuali kalau syndrome ini disebabkan oleh cedera penetrans pada medulla spinalis,penyembuhan (walaupun sedikit) biasanya akan terjadi.
D. Morfologi
Cedera tulang belakang dapat dibagi atas fraktur, fraktur dislokasi, cedera medulla spinalis tanpa abnormalitas radiografik (SCIWORA), atau cedera penetrans. Setiap pembagian diatas dapat lebih lanjut diuraikan sebagai stabil dan tidak stabil.Walaupun demikian penentuan stabilitas tipe cedera tidak selalu seerhana dan ahlipun kadang-kadang berbeda pendapat. Karena itu terutama pada penatalaksanaan awal penderita, semua penderita dengan deficit neurologist,harus dianggap mempunyai cedera tulang belakang yang tidak stabil. Karena itu penderita ini harus tetap diimobolisasi sampai ada konsultasi dengan ahli bedah saraf/ ortofedi.
Cedera servikal dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari mekanisme cedera ; (1) pembebanan aksial (axial loading), (2) fleksi, (3) ekstensi, (4) rotasi, (5) lateral bending, dan (6) distraksi. Cedera dibawah ini mengenai kolumna spinalis, dan akan diuraikan dalam urutan anatomis, dari cranial mengarah keujung kaudal tulang belakang.
Dislokasi atlanto – oksipita (atlanto – occipital dislokatiaon)
Cedera ini jarang terjadi dan timbul sebagai akibat dari trauma fleksi dan distraksi yang hebat. Kebanyakan penderita meninggal karena kerusakan batang otak. Kerusakan neurologist yang berat ditemukan pada level saraf karanial bawah.kadang –kadang penderita selamat bila resusitasi segera dilakukan ditempat kejadian.
Fraktur atlas (C-1)
Atlas mempunyai korpus yang tipis dengan permukaan sendi yang lebar. Fraktur C-1 yang palig umum terdiri dari burst fraktur (fraktur Jefferson).mekanisme terjadinya cedera adalah axial loading, seperti kepala tertimpa secara vertical oleh benda berat atau penderita terjatu dengan puncak kepala terlebih dahulu. Fraktur jefeferson berupa kerusakan pada cincin anterior maupun posterior dari C-1, dengan pergeseran masa lateral. Fraktur akan terlihat jelas dengan proyeksi open mouth dari daerah C-1 dan C-2 dan dapat dikomfirmasikan dengan CT Scan. Fraktur ini harus ditangani secara awal dengan koral sevikal.
Rotary subluxation dari C-1
Cedera ini banyak ditemukan pada anak –anak. Dapat terjadi spontan setelah terjadi cedera berat/ ringan, infeksi saluran napas atas atau penderita dengan rematoid arthritis. Penderita terlihat dengan rotasi kepala yang menetap. .pada cedera ini jarak odontoid kedua lateral mass C-1 tidak sama, jangan dilakukan rotasi dengan paksa untuk menaggulangi rotasi ini, sebaiknya dilakukan imobilisasi. Dan segera rujuk.
Fraktur aksis(C-2)
Aksis merupakan tulang vertebra terbesar dan mempunyai bentuk yang istimewah karena itu mudah mengalami cedera.
1. fraktur odontoid
kurarng 60% dari fraktur C-2 mengenai odontoid suatu tonjolan tulang berbentuk pasak. Fraktur ini daoat diidentifikasi dengan foto ronsen servikal lateral atau buka mulut.
2. fraktur dari elemen posterior dari C-2
fraktur hangman mengenai elemen posterior C-2, pars interartikularis 20 % dari seluruh fraktur aksis fraktur disebabkan oleh fraktur ini. Disebabkan oleh trauma tipe ekstensi, dan harus dipertahankan dalam imobilisasi eksternal.
Fraktur dislocation ( C-3 sampai C-7)
Fraktur C-3 saangat jarang terjadi, hal ini mungkin disebabkan letaknya berada diantara aksis yang mudah mengalami cedera dengan titik penunjang tulang servikal yang mobile, seperti C-5 dan C-6, dimana terjadi fleksi dan ekstensi tulang servikal terbesar.
Fraktur vertebra torakalis ( T-1 sampai T-10)
Fraktur vertebra Torakalis dapat diklasifikasikan menjadi 4 kategori : (1) cedera baji karena kompresi bagian korpus anterior, (2) cedera bursi, (3) fraktur Chance, (4) fraktur dislokasi.
Axial loading disertai dengan fleksi menghasilkan cedera kompresi pada bagian anterior. Tip kedua dari fraktur torakal adalah cedera burst disebabkan oleh kompresi vertical aksial. Fraktur dislokasi relative jarang pada daerah T-1 sampai T-10.
Fraktur daerah torakolumbal (T-11 sampai L-1)fraktur lumbal
Fraktur di daerah torakolumbal tidak seperti pada cedera tulang servikal, tetapi dapat menyebabkan morbiditas yang jelas bila tidak dikenali atau terlambat mengidentifikasinya. Penderita yang jatuh dari ketinggian dan pengemudi mobil memakai sabuk pengaman tetapi dalam kecepatan tinggi mempunyai resiko mengalami cedera tipe ini. Karena medulla spinalis berakhir pada level ini , radiks saraf yang membentuk kauda ekuina bermula pada daerah torakolumbal.
Trauma penetrans
Tipe trauma penetrans yang paling umum dijumpai adalah yang disebabkan karena luka tembak atau luka tusuk. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkombinasikan informasi dari anamnesis, pemeriksaan klinis, foto polos dan CT scan. Luka penetrans pada tulang belakang umumnya merupakan cedera yang stabil kecuali jika disebabkan karena peluru yang menghancurkan bagian yang luas dari columna vertebralis.

2. 5. PENATALAKSANAAN
Tujuan peñatalaksanaan adalah mencegah cedera medulla spinalis lanjut dan mengopservasi gejala penurunan neurologik. Pasiaen diresusitasi bila perlu, dan stabilitas oksigenasi dan kardiovaskuler dipertahankan.
1. Penilaian Dan Pengelolaan Cedera Medulla Spinalis ( Fase Akut )
Primari survey resusitasi – penilaian cedera tulang belakang
a. Airway
Menilai airway sewaktu mempertahankan posisi tulang leher membuat airway defenitif apabila diperlukan.
b. Breathing
Menilai dan memberikan oksigenasi yang adekuat dan bantuan ventilasi bila diperlukan.
c. Circulation
 Bila terdapat hipotensi, harus dibedakan antara syok hipovolemik ( penurunan takanan darah, peningkatan denyut jantung, ekstremitas yang dingin) dari syok neurogenik (penurunan tekanan darah, penurunan denyut jantung, ekstremitas hangat).
 Penggantian cairan untuk menanggulangi hipovolemia
 Bila terdapat cedera medulla spinalis, pemberian cairan harus dipandu dengan monitor CVP.
 Bila melakukan pemeriksaan colok dubur sebelum memasang kateter, harus dinilai kekuatan spinkter serta sensasi
d. Disability – pemeriksaan neurologik singkat
 Tentukan tingakat kesadaran dan menilai pupil.
 Tentukan AVPU atau lebih baik dengan Glasgow coma scale
 Kenali paralysis/paresis.
Survey sekunder – penilaian neurologist
a) Memperoleh anamnesis AMPLE
 Anamnesis dan mekanisme trauma
 Riwayat medis
 Identifikasi dan mencatat obat yang diberikan kepada penderita sewaktu datang dan selama pemeriksaan dan penatalaksanaan
b) Penilaian ulang tingkat kesadaran dan pupil
c) Penilaian ulang skor GCS
d) Penilaian tulang belakang
 Palpasi
Rabalah seluruh bagian posterior tulang belakang dengan melakukan log roll penderita secara hati – hati yang dinilai;
1) Deformitas dan bengkak
2) Krepitus
3) Peningkatan rasa nyeri sewaktu dipalpasi
4) Kontusio dan laserasi / luka tusuk.
 Nyeri,paralysis,parastesia
1) Ada/tidak
2) Lokasi
3) Level neurologis
 Sensasi
Tes pinprick untuk mengetahui sensasi, dilakukan pada seluruh dermatom yang memberikan rasa.
 Fungsi motoris
 Refleks tendo dalam (kurang memberikan imformasih
 Pencatatan dan pemeriksaan ulang
e) Evaluasi ulang akan adanya cedera penyerta/cedera yang tersembunyi.
Pemeriksaan untuk level cedera medulla spinalis
Penderita dengan cedera medulla spinalis mungkin mempunyai level yang bervariasi dari deficit neurologist. Level fungsi motoris dan sensasi harus diliai ulang secara betkala dan secara hati-hati, dan didokumentasikan , karena tidak terlepas kemungkinan terjadi perubahan level.
1) Pemeriksaan motoris terbaik
 Menentukan level kuadriplegia, level radiks saraf
Mengangkat siku sampai setinggi bahu – deltoid,C-5(,fleksi lengan bawah-bisepsC-6, ekstensi lengan bawah, fleksi pergelangan tangan dan jari – C-8, membuka jari- T-1)
 Menentukan level paraplegia, level radiks saraf
Fleksi panggul – iloopsoas, L – 2 ,ekstensi lutut – kuadriseps,
L – 3, dorsofleksi ankle – tibialis anterior L -4,, plantar fleksi ankle – gastroknemius S – 1.
2) Pemeriksaan sensoris
Menentukan level sensasi terutama dengan melakukan level dermatom.
Prinsip terapi bagi penderita cedera medulla spinalis
a. Perlindungan terhadap trauma lebih lanjut
Perlingdungan ini meliputi pemasangan kolar servikal semi rigid dan long back board, melakukan modoifikasi teknik log roll untuk mempertankan kesegarisan bagi seluruh tulang belakang, dan melepaskan long spine board secepatnya. Immobilisasi dengan long spine board pada penderita yang mengalami paralysis akan meningkatkan resiko terjadinya ulkus decubitus pada titik penekanan.
b. Resusitasi cairan dan monitorin
• Monitoring CVP
Cairan intara vena yang dibutuhkan pada umumnya tidak banyak, hanya untuk maintenance saja, kecuali untuk keperluan pengelolaan syok.
• Kateter urin
Pemasangan kateter dialakukan pada primary survey dan resusitasi.
• Kateter lambung
Dipasang pada penderita dengan paraplegia dan kuadriplegia untuk mencegah terjadinya distensi kandung kemih
c. Penggunaan steroid
Prinsip melakukan imobilisasi tulang belakang dan log roll
A. Penderita dewasa
Empat orang dibutuhkan untuk melakukan modifikasi log roll dan immobilisasi penderita dan immobilisasi penderita, seperti pada long spine board : (1) satu untuk mempertahankan immobilisasi segaris kepala dan leher penderita; (2) satu untuk badan(termasuik pelvis dan panggul); (3) satu untuk pelvis dan tungkai dan,(4) satu mengatur prosedur ini mempertahankan seluruh tubuh penderita dalam kesegarisan, tetapi masih terdapat gerakan minimal pada tulang belakang. Saat melakukan prosedur ini, immobilisasi sudah dilakukan pada ekstremitas yang diduga mengalami fraktur;
• Long spine board dengan tali pengikat dipasang pada sisi penderita
• Dilakukan in line immobilisasi kepala dan leher secara manual, kemudian dipasang kolar servikal semirigid.
• Lengan penderita diluruskan dan diletakkan disamping badan
• Tungkai bawah penderita diluruskan secara hati – hati dan diletakkan dalam posisi kesegarisan netral sesuai dengan tulang belakang, ke2 pergelangan kaki diikat satu sama lainnya dengan plester.
• Pertahankan kesegarisan kepala dan leher penderita sewaktu orang kedua memegang penderita pada daerah bahu dan pergelangan tangan.
• Dengan komando dari penolong yang mempertahankan kepala dan leher, dilakukan log roll sebagai satu unit kearah kedua penolong yang berada pada sisis penderita, hanya memerlukan spine board dibawah penderita.
• Spine board terletak dibawah penderita, dan dilakukan log roll kearah spine board.
• Demi mencegah terjadinya hiperekstensi leher dan kenyamanan penderita maka diperlukan bantalan yang diletakkan dibawah leher penderita.
• Bantalan, selimut yang dibulatkan diletakkan atau alat penyangga lainnya diletakkan disebelah kiri dan kanan kepala dan leher penderitadan kepala diikat dengan spine board.
B. Penderita anak
• Untuk immobilisasi anak diperlukan long spine board pediatric. Bila tidak ada maka dapat menggunakan long spine board untuk dewasa dengan gulungan selimut diletakkan diseluruh sisi tubuh untuk mencegah pergerakan kearah lateral.
• Proporsi kepala anak jauh lebih besar dibandingkan dengan orang dewasa, olehnya itu harus dipasang bantalang dibah bahuuntuk menaikkan badan sehingga kepala yang besar pada anak tidak menyebabkan fleksi tulang leher, sehingga dapat mempertahankan kesegarisan tulang belakan anak.
Pengelolaan umum
Pada fase pra RS biasanya dilakukan tindakan immobilisasi sebelum transper penderita ke UGD. Setiap penderita yang dicurigai harus dilakukan imobilisasi dibagian atas dan bawah yang dicurigai menderita cedera, sampai fraktur dapat disingkirkan dengan pemeriksaan rongsen. Imobilisasi yang tepat dilakukan pada penderita yaitu dengan posisi netral, seperti berbaring terlentang tanpa rotasi atau membengkokkan tulang belakang. Perlu digunakan bantalan yang tepat untuk mencegah terbentuknya dekubitus. Bila terdapat deficit neurologist secepatnya melepas penderita dari long spine board untuk mencegah terjadinya dekubitus. Tempat tersering adalah pada daerah oksiput dan sacrum.
2. 6. Komplikasi dan pencegahan trauma medulla spinalis
1. Komplikasi
• Syok neurogenik versus syok spinal
Syok neurogenik merupakan hasiol dari kerusakan jalur simpatik yang desending pada medulla spinalis. Kondisi mengakibatkan kehilangan tonus vasomotor dan kehilangan persarafan simpatis pada jantung. Keadaan ini menyebapkan vasodilatasi pembuluh darah visceral serta ektremitas bawah, terjadi penumpukan darah dan sebagai konsekuensinya terjadi hipotensi. Sebagai akibat kehilangan cardiac sympatik tone. Penderita akan mengalami bradikardia atau setidak –tidaknya gagal untuk menjadi takhikardia sebagai respon dari hipovolemia. Pada keadaan ini tekanan darah tidak akan membaik hanya dengan impus saja dan usaha untuk menormalisasi tekanan darah akan menyebabkan kelebihan cairan dan udema paru. Tekanan darah biasanya dapat diperbaiki dengan penggunaan vasopresor, tetapi perfusi yang adekuat akan dapat dipertahankan walaupun tekanan darah belum normal.
Syok spinal adalah keadaan flasid dan hilangnya repleks, terlihat setelah terjadinya cedera medulla spinalis. Pada syok spinal mungkin akan tampak seperti lesi komplit, walaupun tidak seluruh bagian rusak.
• Efek terhadap organ lain.
Hipoventilasi yang disebabkan karena paralysis otot interkostal dapat merupakan hasil dari cedera yang mengenai medulla spinalis didaerah servikal bawah atau torakal atas. Bila bagian atas atu tengah medulla spinalis didaerah servikal mengalami cedera, diagframa akan mengalami paralysis yang disebabkan segmen
C3 –C5 terkena, yang mempersarafi diagfragma melalui
N. frenikus.
• Trombosis vena profunda adalah komplikasi umum pada cedera medulla spinalis. Pasien PVT berisiko mengalami embolisme pulmonal.
• Komplikasi lain adalah hiperfleksia autonomic(dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak,kongesti nasal,piloereksi, bradikardi dan hipertensi), komplikasi lain yaitu berupa dekubitus dan infeksi(infeksi urinarius,dan tempat pin ).
2. pencegahan
factor –faktor resiko dominant untuk cedara medulla spinalis meliputi usia, jenis kelamin, dan penyalahgunaan obat. Frekuensi factor resiko ini dikaitkan dengan cedera medulla spinalis bertindak untuk menekankan pentingnya pencegahan primer.untuk mencegah kerusakan dan bencana cedera ini, langkah – langkah berikut perlu dilakukan : (1) menurungkan kecepatan berkendara., (2) menggunakan sabuk pengaman, (3) menggunakan helm untuk pengendara motor dan sepeda, (4) program pendidikan langsung untuk mencegah berkendara sambil mabuk, (5) mengajarkan penggunaan air yang aman, (6) mencegah jatuh,(7) menggunakn alat – alat pelindung dan tekhnik latihan.
3. 7. ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA MEDULLA SPINALIS
 Pengkajian
1. Aktivitas isterahat
Tanda : kelumpuhan otot ( terjadi kelemahan selama syok spinal ) pada/ dibawah lesi. Kelemahan umum/kelemahan otot ( trauma dan adanya kompresi saraf)
2. Sirkulasi
Gejala: Berdebar –Debar, pusing saat melakukan perubahan posisi atau bergerak.
Tanda : hipotensi, hipotensi postural, bradikardi, ektremias dingin dan pucat. Hilangnya keringat pada daerah yang terkena.
3. Eliminasi
Tanda : inkontinensia defekasi dan berkemih.
Retensi urine. Distensi abdomen, peristaltic usus hilang. Melena, emesis berwarna seperti kopi tanah/hematemesis
4. Integritas Ego
Gejala : Menyangkal, tidak percaya, sedih, marah.
Tanda : takut, cemas, gelisah , menari diri.
5. Makanan/ Cairan
Tanda : mengalami distensi abdomen, peristaltic usus hilang ( ileus paralitik)
6. Higyene
Tanda : sangat ketergantungan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
7. Neurosensori
Gejala : kebas, kesemutan, rasa terbakar pada lengan /kaki. Paralysis flaksid/spastisitas dapat terjadi saat syok spinal teratasi, tergantung pada area spinal yang sakit.
Tanda : Kelumpuhan, kelemahan (kejang dapat berkembang saat terjadi perubahan pada syok spinal.
Kehilangan sensasi, kehilangan tonus otot/ vasomotor, kehilangan refleks/ refleks asimetris termasuk tendon dalam. Perubahan reaksi pupil,ptosis, kehilangan keringat dari bagian tubuh yang terkena karena pengaruh trauma spinal.
8. Nyeri/kenyamanan
Gejala ; Nyeri tekan otot, hiperestesia tepat diatas daerah trauma.
Tanda : Mengalami deformitas, postur,nyeritekan vertebral.
9. pernapasan
Gejala : napas pendek, “ lapar udara” sulit bernapas.
Tanda : pernapasan dangkal/labored,periode apnea, penurunan bunyi napas, ronki,pucat, sianosis.
10. keamanan
gejala : suhu yang berfluktuasi
11. seksualitas
gejala : keinginan untuk kembali seperti fungsi normal.
Tanda : Ereksi tidak terkendali (pripisme), menstruasi tidak teratur.
12. Penyuluhan / pembelajaran
 Diagnosa
1. Resiko Tinggi pola napas tidak efektif b/d kerusakan persarafan dari diagfragma, kehilangan komplit atau campuran dari fungsi otot interkostal.
2. Resiko tinggi trauma b/d kelemahan temporer/ketidakstabilan kolumna spinalis.
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan, paralisis,atropi.
4. Nyeri akut b/d cedera psikis, alat traksi
 intervensi
1. Resiko tinggi pola napas tidak efektif
Kriteria evaluasi : Mempertahankan ventilasi adekuat dibuktikan oleh takadanya distress pernapasan dan GDA dalam batas normal
 Lakukan pengisapan bila perlu. Catat jumlah, jenis, dan karakteristik sekresi
Rasional ; jika batuk tidak efektif, penghisapan dibutuhkan untuk mengeluarkan secret, meningkatkan distribusi udara, dan mengurangi resiko infeksi pernapasan.
 Kaji fungsi pernapasan dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan napas dalam.
Rasional ; Trauma pada C1 – C2 menyebabkan hilangnya fungsi pernapasan secara menyeluruh, trauma C4-5 mengakibatkan hilangnya fungsi pernapasan yang bervariasi tergantung pada tekanan saraf frenikusdan fungsi diafragma.
 Auskultasi suara napas.
Rasional; Hipoventilasi biasanya terjadi atau menyebabkan akumulasi/atelektasis atau pneumonia (komplikasi yang sering terjadi).
 Observasi warna kulit , adanya sianosis, keabu-abuan
Rasional; Menggambarkan akan terjadinya gagal napas yang memerlukan evaluasi dan intervensi medis dengan segera.
 .berikan oksigen dengan cara yang tepat seperti dengan kanul oksigen, masker,intubasi
Rasional; Metode yang akan dipilih tergantung dari lokasi trauma, keadaan insufisiensi pernapasan, dan banyaknya fungsi otot pernapasan yang sembuh setelah fase syok spinal.
2. resiko tinggi trauma b/d kelemahan temporer
Kriteria evaluasi : Mempertahankan kesejajaran yang tepat dari spinal tanpa cedera medulla spinalis lanjut
 Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi seperti traksi, halo brace, kolar leher, bantal pasir dll.
Rasional; Menjaga kestabilan dari kolumna vertebra dan membantu proses penyembuhan.
 Tinggikan bagian atas dari kerangka traksi atau tempat tidur jika diperlukan.
Rasional; Membuat keseimbangan untuk mempertahankan posisi pasien dan tarikan traksi..
 Ganti posisi, gunakan alat Bantu untuk miring dan menahanseperti alat pemutar, selimut terrgulung, bantal dsb.
Rasional; Mempertahankan posisis kolumna spinalis yang tepat sehingga dapat mengurangi resiko trauma.
 Siapkan pasien untuk tindakan operasi, seperti laminektomi spinal atau fusi spinal jika diperlukan.
Rasional; Operasi mungkin dibutuhkan pada kompresi spinal atau adanya pemindahan fragmen –framen tulang yang fraktur
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler
Kriteria evaluasi : mempertahankan posisi posisi fungsi dibuktikan oleh tidak adanya kontraktur footdrop. Meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang sakit atau kompensasi
 Kaji secara teratur fungsi motorik
Rasional; mengevaluasi keadaan secara khusus karena pada beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi,
 Bantu atau lakukan latihan room pada semua ekstremitas dan sendi dengan perlahan dan lembut.
Rasional; Meningkatkan sirkulasi ,mempertahankan tonus otot,dan mobilisasi sendi, dan mencegah kontraktur dan atrofi otot.
 Gantilah posisi secaca periodik walaupun dalam keadaan duduk
Rasional; Mengurangi tekanan pada salah satu area dan meningkatkan sirkulasi perifer.
 Kaji rasa nyeri, kemerahan,bengkak, ketegangan otot jari
Rasional; Banyak sekali pasien denga trauma saraf servikal mengalami pembentukan trombus karena gangguan sirkulasi perifer,imobilisasi dan kelumpuhan flaksid.
 Konsultasi dengan ahli terapi fisik
Rasional; membantu dalam merencanakan dan melaksanakan latihan secara individual dan mengidentifikasi alat-alat Bantu untuk mempertahankan fungsi mobilisasi dan kemandirian pasien.
4. Nyeri akut b/d cedera psikis, alat traksi
Kriteria evaluasi : mengidentifikasi cara – cara untuk mengatasi nyeri
 Kaji terhadap adanya, Bantu pasien mengidentifikasi dan menghitung nyeri.
Rasional; Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera. Mis dada, punggung atau kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer.
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi factor pencetus
Rasional; Nyeri terbakar dan spasme otot dicetuskan/ diperberat oleh banyak factor mis,ansietas,tegangan, suhu eksternal.
 Berikan tindakan kenyamanan, mis perubahan posisi,masase,kompres hangat/dingin.
Rasional; Tindakan alternative mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan emosianal, selain menurunkan kebutuhan obat/efek tak diinginkan pada fungsi pernapasan.
 Berikan obat sesuai indikasi : relaxan otot mis, dantern (dantrium)
Rasional; Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme/nyeri otot atau untuk menghilangkan ansietas dan meningkatkan istirahat.


BAB III
PENUTUP

3. 1. KESIMPULAN
 Cedera Medula spinalis adalah cedera yang biasanya berupa fraktur atau cedera lain pada tulang vertebra, korda spinalis itu sendiri, yang terletak didalam kolumna vertebralis, dapat terpotong, tertarik,terpilin atau tertekan.
 Penyebab tersering adalah kecelakaan mobil, kecelakaan motor, jatuh,cedera olah raga, dan luka akibat tembakan atau pisau.
 Cidera medulla spinalis dapat diklasifikasikan sesuai dengan : level,beratnya deficit neurologik, spinal cord syndrome, dan morfologi.
 Cedera servikal dapat disebabkan oleh satu atau kombinasi dari mekanisme cedera ; (1) pembebanan aksial (axial loading), (2) fleksi, (3) ekstensi, (4) rotasi, (5) lateral bending, dan (6) distraksi.
 Tujuan peñatalaksanaan adalah mencegah cedera medulla spinalis lanjut dan mengopservasi gejala penurunan neurologik. Pasiaen diresusitasi bila perlu, dan stabilitas oksigenasi dan kardiovaskuler dipertahankan.
 Komplikasi
• Syok neurogenik versus syok spinal
• Trombosis vena profunda adalah komplikasi umum pada cedera medulla spinalis.
• Komplikasi lain adalah hiperfleksia autonomic(dikarakteristikkan oleh sakit kepala berdenyut, keringat banyak,kongesti nasal,piloereksi, bradikardi dan hipertensi), komplikasi lain yaitu berupa dekubitus dan infeksi(infeksi urinarius,dan tempat pin ).



 Diagnosa
1. Resiko Tinggi pola napas tidak efektif b/d kerusakan persarafan dari diagfragma, kehilangan komplit atau campuran dari fungsi otot interkostal.
2. Resiko tinggi trauma b/d kelemahan temporer/ketidakstabilan kolumna spinalis.
3. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan neuromuskuler ditandai dengan ketidakmampuan untuk bergerak sesuai keinginan, paralisis,atropi.
4. Nyeri akut b/d cedera psikis, alat traksi

4. 2. SARAN
Melalui makalah ini, diharapkan dapat memberikan sumbangsih pengetahuan mengenai cedera medulla spinalis dan penatalaksaannya baik prahospital maupun prehospital dan (asuhan keperawatan) yang profesional













DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Sylvia & Lorraine, 1994, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Brunner & suddarth. Keperawatan Medical Bedah. Penerbit buku Kedokteran
Volume 3 ,EGC. Jakarta 2001

Manjoer , Arif M, dkk. Kapita Selekta Kedoteran . penerbit media aeculapius FKUI
Edisi III. Jakarta 2000