Sabtu, 14 Agustus 2010

MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KURANG PERAWATAN DIRI

Modul ini akan membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri (tidak peduli terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga mempunyai kemampuan merawat pasien di rumah.

A. Tujuan pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan saudara dapat :
1. Melakukan pengkajian pada pasien kurang perawatan diri
2. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien kurang perawatan diri
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri
4. Melakukan tindakan keperawatan untuk keluarga pasien kurang perawatan diri
5. Melakukan evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat kurang perawatan diri
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan

B. Pengkajian
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
• Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
• Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
• Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
• Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

C. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan :

Kurang Perawatan Diri : - Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK


D. Tindakan keperawatan

1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias

3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat
diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Selamat pagi, kenalkan saya suster R”
”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang akan merawat T?”
“Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”

KERJA
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb.

“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.

“Berapa kali T makan sehari?
”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”

“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”.

“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.

”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”. ”Bagaimana perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani? Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.


SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur

ORIENTASI
“Selamat pagi Pak Tono?
“Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah ditandai di jadual hariannya?
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih kurang setengah jam”.

KERJA
“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke cermin, bagus…sekali!
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien yang lain.


SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai dijadual harian ?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat cermin dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )
KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca!
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”
“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama pasien yang lain”.

SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat siang T,”
” Wow...masih rapi dech T”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“

KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus! Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya, Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat, coba...T minta sendiri obatnya.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadual?.Besok kita ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini saja ya...!”

SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
Orientasi
“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan jadual kegiatannya..?”
“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...!

Kerja
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik itu di WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....”
“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?”
“Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”. “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi , lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”
“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual kegiatannya.”

2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri.

b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik maka Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Saudara lakukan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual
yang telah disepakati).
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.
6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri


SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi Pak / Bu, saya D, perawat yang merawat T”
“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, T?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami T dan bantuan apa yang dapat diberikan.”
“Berapa lama waktu Bapak/ Ibu yang tersedia?, bagaimana kalau 20 menit?, mari kita duduk di kantor perawat!”

KERJA
“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat T ?” Perawatan diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK.
“Perilaku yang ditunjukkan oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ; untuk kebersihan diri, kami telah melatih T untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran, ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya. T juga telah mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan, karena anak Bapak/ Ibu perempuan, kami harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk makan, sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, T telah mengetahui lanhkah-langkahnya : Cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan. Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan obat. Dan untuk BAB?BAK, dirumah ada WC Bapak/Ibu ?Iya..., T juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau T kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan?
Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah T sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”
”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”

TERMINASI
Bagaimana perasaan Pak J setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak J sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak Bapak, T dalam merawat diri.”
” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada T.”
“Dan dirumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi dan membantu T saat membersihkan diri.”
“Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan saya dampingi untuk memotivasi T dalam merawat diri.”



SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini:
ORIENTASI
“Assalamualaikum Bapak/Ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung keT ya?”
“Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?”

KERJA
“Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktekkan cara memotivasi T untuk mandi, berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada T?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat T ?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu membesuk T”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan mencoba lagi cara merawat T sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum Bapak/Ibu hari ini T sudah boleh pulang, untuk itu perlu dibicarakan jadual T selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat T?”
“Nah sekarang mari kita bicarakan jadual di rumah tersebut disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu.?”

KERJA
“Pak,Bu...,ini jadual kegiatan T dirumah sakit, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan dirumah.?
“ Pak / Bu..jadual yang telah dibuat selama T di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya T menolak terus menerus untuk makan, minum, dan mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka segera hubungi Suster S di Puskesmas Ingin Jaya, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 446xxx.
Selanjutnya suster S yang akan membantu memantau perkembangan T selama di rumah”

TERMINASI
“ Bagaimana Pak, Bu...ada yang belun jelas ?. Ini jadual harian T untuk dibawa pulang.” Dan ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas Indrapuri.”
“ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang tampak.” “ Silahkan selesaikan administrasinya.”


E. Evaluasi
1. Kemampuan pasien dan keluarga

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH KURANG PERAWATAN DIRI

Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

No
Kemampuan Tanggal

A Pasien
1 Menyebutkan pentingnya kebersihan diri
2 Menyebutkan cara membersihkan diri
3 Mempraktekkan cara membersihkan diri dan memasukkan dalam jadual
4 Menyebutkan cara makan yang baik
5 Mempraktekkan cara makan yang baik dan memasukkan dalam jadual
6 Menyebutkan cara BAB/BAK yang baik
7 Mempraktekkan cara BAB/BAK yang baik dan memasukkan dalam jadual
8 Menyebutkan cara berdandan
9 Mempraktekkan cara berdandan dan memasukkan dalam jadual
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian perawatan diri dan proses terjadinya masalah kurang perawatan diri
2 Menyebutkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
3 Mempraktekkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
4 Membuat jadual aktivitas dan minum obat klien di rumah (discharge planning)


2. Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.


No
Kemampuan Tanggal

A Pasien
SP I p
1 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2 Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3 Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP I p
SP IIp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara makan yang baik
3 Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang baik
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP IIp
SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3 Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi yang baik dan memasukkan dalam jadual
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP III p
SP IV p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara berdandan
3 Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP IV p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit perawatan diri
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien defisit perawatan diri
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP IIIk
Total nilai: SPp + SP k
Rata-rata


F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Panduan pengkajian pada pasien yang mengalami masalah kurang perawatan diri.
VI. Status Mental
1. Penampilan
 Tidak rapi
 Penggunaan pakaian tidak sesuai
 Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan …………………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….

VII. Kebutuhan Sehari-hari
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total

3. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan …..………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….



G. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah defisit perawatan diri adalah: TAK stimulasi persepsi:Perawatan Diri
1. Sesi I: Manfaat Perawatan Diri
2. Sesi II: Menjaga Kebersihan Diri
3. Sesi III: Tata Cara Makan dan Minum
4. Sesi IV: Tata Cara Toileting
5. Sesi V: Tata Cara Berdandan



H.Pertemuan Kelompok Keluarga

Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ENSEFALITIS

BAB I
PENDAHULUAN.

I.1 Defenisi
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai mikroorganisme. Infeksi virus pada jaringan otak ini hampir selalu merupakan penyebaran agen penyebab dari suatu tempat ke tempat yang lain, dimana biasanya terjadi degenerasi sel saraf yang luas disertai udema dan pembengkakan yang hebat.Infeksi pada susunan saraf pusat ini dapat mengenai jaringan otak (ensefalitis) atau menyingen (meningitis), keduanya dapat memberikan respon imun dan peradangan yang menyebabkan pembengkakan dan udema didalam atau disekitar otak sehingga terjadi peningkatan tekanan intracranial.
I.2 Etiologi.
Mikroorganisame yang dapat menimbulkan ensefalitis antara lain bakteri, protozoa, cacing, jamur dan virus. Penyebab yang terserimng dan terpenting adalah virus, dimana virus langsung menyerang otak atau reaksi radang karena infeksi sistemik. Ensefalitis biasanya berkaitan dengan kematian neuron-neuron akibat mikroorganisme penyebab..
Jenis virus yang dapat menyebabkan ensefalitis sesuai dengan jenis dan epidemiologinya antara lain:

 Inveksi virus yang bersifat epiodemik: Poliomyelitis.
 Inveksi virus yang bersifat sporadic;rabies
 Ensefalirtis pasca infeksi: pasca morbili.
I.3. Gejala klinis
Gejala klinis yang biasa ditemukan anatara lain sebagai berikut:
- Suhu tubuh yang mendadak naik
- sering kali ditemukan hiperpireksia
- kesadaran dengan cepat menurun,
- sebelum kesadaran menurun sering mengeluh nyeri kepala, muntah
- kejang – kejang dapat bersifat umum
- Gejala serebrum dapat beraneka ragam dimana dapat timbul secara sendiri-sendiri atau bersama-sama misalnya varesis atau paralysis dan apasia.
- Liquor serebrospinal sering dalam batas normal
- kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein dan glukosa.
- Nyeri tenggorokan
- Malaise, nyeri estremitas


I.4. Diagnosis
Diagnosis etiologi dapat ditegakkan dengan cara:
1. Biakan: darah, likuor serebrospinal jaringan otak dan dari veses
2. Pemeriksaan serolohgis.
3. Pemeriksaan patologi anatomi.
I.5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada kasus ensefalitis adalah:
- Retardasi mental
- Iritabel
- Gangguan motorik.
- Epilepsi.
- Emosi tidak stabil.
- Sulit tidur.
- Halusinasi.
- Anak menjadi perusak.



BAB II
PROSES KEPERAWATAN

II.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat.
Gejala: Perasaan tidak enak (Malaise).
Keterbatasan yang ditimbulkan oleh kondisinya.
Tanda: Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan,gerakan involunter. Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak
2. Sirkulasi
Gejala :Adanya riwayat kardiopatologi.
Tanda :tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan tekanan intra cranial dan pengaruh pada pusat vasomotor), takikardi.
3. Eliminasi.
Tanda :Adanya inkontenensia dan atau retensi.
4. Makanan/Cairan
Gejala :Kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan pada pase akut.
Tanda :anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering.


5. Higiene.
Tanda :Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut).
6. Neurosensori.
Gejala:sakit kepala merupakan gejala pertama dan biasanya berat, paretesia,terasa kaku pada semua persarapan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada saraf cranial). Ketulian juga bias terjadi atau hipersensitik terhadap ebisingan, serta terdapat halusinasi penciuman atau sentuhan.
Tanda: - erjadi retargi sampai kebingunan yang berat hingga koma.
- delusi dan halusinasi / psikosik organic.
- afasia/kesulitan dalam berkomunikasi
- pupil mengalami unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya akibat peningkatan tekanan intracranial
- Bola mata bergerak secara terus menerus.
- Ptosis (kelopak mata atas jatuh).
- Karakteristik pasial (Wajah): perubahan pungsi saraf motorik dan sensorik (saraf cranial V dan V11 terkena).
- Terjadi spastic.
- Terjadi Hemiparese atau hemiplagia

7. Nyeri/Kenyamanan.
Gejala: Sakit kepala (berdenyut dengan hebat,frontal) mungkin akan diperburuk oleh ketegangan leher, punggungkaku, nyeri gerakan ocular, fotosensitivitas, tenggorokan nyeri.
Tanda: Tampak terus terjaga, perilaku distraksia/gelisah, menangis, mengaduh dan mengeluh.
8. Pernapasan.
Tanda:Peningkatan kerja pernapasan, perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah.
9. Keamanan.
Gejala: - Adanya riwayat infeksi saluran napas atas, meliputi: Mastoiditis, telingah tengah, sinus.
- Gangguan penglihatan.
Tanda: - Diaforesis, suhu meningkat dan menggigil.
- Adanya ras, purpura menyeluruh, perdarahan sub kutan.
- Kelemahan secara umum : tonus otot flaksis atau spastic, Paralisis atau paresis, terjadi gangguan sensasi.
10. Penyuluhan/Pembelajaran.
Gejala: Masalah medis sebelumnya seperti penyakit kronis/gangguan umum,alkoholisme,DM,spenektomi,implantasi pirau ventrikel.
II.2. Diagnosa Keperawatan, Tujuan, Kriteria Hasil Dan Intervensi
1. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi baru
Kriteria evaluasi:
a. Tidak terdapatnya tanda-tanda infeksi seperti Rubor, dolor, tumor, fungsiolesa, kalor
b. Tidak ada pus pada daerah kulit yang rusak
c. Tidak ada infeksi dari kateter dan nfuse set
d. Tidak terjadi abses otak atau meningitis
Intervensi.
1. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melaklukan tindakan keperawatan secara aseptic dsan anti septic.
Rasional: Untuk mencegah infeksi nosokomial
2. Monitor suhu tubuh dan penurunan kesadaran
Rasional: Untuk mendeteksi tanda-tanda sepsis.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obat anti biotic.
Rasional: Antibiotik berguna untuk membunuh atau memberantas bibit penyakit yang masuk kedalam tubuh sehingga infeksi dapat dicegah.
4. Kolaborasi dengan tim analisis untuk pemeriksaan: Kadar leokosit, liquor dari hidung, telingah dan urin serta kultur resistensi.
Rasional: Kadar ;leukosit darah dan urin adalah indicator dalam menentukan adanya infeksi. Liaqour dari mulut dan hidung diperiksa untuk menentukan asal cairan dan kultur resistensi dan untuk menentukan jenis kuman serta terapi yang akan digunakan.
5. Bila ada perdarahan melelui hidung dan telinga atau liquor yang keluar dari hidung dan telingah maka tutup dengan kasa steril. Jangan memesukkan alat-alat tidak steril rasional: Bila ada kuman yang masuk melalui hidung dan telinga akan menyebar sampai ke cairan serebro spinal sehingga dapat menyebabkan abses otak dan meningitis.
6. Periksalah cairan atau liquor yanf keluar melalui hidung dan telinga.Kolaborasi dengan medis dan analis.
Rasinal :Untuk mengkaji apakah berasal dari serebro spinal.
2. Nyeri b/d kerurasakan jaringan otak akibat adanya toksin dalam darah.
Tujuan: Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Pasien tenang atau tidak gelisah.
b. Nyeri kepala, pusing dan pertigo hilang.
c. Pasien dapat istirahat dengan tenang.


Intervensi:
1. Kaji mengenai lokasi, intensitas, penyebaran, tingkat kegawatan dan keluhan pasien.
Rasional: Untuk memudahkan membuat intervensi
2. Ajarkan latihan tehnik relaksasi seperti latihan napas dalam dan relaksasi otot.
Rasional: Latihan napas dalam dan relaksasi otot dapat mengurangi ketregangan saraf sehiingga pasien merasa lebih rileks dan dapat mengurangi rasa nyeri kepala, pusing dan vertigo. Latihan napas dalam dapat membantu pemasukan oksigen lebih banyak terutama untuk oksigenasi otak.
3. Buat posisi kepala lebih tinggi (15-45 c.
Rasional: Posis kepala lebih tinggi dari badan dan kaki akan meningkatkan dan melancarkan aliran balik pembulu darah vena dari kepala sehingga dapat mengurangi edema.
4. Kurangi stimulus yang tidak menyenangkan dari luar.
Rasional: Respon yang tidak menyenagkan dapat meningkatkan ketegangan saraf.
5. kolaborasi dengan tim medis dalam pembereian obat-obat analgertik.
Rasional: Obat analgetik untuk meningkatkan ambang rasa nyeri, pusing yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri.

3. Trauma b/d aktivitas kejang umum
Tujuan: Tidak terjadinya trauma.
Kriteria hasil: Tidak mengalami kejang
Intervensi:
1. Pantau adanya kejang atau kedutan pada tangan,kaki dan mulut serta otot bagian yang lain.
Rasional: Mencerminkan adanya iritasi SSP secara umum yang memerlukan evaluasi segera dan intervensi yang mungkin untuk mencegah komplikasi.
2. Berikan keamanan pada pasien dengan memberi bantalan pada penghalang tempat tidur pertahankan penghalangan tempat tidur.
Rasional: Melindungi pasien ketika kejang.
3. Pertahankan tirah baring selama pase akut. Pindahkan atau gerakkan dengan bantuan yang sesuai untuk memperbaiki keadaan.
Rasional: Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadi vertigo
4. Berikan obat sesuai indikasi seperti fenitoin (dilantin), Diazepam (Valium), Fenobarbital (luminal)
Rasional: Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.



4. Perubahan Persepsi Sensori b/d menurunnya tingkat kesadaran.
Tujuan: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori.
Kriteria Evaluasi:
a. Tingkat kesadaran normal (GCS :E4 M6 V5)
b. Pasien kooperatif dalam pelaksanaan prosedur tindakan.
Intervensi:
1. Kaji respon sensori terhadap rabah/sentuhan, panas/dingin, tajam/tumpul dan catat perubahan yang terjadi.
Rasional: inpormasi yang didapat melalui pengkajian penting untuk mengetahui tingkat kegawatan dan kerusakan otak
2. Kaji persepsi pasien dan kemampuan berorientasi terhadap orang, tempat dan waktu.
Rasional: membantu memberikan intervensi selanjutnya.
3. Memberikan stimulus yang berarti seperti mengajak bicara dan berikan sentuhan.
Rasional: Untuk merangsang kembali kemampuan persepsi sensori.
4. Bicaralah dengan pasien secara tenang dan lembut.
Rasional: membantu pasien berkomunikasi sewmaksimal mungkin.
5. Berikan keamanan pasien pada sisis tempat tidur dan Bantu latihan jalan.
Rasional: Buruknya keseimbangan dapat meningkatkan resiko terjadinya injuri.
5. Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
Tujuan : Klien dan keluarga tidsak cemas
Kriteria Evaluasi:
a. klien dan keluarga dapat menyadari dan menerimah kenyataan.
b. Klien dan keluarga mempunyai rasa optimis terhadap kesembuhan pasien.
Intervensi:
1. Kaji perasaan keluarga dan beri rasa empati serta dengarkan keluhannya
Rasional: dapat mengurangi kecemasan keluarga sehingga pelaksanaan intervensi sesuai yang direncanakan.
2. Berikan penjelasan kepada keluarga tentang keadaan klien
Rasional: informasi yang disampaikan tentang kondisi pasien dapat memungkinkan tidak menimbulkan salah persepsi
3. Libatkan keluarga dalam pengambilan keputusan dan perencanaan.
Rasional: Memungkinkan keluarga menjadi bagian dari program yang di jalankan.
6. kurang pengetahuan b/d Keterbatasan kognitif.
Tujuan: Klien dapat menerimah dan memahami konsinya
Kriteria evaluasi:
a. Klien dapat aktif dalam intervensi tindakan
b. Klien dapat mengungkapkan kondisi atau proses penyakit yang dialami.
Intervensi:
1. Berikan informasi dalam bentuk singkat dan sederhana.
Rasional: Melatih kemampuan pasien untuk menerimah dan memproses informasi
2. berikan informasi tentang kebutuhan diet tinggi protein atau karbohidrat yang diberikan dalam juimlah kecil tapi sering.
Rasioanl: meningkatkan proses pertumbuhan dengan sedikit penurunan pada proses metabolisme dan iritasi lambung.
3. Kaji ulang pengobatan yang diberikan.
Rasional: Pemenuhan program pengoibatan yang teratur dapat mengatasi proses infeksi.
4. Diskusikan pencegahan proses penyakit sesuai kebutuhan.
Rasional: Eß‘ÂÔÕÔÃÙÐßÐƾ¼ĂŁĂĂ‚Ă˜ĂžĂŸĂĂ‹‘ĂŒĂ”ĂĂĂ…Ă˜Ă™‘ÚÔÜÐÜÁÄÐß‘ÁÐÂØÔß‘ÄßÅÄÚ‘ÜÔßÔÃØÜÐÙ‘ÕÐß‘ÜÔÜÁÃÞÂÔ‘Øß×ÞÃÜÐÂØ¼Ă“Ă”ĂƒĂ˜ĂšĂĂŸ‘Øß×ÞÃÜÐÂØ‘ÅÔßÅÐßÖ‘ÚÔÓÄÅÄÙÐß‘ÕØÔÅ‘ÅØßÖÖØ‘ÁÃÞÅÔØß‘ÐÅÐÄ‘ÚÐÃÓÞÙØÕÃÐÅ‘ÈÐßÖ‘ÕØÓÔÃØÚÐß‘ÕÐÝÐÜ‘ÛÄØÜÝÐÙ‘ÚÔÒØÝ‘ÅÐÁØ‘ÂÔÃØßÖƾ¼ĂŁĂĂ‚Ă˜ĂžĂĂŸĂ‹‘ÜÔßØßÖÚÐÅÚÐß‘ÁÃÞÂÔ‘ÁÔÃÅÄÜÓÄÙÐß‘ÕÔßÖÐß‘ÂÔÕØÚØÅ‘ÁÔßÄÃÄßÐß‘ÁÐÕБ‘ÁÃÞÂÔ‘ÜÔÅÐÓÞÝØÂÜÔ‘ÕÐß‘ØÃØÅÐÂØ‘ÝÐÜÓÄßÖƾ¼ĂșÐÛØ‘ÄÝÐßÖ‘ÁÔßÖÞÓÐÅÐß‘ÈÐßÖ‘ÕØÓÔÃØÚÐßƾ¼ĂŁĂĂ‚Ă˜ĂžĂŸĂĂ‹‘áÔÜÔßÄÙÐß‘ÁÃÞÖÃÐÜ‘ÁÔßÖÞØÓÐÅÐß‘ÈÐßÖ‘ÅÔÃÐÅÄÑÕÐÁÐÅ‘ÜÔßÖÐÅÐÂØ‘ÁÃÞÂÔ‘Øß×ÔÚÂØƾ¼Ă”ØÂÚÄÂØÚÐß‘ÁÔßÒÔÖÐÙÐß‘ÁÃÞÂÔ‘ÁÔßÈÐÚØÅ‘ÂÔÂÄÐØ‘ÚÔÓÄÅÄÙÐßƾ¼ĂŁĂĂ‚Ă˜ĂžĂŸĂĂ‹‘ĂŽndadak naik, hiperpireksia, kesadaran dengan cepat menurun, nyeri kepala, muntah,kejang – kejang , varesis atau paralysis dan apasia.,Liquor serebrospinal sering dalam batas normal,kadang ditemukan sedikit peninggian jumlah sel, kadar protein dan glukosa.,Nyeri tenggorokan,Malaise, nyeri estremitas
- Diagnosa yang dapat muncul adalah:
1. resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
2. Nyeri b/d kerurasakan jaringan otak akibat adanya toksin dalam darah.
3. Trauma b/d aktivitas kejang umum
4. Perubahan Persepsi Sensori b/d menurunnya tingkat kesadaran
5. .Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
6. kurang pengetahuan b/d Keterbatasan kognitif.

III.2. Saran
Kami mengharapkan masukan dan kritikan dari pembaca demi kesempurnaan makalah kam Sebab kami sadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan



DAFTAR PUSTAKA

Doenges dkk, ,2002 ,Rencana Asuhan Keperawatan edisi III, EGC, Jakarta.


Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2, Media aesculapius,
FK- U i, Jakarta.


Elizabeth J. Corwin,2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta.


Sylvia A. Prince,1995, Patofisiologi Buku 2 Edisi 4, EGC, Jakarta.


Robbins A Kumar, 1995, Buku Ajar Patologi II Edisi 4, EGC, Jakarta.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari modul ini saudara diharapkan mampu :
1. Mengkaji data perilaku kekerasan
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah perilaku kekerasan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan perilaku kekerasan

B. PENGKAJIAN
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.

2. Tanda dan Gejala
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang perilaku berikut ini:
a. Muka merah dan tegang
b. Pandangan tajam
c. Mengatupkan rahang dengan kuat
d. Mengepalkan tangan
e. Jalan mondar-mandir
f. Bicara kasar
g. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
h. Mengancam secara verbal atau fisik
i. Melempar atau memukul benda/orang lain
j. Merusak barang atau benda
k. Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

Data ini sesuai dengan format pengkajian untuk masalah perilaku kekerasan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.




C. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi mengontrol Perilaku Kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya perawat yang dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?” (tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........ (sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum”

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian jangan lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam 15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”


SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!

ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya (untuk yang muslim).”

TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja, jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol rasa marah bapak, setuju pak?”





SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?. Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
KERJA (perawat membawa obat pasien)
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak, karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”




2. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a). Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
b). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapt melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c). Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga


SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
RIENTASI
“Assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya A K, saya perawat dari ruang Soka ini, saya yang akan merawat bapak (pasien). Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa?”
“Bisa kita berbincang-bincang sekarang tentang masalah yang Ibu hadapi?”
“Berapa lama ibu kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 30 menit?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bu? Bagaimana kalau di kantor Perawat?”

KERJA
“Bu, apa masalah yang Ibu hadapi/ dalam merawat Bapak? Apa yang Ibu lakukan? Baik Bu, Saya akan coba jelaskantentang marah Bapak dan hal-hal yang perlu diperhatikan.”
“Bu, marah adalah suatu perasaan yang wajar tapi bisa tidak disalurkan dengan benar akan membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
“Yang menyebabkan suami ibu marah dan ngamuk adalah kalau dia merasa direndahkan, keinginan tidak terpenuhi. Kalau Bapak apa penyebabnya Bu?”
“Kalau nanti wajah suami ibu tampak tegang dan merah, lalu kelihatan gelisah, itu artinya suami ibu sedang marah, dan biasanya setelah itu ia akan melampiaskannya dengan membanting-banting perabot rumah tangga atau memukul atau bicara kasar? Kalau apa perubahan terjadi? Lalu apa yang biasa dia lakukan?””
“Bila hal tersebut terjadi sebaiknya ibu tetap tenang, bicara lembut tapi tegas, jangan lupa jaga jarak dan jauhkan benda-benda tajam dari sekitar bapak seperti gelas, pisau. Jauhkan juga anak-anak kecil dari bapak.”
“Bila bapak masih marah dan ngamuk segera bawa ke puskesmas atau RSJ setelah sebelumnya diikat dulu (ajarkan caranya pada keluarga). Jangan lupa minta bantuan orang lain saat mengikat bapak ya bu, lakukan dengan tidak menyakiti bapak dan dijelaskan alasan mengikat yaitu agar bapak tidak mencedari diri sendiri, orang lain dan lingkungan”
“Nah bu, ibu sudah lihat khan apa yang saya ajarkan kepada bapak bila tanda-tanda kemarahan itu muncul. Ibu bisa bantu bapak dengan cara mengingatkan jadual latihan cara mengontrol marah yang sudah dibuat yaitu secara fisik, verbal, spiritual dan obat teratur”.
“Kalau bapak bisa melakukan latihannya dengan baik jangan lupa dipuji
ya bu”.
TERMINASI
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara merawat bapak?”
“Coba ibu sebutkan lagi cara merawat bapak”
“Setelah ini coba ibu ingatkan jadual yang telah dibuat untuk bapak ya bu”
“Bagaimana kalau kita ketemu 2 hari lagi untuk latihan cara-cara yang telah kita bicarakan tadi langsung kepada bapak?”
“Tempatnya disini saja lagi ya bu?”


SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol
Kemarahan
a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat
c). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?”
“Berapa lama ibu mau kita latihan?”
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa berlatih bersama”

KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali. Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”

”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali, coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok! Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan kemarahan”.

“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang, tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus. Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”



SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a.Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, karena besok Bp sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita sekarang ketemu untuk membicarakan jadual Bp selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat Bp? Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama B di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bp menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di Puskesmas Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi Sr E akan merujuknya ke BPKJ.”
“Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di rumah”

TERMINASI
“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah, silakan menyelesaikan administrasi!”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”



E. EVALUASI
a. 1Kemampuan pasien dan keluarga
b. Kemampuan perawat


F. DOKUMENTASI
Berikut adalah contoh format pengkajian dari diagnosa keperawatan perilaku kekerasan. Format pengkajian lengkap dapat dilihat di modul 7

Latihan
Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham dengan menggunakan format yang tersedia

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
2. Aniaya seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
5. Tindakan kriminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

6. Aktivitas motorik
[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi

[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

7. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung

[ ] Kontak mata [ ] Defensif [ ] Curiga
Kurang

Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien




G. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan PK adalah: TAK stimulasi persepsi
1. Sesi I: mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Sesi II: mencegah perilaku kekerasan fisik
3. Sesi III: mencegah perilaku kekerasan sosial
4. Sesi IV: mencegah perilaku kekerasan spiritual
5. Sesi V: mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat



H. Pertemuan Kelompok Keluarga

Asuhan keperawatan untuk kelompok keluarga ini dapat diberikan dengan melaksanakan pertemuan keluarga baik dalam bentuk kelompok kecil dan kelompok besar. Lebih rinci panduan pertemuan keluarga ini dapat dilihat di modul lain. Demikian juga dengan format evaluasi untuk pasien dan perawat akan ditampilkan di modul khusus yang membahas pertemuan keluarga.

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN

Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

No
Kemampuan Tanggal

A Pasien
Sp 1
1 Menyebutkan penyebab PK
2 Menyebutkan tanda dan gejala PK
3 Menyebutkan PK yang dilakukan
4 Menyebutkan akibat PK
5 Menyebutkan cara mengontrol PK
6 Mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
SP2
7 Mempraktekkan latihan cara fisik II dan memasukkan dalam jadual
SP3
8 Mempraktekkan latihan cara verbal dan memasukkan dalam jadual
SP 4
9 Mempraktekkan latihan cara spiritual dan memasukkan dalam jadual
SP 5
10 Mempraktekkan latihan cara minum obat dan memasukkan dalam jadual
B Keluarga
SP 1
1 Menyebutkan pengertian PK dan proses terjadinya masalah PK
2 Menyebutkan cara merawat pasien dengan PK
SP2
3 Mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK
SP3
4 Membuat jadual aktivitas dan minum obat klien di rumah (discharge planning)



PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

No
Kemampuan Tanggal

A Pasien
SP Ip
1 Mengidentifikasi penyebab PK
2 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3 Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4 Mengidentifikasi akibat PK
5 Menyebutkan cara mengontrol PK
6 Membantu pasien mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik I
7 Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian
Nilai SP Ip
SP IIp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP IIp
SP IIIp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP IIIp
SP IVp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP IVp
SP Vp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP Vp
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala, serta proses terjadinya PK
3 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
Nilai SP Ik
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan PK
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien PK
Nilai SP IIk
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Nilai Total SP p + SP k
Rata-rata

ASUHAN KEPERAWATAN KUSTA

A. Pengertian
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang menular dan disebabkan oleh mycobacterium lepra yang interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata, otot, tulang, dan testis.

B. Etiologi
M. Leprae atau kuman Hansen adalah kuman penyebab penyakit kusta yang ditemukan oleh sarjana dari Norwegia, GH Armouer Hansen pada tahun 1873. Kuman ini bersifat tahan asam berbentuk batang dengan ukuran 1,8 micron, lebar 0,2-0,5 micron. Biasanya ada yang berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel terutama jaringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat di kultur dalam media buatan.

C. Patogenesis
Meskipun cara masuk M. Leprae ke tubuh belum diketahui pasti, beberapa penelitian, tersering melalui kulit yang lecet pada bagian tubuh bersuhu dingin dan melalui mukosa nasal.
Pengaruh M. Leprae ke kulit tergantung factor imunitas seseorang, kemampuan hidup M. Leprae pada suhu tubuh yang rendah, waktu regenerasi lama, serta sifat kuman yang Avirulen dan non toksis.
M. Leprae ( Parasis Obligat Intraseluler ) terutama terdapat pada sel macrofag sekitar pembuluh darah superior pada dermis atau sel Schwann jaringan saraf, bila kuman masuk tubuh tubuh bereaksi mengeluarkan macrofag ( berasal dari monosit darah, sel mn, histiosit ) untuk memfagosit.
Tipe LL ; terjadi kelumpuha system imun seluler tinggi macrofag tidak mampu menghancurkan kuman dapat membelah diri dengan bebas merusak jaringan.
Tipe TT ; fase system imun seluler tinggi macrofag dapat menghancurkan kuman hanya setelah kuman difagositosis macrofag, terjadi sel epitel yang tidak bergerak aktif, dan kemudian bersatu membentuk sel dahtian longhans, bila tidak segera diatasi terjadi reaksi berlebihan dan masa epitel menimbulkan kerusakan saraf dan jaringan sekitar.



D. Klasifikasi Kusta
Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :
1. TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering dan kadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresi kelenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.
2. BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jumlah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + )
3. Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gambaran khas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.Gangguan sensibilitas sedikit, BTA (+) pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( - ).
4. BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( - ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( - ).
5. LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlah sangat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan mukosa hidung, uji Lepromin ( - ).
WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu :
 Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT
 Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL

E. Gambaran Klinis
Menurut klasifikasi Ridley dan Jopling
1. Tipe Tuberkoloid ( TT )
• Mengenai kulit dan saraf.
• Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas, regresi, atau, kontrol healing ( + ).
• Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang teraba, kelemahan otot, sedikit rasa gatal.
• Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanya respon imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.
2. Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )
• Hampir sama dengan tipe tuberkoloid
• Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
• Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
• Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.
3. Tipe Mid Borderline ( BB )
• Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.
• Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.
• Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihi tipe BT, cenderung simetris.
• Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.
• Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oralpada bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.
4. Tipe Borderline Lepromatus ( BL )
Dimulai makula, awalnya sedikit lalu menjadi cepat menyebar ke seluruh tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodus melekuk bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khas saraf berupa hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dan gugurnya rambut lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada tempat prediteksi.
5. Tipe Lepromatosa ( LL )
• Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batas tidak tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
• Distribusi lesi khas :
o Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.
o Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.
• Stadium lanjutan :
o Penebalan kulit progresif
o Cuping telinga menebal
o Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertai madarosis, intis dan keratitis.
• Lebih lanjut
o Deformitas hidung
o Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis
o Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.
o Penyakit progresif, makula dan popul baru.
o Tombul lesi lama terjadi plakat dan nodus.
• Stadium lanjut
Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosis menyebabkan anestasi dan pengecilan tangan dan kaki.



6. Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)
• Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.
• Lokasi bahian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.
• Merupakan tanda interminate pada 20%-80% kasus kusta.
• Sebagian sembuh spontan.
Gambaran klinis organ lain
1. Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan
2. Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana
3. Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis
4. Lidah : ulkus, nodus
5. Larings : suara parau
6. Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi
7. Kelenjar limfe : limfadenitis
8. Rambut : alopesia, madarosis
9. Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.


F. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : HDR b/d inefektif koping indifidu
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d proses reaksi
c. Gangguan aktivitas b/d post amputasi
d. Resti injuri b/d invasif bakteri

G. Intervensi
Dx : GangguaAn konsep diri : Harga diri rendah berhubungan dengan inefektif koping indifidu
Tujuan :Klien dapat menerima perubahan dirinya setelah diberi penjelasan dengan kriteria hasil:
• Klien dapat menerima perubahan dirinya
• Klien tidak merasa kotor (selalu menjaga kebersihan)
• Klien tidak merasa malu
Intervensi :
1. Bantu klien agar realistis, dapat menerima keadaanya dengan menjelaskan bahwa perubahan fisiknya tidak akan kembali normal.
2. Ajarkan pada klien agar dapat selalu menjaga kebersihan tubuhnya dan latihan otot tangan dan kaki untuk mencegah kecacatan lebih lanjut.
3. Anjurkan klien agar lebih mendekatkan pada Tuhan YME.

Dx : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan luka amputasi
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan, dengan kriteria hasil :
• Klien merasakan nyeri berkurang di daerah operasi
• Klien tenang
• Pola istirahat-tidur normal, 7-8 jam sehari
Intervensi :
1. Kaji skala nyeri klien
2. Alihkan perhatian klien terhadap nyeri
3. Monitor keadaan umum dan tanda-tanda vital
4. Awasi keadaan luka operasi
5. Ajarkan cara nafas dalam & massage untuk mengurangi nyeri
6. Kolaborasi untuk pemberian obat antibiotik dan analgetik.
Dx : Perubahan pola aktivitas berhubungan dengan post amputasi
Tujuan :
Klien dapat beraktivitas mandiri sesuai keadaan sekarang setelah dilakukan tindakan keperaatan dengan kriteria hasil :
• Klien dapat beraktivitas mandiri
• Klien tidak diam di tempat tidur terus


Intervensi :
1. Motivasi klien untuk bisa beraktivitas sendiri
2. mengajarkan Range of Motion : terapi latihan post amputasi
3. Motivasi klien untuk dapat melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.

H. Implementasi
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya dengan mencantumkan waktu dan respon klien.

I. Evaluasi
1. Klien dapat menerima perubahan dirinya
2. Rasa nyaman terpenuhi dan nyeri berkurang
3. Klien dapat beraktivitas mandiri sesuai keadaan sekarang

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN NORMAL

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. Identitas Bayi
Nama : By “H”
Tanggal Lahir : 18 Maret 2008 jam 06.30 wita
Jenis Kelamin : Perempuan (♀)
Anak ke : II ( dua )

B. Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah)
Nama : Ny “ H ” / Tn “ B ”
Umur : 33 th / 29 th
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP /SMA
Pekerjaan : IRT / Karyawan
Pernikahan : 1kali / ±4th
Alamat : Pajaikang

C. Data Biologis / Data Fisiologis
1. Keadaan bayi baik
2. Riwayat selama kehamilan
- HPHT tgl 09 – 06 – 2007
- HTP tgl 16 – 03 – 2008
- Pemeriksaan kehamilan 6 X di RSU Daya
- Ibu memperoleh TT sebanyak 2X yaitu :
o TT I : umur kehamilan 4 bulan ( 09 – 10 – 2007 )
o TT II : umur kehamilan 5 bulan ( 09 – 11 – 2007 )
- Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan, alcohol, dan rokok

D. Riwayat Persalinan Sekarang
Ibu masuk RS tanggal 18 Maret 2008 dengan sakit perut tembus kebelakang pada jam 05.00 wita disertai pelepasan lendir dan darah
- Umur kehamilan 40 minggu
- Tempat persalinan RSU Daya
- Penolong persalinan adalah bidan
- Jenis persalinan normal

E. Riwayat Kelahiran
- Bayi lahir tanggal 18 Maret 2008 jam 06.30 wita
- BBL : 3100 gr
- PB : 51 cm
- Apgar Score : 8/10

TANDA 0 1 2 Menit
I II
Appereance( warna kulit ) Biru pucat Biru pucat, tungkai biru Semuanya merah mudah 2 2
Pulse (denyut jantung ) Tidak teraba <100 >100 1 2
Grimace (respon terhadap rangsang ) tidak teraba Menyeringai Menangis 2 2
Aktivity (tonus Otot) lemas Fleksi tungkai Bergerak aktif, fleksi tungkai baik 2 2
Respiratory (kemampuan bernafas) tidak ada Lambat, tidak teratur Baik, menangis kuat 1 2
JUMLAH 8 10

F. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a.Refleks mengisap baik
b. Pemberian ASI on demand ( tidak terjadwal )
c. Tidak ada kesulitan dalan menyusui
2. Eliminasi
a. BAK : kebiasaan : tidak teratur
warna : kuning muda
b. BAB : Kebiasaan : tidak tetap
warna : hitam kehijauan ( mekonium )
3. Personal Hygiene
a. Kebersihan badan bersih
b. Tali pusat bersih, basah, terbungkus dengan gaas steril
c. Pakaian diganti apabila basah

4. Istirahat
- Lamanya tidak tetap
- Bayi sering terbangun apabila lapar,BAK, BAB
G. Data Sosial Ekonomi
- Ibu dan keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayinya
- Kedua orang tua berharap agar nutrisi anaknya dapat terpenuhi dengan ASI
- Sosial ekonomi orang tua menengah ke bawah
H. Data Psikologis
1. Data emosional bayi
- Bayi nampak tenang
- Bayi akan nangis bila lapar, BAK, BAB
2. Data emosional orang tua
- Emosi stabil
- Orang tua senang dengan kelahiran bayinya
I. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum bayi baik, bayi nampak tenang
2. Respon terhadap rangsang baik
3. BBL = 3100 gr, PB = 51 cm
4. TTV : Denyut Jantung = 140 X/i, Suhu = 36,5ÂșC, Pernafasan =50 X/i
5. Kepala dan wajah
- Rambut hitam, tebal, dan lurus
- Tidak ada caput succedeneum dan cepal hematoma
6. Hidung
- Tidak ada gerakan cuping hidung
- Tidak ada polip dan sekret
7. Telinga
- Lekuk telinga normal
- Tidak terdapat sekret
8. Mulut dan bibir
- Refleks mengisap baik
- Keadaan bibir merah mudah dan lembab
9. Mata
- Tidak ada tanda – tanda infeksi ( mata bersih )
- Sklera tidak ikterus
10. Leher
- Tidak ada benjolan dan pembengkakan
11. Dada dan perut
- Tidak ada benjolan ditulang dada
- Gerakan perut mengikuti gerakan nafas
- Tali pusat masih basah dan terbungkus dengan gaas steril
12. Lengan dan tangan
- Jumlah jari – jari tangan lengkap
- Simetris kiri dan kanan
- Refleks genggam baik
- Refleks moro baik
13. Warna kulit kemerahan
14. Ekstremitas
- simetris kiri dan kanan
- Jumlah jari – jari lengkap
- Refleks babyn sky baik
15. Genitalia dan anus
- Labia mayora menutupi labia minora
- Klitoris tidak menonjol
- Nampak lubang anus
J. Pemeriksaan / Pengukuran
a. Ukuran lingkaran
- Lingkar kepala : 32 cm ( 33 – 38 cm )
- Lingkar dada : 33 cm ( 30 – 35 cm )
- Lingkar perut : 34 cm ( 33 – 38 cm )
- LILA : 11 cm (12 cm )
b. Ukuran panjang
- Kepala – sympisis : 29 cm ( 25 – 30 cm )
- Sympisis – kaki : 22 cm (20 – 23 )

LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnosa : Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
DS : Ibu mengatakan HPHT 09 – 06 – 2007
Ibu mengatakan bayinya lahir tanggal 18 – 03 – 2008
DO : HTP 16 – 03 – 2008
BBL = 3100, PB = 51 cm
Analisa dan Interpretasi data
Umur kehamilan aterm 37 – 42 minggu dan berat badan lahir normal 2500 – 4000 gr.
LANGKAH III : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Masalah Potensial : Terjadinya infeksi tali pusat
DS : - ibu mengatakan tali pusat bayinya masih basah
-Ibu mengatakan tali pusat bayinya masih terbungkus dengan kain gaas steril
DO : Tali pusat masih basah dan terbungkus dengan kain gaas
Analisa dan Interpretasi Data
Luka pemotongan tali pusat merupakan salah satu pintu masuknya mikroorganisme yang dapat berkembang biak dengan cepat dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuhnya belum terbentuk sempurna.

LANGKAH IV : TINDAKAN EMERGENCY
Tidak ada data yang menunjang

LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
Diagnosa : Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Tujuan : - Bayi dapat beradaptasi dengan lingkungan dari intra uteri ke ekstra uteri
-Tidak terjadi infeksi
Kriteria : - Bayi tidak mengalami gangguan suhu tubuh
-Keadaan umum baik
-Tali pusat kering
-Tidak ada tanda-tanda infeksi tali pusat
Rencana Tindakan
1. Jelaskan pada ibu tentang manfaat ASI
Rasional : Agar ibu tahu tentang manfaat ASI dan mau menyusui bayinya.
2. Ajarkan kepada ibu cara merawat tali pusat
Rasional : Agar ibu dapat merawat tali pusat sendiri sehingga tali pusat tidak infeksi
3. Anjurkan pada ibu untuk mengganti pakaian bayi apabila basah atau kotor.
Rasional : Dengan mengganti pakaian setiap kali basah dan kotor akan mengurangi resiko terjadinya infeksi.
4. Observasi tanda – tanda infeksi
Rasional : Tali pusat berbau busuk, panas, bengkak dan berwarna kemerah – merahan merupakan tanda – tanda terjadinya infeksi tali pusat.
5. Observasi suhu tubuh bayi
Rasional : Dengan memantau perubahan yang terjadi, merupakan indikator yang menunjukkan adanya infeksi, maka akan mempermudah untuk menentukan intervensi selanjutnya.

LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tanggal 18 Maret 2008
Diagnosa : Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
1. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat ASI
Hasil : Ibu mengetahui manfaat ASI dan mau menyusui bayinya
2. Mengajarkan pada ibu cara merawat tali pusat
Hasil : Ibu dapat melakukan sendiri
3. Menganjurkan kepada ibu untuk mengganti pakaian bayi apabila basah dan kotor.
Hasil : Ibu sering mengganti pakaian bayi bila basah dan kotor
4. Mengobservasi tanda – tanda infeksi tali pusat
Hasil : Tidak ada tanda – tanda infeksi tali pusat
5. Mengobservasi suhu tubuh bayi
Hasil : Tidak ada perubahan suhu yang menandakan bayi demam

LANGKAH VII : EVALUASI
Tanggal 18 Maret 2008 jam 12.30 wita
Diagnosa : Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Masalah Potensial : Infeksi tali pusat
1. Ibu mengetahui dan mengerti manfaat ASI
2. Ibu tahu cara merawat tali pusat dan mau merawat tali pusat bayinya sendiri
3. Pakaian bayinya sering diganti apabila basah dan kotor
4. Tidak terjadi infeksi tali pusat yang ditandai dengan :
- Tali pusat berbau busu
- Panas
- Bengkak, dan
- Berwarna kemerah – merahan
5. Bayi tidak mengalami demam
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
BAYI BERAT BADAN LAHIR NORMAL
S O A P

No Register : 115 / 08
Tanggal Lahir : 18 Maret 2008 jam 06.30 wita
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2008 jam 12.00 wita

Identitas Data Dasar
1. Identitas Bayi
Nama : By “H”
Tanggal Lahir : 18 Maret 2008 jam 06.30 wita
Jenis Kelamin : Perempuan (♀)
Anak ke : II ( dua )
2. Identitas Orang Tua ( Ibu / Ayah)
Nama : Ny “ H ” / Tn “ B ”
Umur : 33 th / 29 th
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMP /SMA
Pekerjaan : IRT / Karyawan
Pernikahan : 1kali / ±4th
Alamat : Pajaikang


SUBJEKTIF ( S )
o Ibu mengatakan telah melahirkan bayi perempuan tanggal 18 Maret 2008 jam 06.30 wita.
o Ibu mengatakan bayinya kuat menyusui.

OBJEKTIF ( O )
o Bayi baru lahir, JK = perempuan tanggal 18 Maret 2008 jam 06.30 wita.
o BBL = 3100 gr, PB = 51 cm
o Tidak ada cacat bawaan
o Refleks isap baik
o Keadaan bayi sehat

ASSESMENT ( A )
Bayi lahir normal, spontan dengan presentase belakang kepala dan tidak terjadi tanda – tanda infeksi.

PLANNING ( P )
1. Menjelaskan pada ibu tentang manfaat ASI
Hasil : Ibu mengetahui manfaat ASI dan mau menyusui bayinya
2. Mengajarkan pada ibu cara merawat tali pusat
Hasil : Ibu mengerti dan dapat melaksanakannya sendiri
3. Menganjurkan ibu untuk mengganti pakaian bayinya bila basah dan kotor.
Hasil : Ibu bersedia melakukannya
4. Mengobservasi tanda – tanda infeksi tali pusat
Hasil : Tidak ada tanda – tanda infeksi pada tali pusat
5. Mengobservasi suhu tubuh bayi
Hasil : Tidak ada perubahan suhu yang menandakan bayi demam.

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KELUARGA BERENCANA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF KELUARGA BERENCANA
PADA NY “N“ AKSEPTOR KB PIL
DI BPS Hj. MARHAENI
TGL 22 MEI 2009

No Register : 00 48
Tgl kunjungan : 20 Mei 2009 jam 16.30 wita
Tgl pengkajian : 20 Mei 2009 jam 16.35 wita
Ruangan : Poliklinik KB

LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS ISTRI / SUAMI
Nama : Ny “ I “ / Tn “ R “
Umur : 31 tahun / 30 tahun
Suku : Bugis / Bugis
Agama : islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Guru Sukarela / PTT
Alamat : Laba
B. DATA BIOLOGIS
Keluhan utama :Ibu mengatakan post partum 28 hari dan mau menjadi akseptor KB Pil.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Ibu tidak pernah menderita penyakit jantung , hipertensi, DM, gagal jantung, fungsi hati, asmah, TBC, gastritis, hepatitis.
2. Ibu tidak pernah di operasi maupun diopname
3. Tidak riwayat alergi makanan dan obat-obatan
4. Tidak ada riwayat anggota keluarga yang menderita penyakit menular
5. Tidak ada riwayat ketergantungan obat-obat terlarang dan minuman beralkohol dan merokok
D. RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
 Tidak ada riwayat penyakit menular dalam keluarga
 Tidak ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
E. RIWAYAT REPRODUKSI
 Riwayat Haid
• Menarche : 14 tahun
• Siklus haid : 28-30 hari
• Lamanya : 5-7 hari
• Dismenorhea : tidak ada
 Riwayat Obstetri
• G III P III A0
• Ibu melahirkan anak pertamanya di rumah tahun 1996 dgn jenis kelamin laki - laki, BBL 3000gr, ditilong oleh bidan dan menyusui ± 2 tahun.
• Ibu melahirkan anak keduanya di BPS Hj. Marhaeni thn 2002 dengan jenis kelamin perempuan, BBL 2700 gr, dan menyusui ± 2thn.
• Ibu melahirkan anak ketiga di BPS Hj. Marhaeni thn 2009 dengan jenis kelamin perempuan, BBL 3250 gr, dan sementara menyusui.
 Riwayat KB
Tahun 2002 ibu menjadi akseptor KB pil, kemudian berhenti karena ingin punya anak lagi.
 Riwayat Ginekologi
- Ibu tidak pernah mengalami tumor dan kanker kandungan.
- Ibu tidak pernah mengalami sakit kepala, pusing sejak menggunakan kontrasepsi pil.
- Ibu tidak pernah mengalami keputihan.
F. RIWAYAT AKTIFITAS SEHARI-HARI
 Kebutuhan nutrisi
 Pola makan : teratur
 Frekuensi : 3 x sehari
 Jenis makanan : nasi, lauk, dan sayur
 Kebutuhan minum : 8-10 gelas sehari

 Kebutuhan eliminasi
 BAK
• Frekuensi : 6-8 x sehari
• Warna : kuning muda

 BAB
• Frekuensi : 1 x sehari
• Warna : kuning tengguli
• Tidak ada perubahan selama menggunakan kontrasepsi

 Kebutuhan Personal hygiene
 Cuci rambut : 3 kali seminggu pakai shampoo
 Mandi : 2 kali sehari
 Gosok gigi : 3 kali sehari sehabis makan
 Ganti pakaian sehabis mandi
 Kebutuhan istrahat dan tidur
 Tidur siang : ± 1 jam
 Tidur malam : ± 7-8 jam
 Pekerjaan rumah tangga dilakukan sendiri, tidak ada pembantu
G. DATA PSIKOLOGIS, SOSIAL DAN SPRITUAL
1. Ibu mengatakan tidak ingin hamil lagi
2. Suami mendukung ibu menjadi akseptor KB
3. Ibu berkeyakinan bahwa pelaksanaan KB tidak bertentangan dengan agama.
4. Ibu selalu menjalankan sholat 5 waktu
H. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum ibu baik
2) Kesadaran komposmentis
3) Tanda-tanda vital :
• TD : 100 / 70 mmHg
• S : 36,5°C
• P : 24 x / i
• N : 80 x / i
4) Inspeksi dan palpasi
a. Kepala dan rambut
• Kulit kepala bersih dan rambut bersih
• Rambut tebal dan tidak mudah rontok
• Tidak ada massa dan benjolan
• Tidak ada nyeri tekan
b. Wajah
• Ekspresi wajah tenang, tidak pucat
• Tidak ada odema
c. Mata
• Konjungtiva merah muda dan sclera putih
• Tidak secret
• Tidak ada nyeri tekan

d. Hidung
• Tidak ada secret dan polip
• Tidak ada massa dan nyeri tekan
e. Mulut / gigi
• Mulut dan gigi bersih
• Tidak ada caries dan gigi yang tercabut
f. Telinga
• Simetris kiri dan kanan, bersih dan tidak ada serumen
• Tidak ada gangguan pendengaran
• Tidak ada massa
g. Leher
• Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis
• Tidak ada nyeri tekan dan massa
h. Payudara
• Simetris kiri dan kanan
• Puting susu terbentuk dan tidak ada retraksi puting
• Tidak ada massa dan nyeri tekan
• ASI ( + )
i. Perut
• Tampak datar
• Tampak linea nigra
• Tidak ada bekas operasi

j. Ekstremitas bawah
• Tidak ada odema dan varices
• Simetris kiri dan kanan
• Tidak ada nyeri tekan

LANGKAH II : IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH AKTUAL
Diagnose : calon akseptor KB pil mini
Data subjektif :
 Ibu mengatakan post partum hari ke-30
 Ibu mengatakan ingin menjadi akseptor KB pil mini
 Ibu mengatakan tidak ingin hamil lagi
 Ibu mengatakan tidak menderita gondok
Data objektif :
 Tidak ada varices pada tungkai bawah
 TTV :
TD : 100 / 70 mmHg
S : 36,5°C
P : 24 x / i
N : 80 x / i
Analisa dan interpretasi data
 Klien memilih menjadi anggota akseptor KB pil mini karena tidak ingin punya anak lagi
 Kontrasepsi pil merupakan metode kontrasepsi yang aman dan efektif dengan mekanisme kerjanya :
- Mencegah terjadinya ovulasi
- Menipiskan endometrium sehingga nidasi tidak mungkin terjadi.
- Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat perjalanan kontrasepsi. Pil mengandung hormonal yang dapat mempengaruhi produksi ASI.
• Keefektifan pil mini 98,5%, jangan sampai terlupa atau gangguan intensial (mual / diare ) karena dengan adanya kendala tersebut dapat mengakibatkan atau memungkinkan terjadinya kehamilan ( Panduan Pelayanan KB Hal MK – 48 )

LANGKAH III : ANTISIPASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Tidak ada data yang menunjang

LANGKAH IV : EVALUASI TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI
Tidak ada indikasi

LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
Masalah Aktual : Akseptor KB Pil mini
Tujuan :
Pelaksanaan pemberian pelayanan KB terlaksana
Kriteria
Ibu bersedia menjadi anggota akseptor KB
Ibu dapat mengetahui keuntungan dan kerugian KB
Ibu dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi
Tidak terjadi efek samping
RENCANA TINDAKAN
1. Sambut ibu dengan senyum, salam, dan sapa
Rasional :Dengan senyum, salam dan sapa ibu merasa diperhatikan dan mengikat hubungan baik antara bidan dan pasien.
2. Jelaskan pada ibu keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi
Rasional :Mengurangi kecemasan dan menambah pengetahuan ibu
3. Kaji tingkat kecemasan
Rasional :Untuk mengetahui tingkat kecemasan klien dan melakukan tindakan selanjutnya
4. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi dukungan moral pada ibu
Rasional :Ibu lebih tenang menghadapi masalahnya.
5. Observasi TTV
Rasional : sebagai indikator untuk mengetahui keadaan umum ibu
6. Beri pil KB dan anjurkan ibu untuk kembali bila pil nya sudah habis.
Rasional : agar konsumsi pil teratur
7. Anjurkan ibu dating kembali jika ada keluhan yang timbul
Rasional : ibu mengerti dan akan kembali ke bidan jika terjadi efek samping.


LANGKAH VI : IMPLEMENTASI
Tgl 22 Mei 2009 jam 16.30 wita
1. Menyambut ibu dengan senyum, salam dan sapa
2. Melakukan konseling dan menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian pil mini.
Hasil : ibu mengerti dan mengetahui cara kerja, keuntungan dan kerugian dari pil yaitu:
o Cara kerja :
-Menekan ovulasi
-Mencegah implantasi
-Mengentalkan lender serviks sehingga sulit dilalui oleh lender serviks.
-Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur terganggu
o Keuntungan :
-Sangat efektif bila digunakan teratur
-Tidak mengganggu hubungan seksual
-Tidak mempengaruhi ASI
-Kesuburan cepat kembali
-Nyaman dan mudah digunakan
o Kerugian :
-Peningkatan berat badan
-Bila lupa minum pil kegagalan dapat terjadi
-Payudara menjadi tegang
-Harus digunakan teratur
3. Mengkaji tingkat kecemasan
Hasil : kecemasan masih bisa teratasi
4. Memberi kesempatan kepada ibu untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi dukungan moral pada ibu
5. Mengobservasi TTV
Hasil : TD : 100 / 70 mmHg
P : 24 x / i
N : 80 x / i
S : 36,6°C
6. Memberikan kontrasepsi pil
7. Menganjurkan ibu dating kembali ( bulan berikutnya ) jika pil sudah hampir habis.
8. Menganjurkan ibu datang kembali jika ada keluhan

LANGKAH VII : EVALUASI
Ibu dapat mengerti kerugian dan keuntungan dari pil mini
Ibu tampak tenang
Ibu bersedia datang bila pil nya akan habis dan jika ada keluhan



PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA
S O A P

No Register : 00 48
Tgl kunjungan : 20 Mei 2009 jam 16.30 wita
Tgl pengkajian : 20 Mei 2009 jam 16.35 wita
Ruangan : Poliklinik KB

IDENTITAS ISTRI / SUAMI
Nama : Ny “ I “ / Tn “ R “
Umur : 31 tahun / 30 tahun
Suku : Bugis / Bugis
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : Guru Sukarela / PTT
Alamat : Laba

DATA SUBJEKTIF ( S )
 Ibu mengatakan tidak ingin hamil lagi
 Ibu mengatakan ingin menjadi akseptor KB pil mini
 Ibu mengatakan post partum hari ke-28
 Ibu bertanya-tanya tentang KB pil mini
DATA OBJEKTIF ( O )
1) Keadaan umum ibu baik
2) Kesadaran komposmentis
3) Tanda-tanda vital :
TD : 100 / 70 mmHg
S : 36,6°C
P : 24 x / i
N : 80 x / i
4) ekspresi wajah tampak tenang
5) tidak ada odem pada wajah, tangan dan kaki.
6) tidak ada varises pada tungkai
ASSESMENT ( A )
Akseptor KB pil mini tgl 20 Mei 2009 jam 16.30 wita.

PLANNING ( P )
Tgl 22 Mei 2009
1. Menyambut ibu dengan senyum, salam dan sapa
2. Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian alat kontrasepsi
3. Mengkaji tingkat kecemasan
4. Memberi kesempatan kepada ibu untuk mengungkapkan perasaannya dan memberi dukungan moral pada ibu
5. Mengobservasi TTV
6. Memberikan pil mini
7. Menganjurkan ibu datang kembali jika pil nya habis dan jika tim bul efek samping dalam mengkonsumsi pil mini tersebut.