Kamis, 13 Januari 2011

NERVUS CRANIALIS

NERVUS CRANIALIS terdiri dari 12 neuron antara lain,
1. N. Olfactorius; adalah tipe saraf Sensorik untuk penciuman.
2. N. Opticus adalah tipe saraf sensorik untuk penglihatan.
3. N. Oculomotorik adalah tipe saraf Motorik dan sensorik, fungsinya untuk menggerakan bola mata dan mengakat bola mata.
4. N. Trochlearis, adalah tipe saraf motorik dan sensorik, fungsinya untuk memutar bola mata, penggerakan bola mata dan informasi indera.
5. N. Trigeminus, adalah tipe saraf sensorik, fungsinya untuk kulit kepala kelopak mata, wajah, cavum nasi dan cavum oris.
6. N. Abduncens, adalah tipe saraf Motorik dan sensorik, fungsinya untuk mata dan menggoyangkan bola mata.
7. N. Facialis adalah tipe saraf motorik dan sensorik, fungsinya untuk menggerakan lidah, otot lidah dan selaput lendir rongga mulut.
8. N. Vestibilalocochlearis, adalah tipe saraf sensorik, fungsinya untuk indera pendengaran dan keseimbangan.
9. N. Glassopharyngeus, adalah tipe saraf motorik dan sensorik, fungsinya untuk rangsangan citra rasa, faring, tongsil dan lidah.
10. N Vagus adalah tipe saraf sensorik dan motorik, fungsinya untuk faring, laring, paru-paru dan esophagus.
11. N. Accecorius adalah tipe saraf motorik dan sensorik, fungsinya untuk otot l;eher dan leher.
12. N. Hypoglossus, adalah tipe saraf motorik dan saraf sensorik fungsinya untuk otot lidah dan cita rasa.
NERVUS MADULA SPINALIS
Terdiri dari
1. Saraf Lumbal, I & II: Membentuk nervua genitor femoralis yang mengurus pernapasan kilt daerah genitalia dan paha atas bagian media.
2. Saraf Lumbal, II & IV: Bagaian ventral membentuk Obtoratorius yang mensarafi otot obtoratori dan Abdoktur paha, bagian Sensorik mengurus sendi paha.
3. Saraf Lumbal II-IV: Bagian dorsal membentuk nervus femoralis mengsarafi lateralis yang mengsarafi kulit paha bagian lateral.
4. Saraf Lumbal IV- Sakral III: Bagian Ventral membentuk nervus Libialis.
5. Saraf Lumbal II&III: Bagian dorsal membentuk saraf Quedentus femoris lateralis yang mengsarafi kulit paha bagian lateral.
6. Saraf Lumbal IV- Sakral II: Bagian dorsal bersatu menjadi nervus fibulariskornius
7. Saraf Lumbal IV&V: Membenruk nervis Iskiadikus.
8. Servikal 10 Tonakal I : M embemtuk nervus Merchianus, berfungsi mengesulkan lengan dan jari, kulit, telapak tangan, ibu jari sampe tangan setengah radial jari ke-4.
9. Servikal IV & Torakal I: Membentuk Neuron Ulnarius mempersarafi otot tangan didaerah hipothem(telapak tangan) pada sisi tulang hasta kulit, telepek tangan dari jari ke-5 dan setengah bagian ulna jari manis.
10. Sertikal V-IV : Membentuk dorsal aksilaris yang mempersarafi Muskula deltoid.
11. Sertikal V-VIII: Membentuk nervus Radialis yang mempersarafi otot ekstensor, kulit lengan dan tangan bagian dorsal.
PENGKAJIAN SISTEM PENCERNAAN


1. Gejala yang sering ditemukan
a. Nyeri, kaji karakter , durasi, pola, frekuensi, waktu nyeri, lokasi dan distribusi penyebaran nyeri.
Nyeri pada gangguan saluran gastrointestinal terdapat 3 macam :
1. Visceral pain : nyeri yang terjadi pada organ yang berongga, karakteristik : panas, kolik, kram
2. Parietal pain : terjadi ketika peritoneum parietal mengalami inflamasi, karakteristik lebih dari viseral pain dan menetap
3. Referred pain
Gambar :

b. Phyrosis ( heartburn ), Ulkus
c. Kembung, distensi, merasa penuh dengan gas :
1. Sendawa : pengeluaran gas dari lambung melalui mulut
2. Flatulens : pengeluaran gas dari rektum
d. Mual,Muntah :
1. Berisi partikel makanan yg tdk dicerna
2. Berisi darah ( hematemesis)
3. Bila terjadi segera setelah perdarahan, muntah berwarna merah terang
4. Bila darah telah tertahan dlm lambung, akan berubah mjd warna kopi krn kerja enzim lambung
e. Perubahan kemampuan mengecap dan menelan, Alergi makanan
f. Diare / konstipasi
Karakteristik dan bau feces : feces berwarna coklat, merah terang, hitam, ter , kuning pucat dan berminyak
g. Melena : feces warna merah terang / hitam atau Urin berwarna coklat
h. Malaise, penurunan berat badan
i. Hernia
j. Meatal stenosis
k. Massa, Inflamasi
l. Edema, Gatal
m. Cystocele / rectocele, Endometriosis

2. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Pola nutrisi : pola makan, makanan kesukaan ( makanan tinggi lemak, rendah serat, terlalu berbumbu dll)
b. Pola eliminasi : diare, konstipasi , penggunaan pencahar, ileostomy / kolostomy
c. Gaya hidup : merokok, alkohol, obat-obatan, olah raga, koping terhadap stress
d. Riwayat penyakit yg pernah dialami : riwayat pengobatan, pembedahan

3. Riwayat keluarga
a. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga dapat meningkatkan resiko pada klien misalnya kanker kolon, pankreas dan proatat. Klien harus waspada sehingga dapat termotivasi untuk mendeteksi sejak awal
b. Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit, penatalaksanaan, prognosa

4. Riwayat social
a. Jenis pekerjaan
b. Aktivitas
c. Fasilitas kesehatan yang tersedia
d. Status ekonomi
e. Kebersihan lingkungan

5. Pengkajian fisik

a. Pembagian region abdominal
1) Right upper quadrant
2) Right lower quadran
3) Left upper quadrant
4) Left right lower quadran

Gambar

























b. Tehnik pemeriksaan fisik :
1). Inspeksi
a. KULIT
Observasi perubahan warna kulit
Hasil :
Normal
Secara normal kulit abdomen tampak lebih pucat dari pada area kulit yang lain karena jarang terpapar dengan sinar matahari
Abnormal
• warna keunguan pada pinggang (tanda Grey Turner ) menandakan adanya perdarahan pada intra abdomen. Perdarahan bias terjadi pada ginjal, pancreas, atau duodenum
• warna kekuningan pada jaundice lebih terlihat pada area abdomen
• pucat, regangan terlihat pada asites
• kemerahan mengindiaksikan adanya inflamasi
• perubahan warna yang disebabkan trauma juga merupakan tanda abnormal

Amati vaskularisasi pada abdomen
Hasil
Beberapa kumpulan vena dapat diamati dengan jelas.
Vena yang terletak diatas umbilicus mengalirkan darah menuju kepala. Sedang vena yang terletak di bawah umbikus mengalirkan darah kearah abdomen bawah.
Dilatasi vena dapat diamati pada klien sirosis hepatic, obstruksi vena cava, hipertensi portal dan asites.
Dilatasi arteriol dan kapiler dengan pusat seperti bingtang (tanda spider angioma) dapat terlihat pada klien denagn gangguan liver atau portal hipertensi.




Amati adanya Strie
Hasil
Adanya strie atau regangan merupakan tanda normal pada wanita setelah hamil
Strie warna pink tua terjadi pada klien dengan cushing’s sindrom.
Strie dapat jugan disebabkan karena asites yang dapat meregangkan kulit.

Amati scar. Tanyakan pada klien penyebab scar, ukur panjang dan lebar scar, amati bentuk dan letak scar.
Hasil
Scar yang tua terlihat pucat dan halus.
(scar merupakan tanda adesi adanya internal )
Scar yang tidak normal terlihat kemerahan, inflamasi, scar yang tidak sempurna. Scar dalam dan irregular disebabkan karena luka baker.

Amati adanya lesi dan kemerahan
Hasil
Abdomen secara norma l tidak terdapat lesi atau kemerahan. Moles datar dan kecoklatan merupakan hal normal.
Perubahan warna, ukuran, dan kesimetrisan moles merupakan tanda abnormal. Perdarahan atau petechie pada moles merupakan tanda abnormal

b. UMBILIKUS
Amati perubahn warna
Hasil
Warna umbilicus sama dengan kulit sekitarnya atau mungkin lebih gelap
Warna keungun disekitar umbilicus (Cullen’s sindrom) merupakan tanda perdarahan intraabdomen

Observasi letak umbilikus
Hasil
Berada ditengah garis tubuh
Letak umbilicus yang begeser disebabkan adanya desakan dari intraabdomen
Kontur umbilikus
Hasil
Menonjol atau kedalam tidak lebih dari 0.5 cm
Penonjolan umbilicus disebabkan adanya peningkatan tekanan intra abdomen atau distensi abdomen.

C. Kontur, Simetri, Gerakan
Observasi kontur dilakukan dari samping, atas kepala, dan bawah kaki.

Hasil
• Abdomen flat, rounded atau scapoid biasa terdapat pada orang dewasa.abdomen biasa berbentuk rounded
• Distensi umum terjadi bila terdapat akumulasi udara atau cairan intra abdomen.
• Distensi dibawah umbilicus terjadi bila bladder penuh, pembesaran uterus, tumor pada ovarium atau vesica urinary.
• Dilatasi diatas umbilicus terjadi bila terdapat masa pada pancreas, atau dilatasi lambung.
• Scapoid atau Kakeksia terjadi pada orang yang kelaparan atau menderita penyakit terminal.

Kaji kesimetrisan ketika klien terbaring (posisi supine)
Hasil
Untuk mengkaji hernia, diastasis recti atau untuk membedakan masa intra abdomen minta klien untuk mengkat kepala.
Secara normal abdomen simetris
Abdomen asimetris terdapat klien dengan pembesaran masa intraabdomen,hernia, distasis recti, bowel obtruksi.

Amati gerakan abdomen saat klien bernafas
Hasil
• Pernafasan abdomen biasa terlihat. Pernafasan abdomen lebih sering pada laki-laki dewasa
• Hilangnya pernafasan abdomen atau menjadi pernafasan dada menandakan adanya iritasi peritoneal.
• Observasi pulsasi aorta
• Pulsasi abdominal terlihat pada epigastrium, bisa tampak lebih panjang pada orang yang kurus
• Pulsasi yang kuat dan lebar merupakan tanda anurisma aorta abdomen

Amati gerakan peritaltik
Hasil
Peristaltik normal tidak terlihat
Peristaltik meningkat dan terdapat pola peningkatan dari LUQ menuju RLQ merupakan tanda obstruksi abdomen

2) Auskultasi

Hasil
• Bunyi intermittent, gelembung udara halus terdengar rata 5-30/ menit.
• Bunyi hiperaktif umumnya terdengar sebagai bunyi normal (borborygmi)
• Bunyi hipoaktif mengindikasikan penurunan motilitas usus.dapat disebabkan oleh efek anastesi atau obstruksi lanjut.
• Hiperaktif usus mengindikaiskan peningkatan motilitas, biasa disebabkan oleh diare, gastroenteritis, obstruksi tahap awal.
• Bunyi usus memghilang mengindikaiskan peritonitis atau ileus paralitik.
• Adanya bunyi pitc tinggi menandakan adanaya obstruksi.
• Gunakan stetoskop bell untuk memeriksa bunyi bruit
• Secara normal tidak terdengar
• Bruit terjadi bila ada turbulensi atau obstruksi.bruit mengindikasikan adanya aneurisma atau stenosis arteri.
• Dengarkan venous hum pada epigastrik dan sekitar umbilikus
• Secara normal tidak terdengar
• Venous hum terjadi karena adanay peningkatan sirkulasi kolateral antara portal dan system vena, terdapat pada klien sirosis.

Dengarkan bunyi friction rub diatas liver dan spleen dengan menggukan diafragma stetoskop
Hasil
Secara normal tidak terdengar
Bunyi friction rub dihasilkan Karen agesekan antara liver atau spleen dengan peritoneum. Bunyi ini seiring dengan pernafasan.
Friction rub pada kosta bawah kanan menandakan adanya abses hepatic dan metastasis
Friction rub pada anterior axial bagian kosta kiri bawah mengindikasikan adanya infraksi, abses, infecsi, atau tumor splee.

3). Perkusi

Normal : terdengar bunyi timpani diperut karena ada udara diperut dan usus.
Bunyi dullness pada hati dan limpa
Abnormal : terdengar timpani atau hiperesonan jika banyak udara dalam perut.
Abnormal jika terdengar di hati dan limpa, terdengar dullness kalau di bladder ada masssa atau asites
Perkusi hati :
Prosedur :
Tentukan daerah bawah dan atas, kaji bagian bawah, mulai dari RLQ didaerah mid klavikula line dan perkusi ke atas, catat perubahan dari timpani ke dullness
Normalnya pada garis bawah hati terdengan dullness, berada pada kostal margin 1-2 cm dibawah.
Anjurkan klien menarik napas dalam lalu perkusi dinding dada kanan atas MCL dan perkusi kebawah
Hasil
Normal : saat napas dalam, suara dullness menurun 1-4 cm dibawah costal margin
Normalnya jarak hati 6-12 cm dari MCL, ukuran hati menurun pada usia > 50 tahun.
Abnormal : hepatomegali adalah hati yang membesar, ini merupakan karakter dari tumor, sirosis, abses atau vaskular yg bengkak.
Atropi adalah ukuran yang mengecil, hati lebih kebawah posisinya mungkin karena empisema, posisi lebih tinggi mungkin karena ada massa, asites, paralisis diafragma.



Perkusi limpa
Dimulai dari posterior bagian kiri mid axila line ( MAL ) dan perkusi kebawah, tidak ada perubahan dari bunyi resonan paru ke suara dullness limpa.
Hasil
Abnormal : splenomegali adalah meluasnya bunyi dullness lebih dari 7 cm, mungkin karena injuri, hipertensi portal dan mononukleus.

Metode kedua : untuk mendeteksi pembesaran limpa adalah dengan perkusi bagian interspace kiri anterior axilary line ketika klien napas dalam, bunyi
Hasil
normalnya adalah timpani atau resonan
Abnormal : saat inspirasi, terdengar dullness pada interspace DI daerah AAL bagian kiri, hal ini menandakan pembesaran limpa
Sumber suara dullness yang lain harus disingkirkan sebelum mengatakan splenomegali mis : perut penuh, feses dalam kolon.

Perkusi jenis “ perform blunt “ pada hati dan ginjal
Perkusi liver
Normal : tidak ada tenderness
Abnormal : tenderness pada hati mungkin menandakan inflamasi / infeksi mis ; hepatitis / kolesititis.

4). Palpasi

Palpasi jenis “ perporm light”
Digunakan untuk mengidentifikasi area tenderness dan resiten otot
Prosedur : menggunakan ujung jari, tekan 1 cm, pindah kearea lain
Hasil
Normal : tidak terasa keras, namun lambut
Abnormal : jika ada reflek “ guarding “ hal ini menandakan ada iritasi pada peritoneal


Palpasi jenis “ perform deep “
Prosedur : menggunakan telapak tangan, tekan secara dalam ( 5-6 cm )
Gunakan 2 tangan untuk mengkaji struktur dalam
Hasil
Normal : teraba tenderness pad xipoid, aorta, secum, kolon sigmoid dan ovarium.
Abnormal : teraba tenderness keras atau nyeri, hal ini dapat disebabkan trauma, peritonitis, infeksi, tumor atau organ yang bengkak atau sakit.
Jika pada palpasi teraba massa, kaji lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi, batas, denyutan, kekerasan dan mobilitas.

Palpasi umbilikus
Palpasi umbilikus adan daerah sekitarnya, untuk mengetahui adanya bengkak, tonjolan atau massa.
Hasil
Normal : tidak ada bengkak, tonjolan atau massa.
Abnormal : jika ditemukan hal diatas mungkin disebabka kanker gastrointestinal

Palpasi aorta
Gunakan ibu jari dan jari telunjuk atau gunakan 2 tangan dan palpasi secara dalam di epigastrium sebelah kiri mid line


Hasil
Normal : 2,5-3 cm di aproximal dengan kekuatan denyut yang sedang dan regular, mungkin ditemukan ada tenderness yang lembut
Abnormal : ditemukan denyut yang menghentak, hal ini mungkin disebabkan aneurisma aorta
Palpasi liver
Menggunakan tehnik “hooking” : perawat berdiri disebelah kanan dada klien, ujung jari dilengkungkan ditepi batas kanan kostal, kemudian pasien dianjurkan napas dalam, secara tegas namun lembut, tekan kedalam dan keluar dengan ujung jari.


Hasil
Normal : liver biasanya tidak teraba, kadang teraba tenderness lembut
Abnormal : jika teraba keras mungkin hal ini disebabkan adanya kanker, jika ada nodul mungkin karena ada tumor, kanker metastatik, sirosis dan sifilis
Tenderness mungkin disebabkan dari vaskular yang bengkak mis : CHF, hepatitis akut atau abses

Palpasi limpa
Prosedur : perawat berdiri dikanan pasien , tangan kanan dibawah margin kostal kiri dengan jari menekan, tangan kiri letakan dibawah posterior tulang rusuk, klien menarik napas, tekan kedalam dan keluar, tahan dengan tangan yang lain





Hasil
Normal : limpa jarang teraba ditepi kostal kiri
Abnormal : pembesaran limpa mungkin karena trauma, mononukleus, perdarahan kronis atau kanker

Palpasi lanjut :
Pemeriksaan shifting Dullness
Digunakan untuk mendeteksi adanya asites
Prosedur
A. Posisi klien supine, pemeriksaa melakukan perkusi mulai dari sisi abdoment kearah umbilicus  catat perubahan suara dari dullness ke thympani
Lalu posisi klien dimiringkan
B. Perkusi dari samping abdoment kearah atas
Hasil
Normal : Tidak ada perubahan suara
Abnormal : Jika klien asites maka saat posisi supine cairan akan berada dikedua sisi abdoment, saat posisi miring cairan akan mengisi ruang dibawah umbilicus




Pemeriksaan fluid wave
Digunakan untuk mendeteksi adanya asites
Prosedur
Posisi klien supine, anjurkan klien untuk meletakkan kedua tangan diatas epigastrium, lalu asisten meletakkan tangan digaris tengah abdoment, pemeriksa meletakkan tangan dikedua sisi abdoment klien dan menggerakkan salah satu tangan
Hasil :
Jika ada pergerakan air kearah tangan yang menopang maka asites ( + )
Pemeriksaan ini tidak pasti harus dikofirmasi dengan USG
Tehnik ballottement
Tehnik palpasi ini digunakan untuk mengidentifikasi massa atau pembesaran organ
Prosedur : bisa dilakukan dengan satu tangan atau 2 tangan
A. Satu tangan
Gunakan ujung jari untuk menekan dinding abdoment
B. Dua tangan
Letakkan salah satu tangan dibawah panggul dan tekan dinding anterior abdoment dengan tangan yang lain
Hasil : Pada klien asites dapat dirasakan teraba masa yang bergerak bebas

Pemeriksaan appendiksitis

Blumberg’s dan Rousing’s sign
Digunakan untuk mengidentifikasi adanya iritasi abdoment
Prosedur : Palpasi kuadran kiri bawah lalu dengan cepa lepaskan
Tanyakan pada klien kapan nyeri tarasa ( saat ditekan atau dilepas ) dan dikuadran mana
Hasil :
• Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat ditekan pada kuadrant kiri bawah  tanda Rousing’s ( + ) kemungkinan klien mengalami acut appendiksitis
• Jika klien mengeluh nyeri dikuadrat kanan bawah saat tekanan pada kuadrant kiri bawah dilepas  tanda Blumberg’s ( + ) kemungkinan klien mengalami appendiksitis



Psoas Sign

Angkat kaki kanan mulai dari paha, letakkan tangan pengkaji pada paha bagian bawah. Minta klien mempertahankan posisi kaki dan berikan tekanan pada paha
Secara normal tidak nyeri
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot iliopsoas karena apendisitis


Obturator Sign :

Angkat kaki bagian bawah dan ankle. Fleksikan panggul dan kaki bagian bawah dan putar kaki kearah internal dan eksternal
Secara normal tidak nyeri
Nyeri pada RLQ disebabkan oleh iritasi otot obturator karena apendisitis atau perforasi apendik


Test Hipersensitifitas

Tekan abdomen dengan benda tumpul atau cubit lipatan kulit dengan jempol dan jari telunjuk lepaskan dengan cepat . lakukan cubitan sering.
Secara normal tidak nyeri atau peningkatan sensasi
nyeri atau peningkatan sensasi dirasakan pada RLQ adalah tanda + hipersensitif dan merupakan tanda appendicitis.

Test Cholecystitis :

Dengan menggunakan ujung jari Tekan bagian bawah liver pada margin kosta kanan dan minta klien untuk nafas dalam
Secara normal tidak ada peningkatan rasa nyeri
Adanya peningkatan rasa nyeri menyebabkan klien mengalami episode “inspirasi arrest” merupakan + tanda Murphy dan terkait dengan cholecystitis (lihat display 18-8)

Cara mengukur lingkar perut :
1. Ukur perut pada saat yang sama setiap hari, idealnya dilakukan pagi hari setelah klien BAB dan BAK, atau waktu yang didesain pada klien yang tirah baring
2. Posisi idealnya adalah berdiri, dapat dilakukan juga pada klien dengan posisi supine dan orthopneic. Posisi pengukuran harus sama setiap kali pengukuran.
3. Gunakan meteran yang sesuai
4. Letakkan meteran dibawah klien dan ukur mulai dari umbilicus
5. Ukur dengan unit telah ditentukan (cm atau inches)
6. Lakukan pengukuran pada tempat yang sama. Berikan tanda pada abdomen klien untuk membantu pengukuran pada tempat yang sama setiap hari.


6. Data Penunjang Advance :
a. Radiology :
1. Upper GI Tract (Barium swllow) :
Flouroscopy dengan medium contras. Digunakan untuk mendiagnosa struktur abnormal dari esophagus, lambung dan duodenum.
2. Small bowel series :
Medium dimasukkan sampai ileum terminal
3. Lower GI Tract (Barium enema) :
Test Flouroscopy x-ray pada colon dengan menggunakan medium contras yang pemberiannya melalui rectal (enema). Terdapat dua pilihan yaitu : double contras dan barium enema kontras-udara. Digunakan untuk mendeteksi polyp, tumor, divertikula dan inflamasi usus besar kronis.
Intervensi perawat:
• Menjelaskan pada klien untuk puasa 6 jam sebelum test
• Memberikan laksativ dan cairan setelah test untuk mengeluarkan barium
• Menjelaskan keadaan faces setelah dilakukan tindakan ( faeces akan berwarna putih
• Memitor tanda-tanda komplikasi ( sakit perut atau sembelit karena kegagalan pengeluaran barium )

4. Oral Cholecystogram :
Test X-ray untuk mevisualisasi GB setelah pemasukan telepaque yang dimasukkan melalui oral. Test ini digunakan untuk mengetahui kemempuan GB untuk mengkonsentrasikan dan menyimpan cairan kontras, dan patensi saluran biliar.

5. Cholangiography :
a. IV Cholangiogram : X-ray digunakn untuk memvisualisasi saluran biliar setelah injeksi intravena cairan radiopaque.
b. Percutaneous transhepatic cholangiogram : setelah anestesi local. Jarum dimasukan dengan floroskopy ked lm percabangan bilier, cairan empedu diambil dan zat kontran diinjeksikan, pemfokusan film diambil, prosedur ini digunakan utk mengetahu pengisian hepatic dan saluran bilier.
c. Surgical cholangiogram




Intervensi perawat :
• Menganjurkan klien untuk puasa 8 jam sebelum test
• Setelah test klien dimonitor untuk mengetahui perdarahan terhadap media kontras
• Klien miring kekanan selama 6 jam setelah test

6. Ultrasound :
a. Abdominal ultrasound
Untuk mendeteksi masa dan asites
b. Hepatobiliari ultrasound
Untuk mendeteksi subprenik abses, tumor dan sirosis
c. Gall Blader ultrasound
Untuk mendeteksi batu

Intervensi Perawat :
• Anjurkan klien untuk puasa 8 – 12 jam sebelum test
• Klien dapat makan dan beraktivitas normal setelah test

7. Nuclear Imaging Scans ( scintigraphy )
Untuk melihat ukuran, bentuk, posisi organ dan mengidentivikasi kelainan bentuk dan fungsi
8. Computed Tomography
Untuk mendeteksi saluran biliar, liver dan penyakit pada pancreas

Intervensi Perawat :
• Anjurkan klien untuk puasa 8 – 12 jam sebelum test
• Perawat melakukan test alergi yodium bila melakukan media kontras

9. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Prosedur noninvasive menggunakan gelombang radio magnetic
Untuk mendeteksi hepatic matastase dan sumber perdarahan gastrointestinal dan derajat cancer kolorectal

10. MRCP : Magnetic Resonance Cholangiopancreography
Untuk mengetahui gambaran isi dari saluran pancreas dan saluran bilier
11. Gastric emphtyng studies
Pemeriksaan radionulkead yang digunakan untuk mengetahui kemampuan lambung untuk mengosongkan benda padat dan cairan, dilakukan pada klien dengan kelainan pengosongan pada peptic ulcer, ulcer surgery dan gastric malignancy
12. Hepatobiliary scintigraphy
Digunakan untuk mengidentivikasi penyebaran neoplasma hepatih dan mengetahui adanya akut cholesistitis
13. Scintigrafy of GI Bleeding
Untuk mengetahui perdarahan aktif

b. Endoscopy :
1. Upper GI endoscopy :Esophagogastroduodenoscopy
EGD ( Oesogastroduodenoscopy ) tehnik visualisasi langsung lapisan mukosa pada esophagus, lambung dan duodenum dengan vidioendoskop
Dapat menggunakan video untuk melihat motilitas lambung, inflamasi, ulserasi, tumor atau parises dan mendeteksi malloryweiss
Intervensi Perawat :
• Menganjurkan klien puasa 8 jam sebelum prosedur
• Setelah prosedur monitor kesadaran, tanda vital, gejala dipsnea, kesakitan atau disphagia

2. Colonoscopy
Melihat langsung kolon atas sampai dengan spinkter ileusekal, digunakan untuk deteksi tumor dan dilatasi striktur
Intervensi Perawat :
• Memberikan laksativ 2 – 3 hari sebelum prosedur
• Melakukan enema pada hari test
• Setelah prosedur monitor adanya perubahan tanda-tanda vital dan adanya nyeri abdomeninal dan perdarahan rectal atau demam

3. Proctosigmoidoscopy
Visualisasi langsung rectum dan kolon sigmoid, untuk mendeteksi tumor dan penyakit infeksi, fisura dan haemorhoid

4. Endoscopyretrogradecholangiopancreatography (ERCP)
Dapat digunakan untuk batu empedu pada distal saluran billier, dilatasi striktur, biopsy tumor, menentukan pseudocyste
Intervensi Perawat :
• Monitor tanda nyeri abdomen, mual dan muntah setelah dilakukan prosedur

5. Peritoneoscopy ( Laparoscopy )
Visualisasi rongga peritoneal, biopsy spesimen


c. Blood Chemistry :
1. Serum Amylase ( Normal 0 s.d. 130 u/l)
Nilai Rujuka :
Dewasa : 60-160 Somogyi U/dL, 25-125 U/L (unit SI)
Hamil : sedikit meningkat
Anak : Biasanya tidak dilakukan
Lansia : Mungkin sedikit lebih tinggi dari dewasa
Iso enzim :Tipe S (saliva) : 45-70 %
Tipe P (pancreas): 30-55 %
Nilai-nilai ini dapat berbeda sesuai metode yang digunakan.
Urine : Dewasa : 4-37 U/L 2 jam
Deskripsi
Amilase adalah enzim yang dihasilkan oleh pancreas, kelenjar air liur, dan liver. Pada pankreatitis akut serum amylase meningkat dua kali dari normal. Nilai serum meningkat 2-12 jam setelah serangan, mancapia puncaknya 20-30 jam. Turun kembali sampai normal dalam 2-4 hari.Peningkatan serum amylase dapat terjadi setelah pembedahan abdomen meliputi kandung empedu dan lambung.
Ada dua jenis iso enzim amylase, tipe P dan S. Peningkatan Tipe P sering terjadi pada pankreatitsi akut. Peningkatan Tipe S dapat disebabkan tumor ovarium dan tumor bronkogenik.
Kadar amylase urin berguna untuk menentukan nilai normal tau meningkatnya amylase serum, terutama bila klien mempunyai tanda gejala pankreatitis. Dapat bertahan lebih dari 2 minggu setelah pankreatitis akut.
Masalah-masalah klinis
Penurunan kadar : D5W IV, pankreatitis kronis yang lanjut, nekrosis hati akut atau subakut, alkoholik kronis, toksik hepatitis, luka baker yang luas, tiro toksikosis yang berat.
Obat-obat yang menurunkan kadar :glukosa, sitras, flourida, oksalat
Peningkatan kadar : Pankreatitis akur, pankreatitis kronik (serangan akut), gastrektomi parsial, perforasi ulkus peptikum, obstruksi saluran pancreas, kolesistitis akut, kanker pancreas, asidosis diabetikum, DM, intoksikasi alcohol akut, mumps, gagal ginjal, BPH, luka baker, kehamilan.
Obat-obat yang meningkatkan kadar :
Narkotik, aetil alcohol (dalam jumlah banyak), ACTH, guanetidin, tiazid,
Diuretic, salisilat, tetrasiklin
Intervensi perawat:
• pastikan klien tidak mengkonsumsi gula, sebaiknya tidak diambil 2 jam setelah makan karena glukosa dapat menurunkan amilse (perawat harus mengethui D5W IV dapat menurunkan kadar amylase, atau menybabkan negative palsu
• Anjurkan klien untuk minum air selama pemeriksaan, kecuali bila ada kontraindikasi medis
• Ukur haluaran urin 8-24 jam. Kekurangan haluaran urin dapat mengakibatkan penurunan amylase urin.

2. Serum Lipase ( Normal 0 s.d. 160 u/l )
Nilai Rujukan :
Dewasa :20-180 UI/L, 14-280 mU/L, 14-280 U/L(unit SI)
Anak : 20-136 IU/L pada 37°C
Bayi : 9-105 UI/L pada 37°C
Deskripsi :
Lipase adalah enzim yang disekresikan oleh pancreas yang membantu mengolah lemak pada duodenum. Lipase seperti amylase terlihat dalam aliran darah setelsh kerusakan pancreas. Lipase dan amylase dapat meningkat setelah 2-12 jam pada pankreatitis akut, namun lipse serum dapat meningkat 14 hari setelah pankreatitis akut, dimana amilse kembali normal setelah 3 hari. Lipse serum berguna untuk diagnosa akhir.
Masalah-Masalah klinis
Peningkatan kadar Pankrreatitis akut, pankreatitis kronik, kanker pancreas, obstruksi saluran empedu, perforasi ulkus, stadium awal GGA
Obat-obatan yang dapat meningkatan nilai lipase : narkotik, steroid, betanekol
Intervensi perawat :
• Laporkan pada medis bila ada peningkatan nyeri abdomen yang menetap, kolaborasikan periksaan seru lipase untuk mendiagnosa pankreatitis akut yang laten.
• Berikan Keamanan pada klien dengan side rail untuk mencegah kecelakaan
• Beritahukan pada klien untuk tidak meminum minuman beralkohol setelah meminim obat-obat sedative, hipnotik, narkotik, traquilizer, antikonvulsan, antikoagulan
• Dengarkan keluhan-keluhan klien.

3. Antigen Karsinoembrionik ( CEA ) serum atau plasma
Nilai Rujukan :
Dewasa : Tidak merokok : < 2,5 ng/ml, merokok 3,5 ng/ml
Gangguan inflamasi akut : 10 ng/dl
Neoplasma : 12 ng/dl
Deskripsi
Untuk mendeteksi kanker kolon dan kanker pancreas, tetapi perlu pemeriksaan yang lain.
Peningkatan kadar CEA dapat terjadi selama gangguan inflamasi akut dan kanker saluran gastrointestinal, peran utama untuk memantau pengobatan karsinoma kolon dan pancreas, jika kadar turun setelah pengobatan, kemungkinan kanker terkontrol. Pemeriksaan CEA dapat bermanfaat untuk menentukan proses klinis dari karsinoma dan menentukan jika klien telah jatuh sakit kembali dari kanker
Intervensi perawat :
• Tunda pemberian heparin selama 2 hari sebelum pemeriksaan
• Klien tidak perlu pembatasan makanan atau cairan
• Bahan 10 darah vena dalam tabung tertutup hindari hemolisis

4. Alkalin Fosfatase ( ALP ) dengan isoenzim ( serum )
Nilai Rujukan :
Dewasa : 20 – 90 U/L pada 30  C, 25 – 97 U/L pada 37  C
Anak : bayi dan anak usia 0 – 12 tahun : 40 – 300 U/L
13 – 18 tahun : 30 – 165 U/L
Deskripsi :
ALP merupakan enzim yang sebagian besar diproduksi di hati, tulang, usus, ginjal serta plasenta.
Pemeriksaan ini untuk menentukan penyakit hati dan tulang
Untuk membedakan penyakit hati atau tulang adalah isoenzim ALP 1 berasal dari hati dan isoenzim 2 berasal dari tulang
Intervensi perawat :
• Perhatikan obat-obatan yang dapat meningkatkan kadar ALP seperti antibiotic, kolsisin, metildopa, alopurinol, fenotiazid, prokainamid, tolbutamin, isoniazid ( INH ) albumin
• Tunda pemberian obat-obatan yang dapat meningkatkan hasil selama 8 s.d 24 jam
• Bahan 5 – 10 ml darah vena masukkan dalam tabung tertutup hindari hemolisis

5. Aspartat Aminotransferase (AST) Serum, Serum Glutamic oxaloacetic Transaminase (SGOT)
Deskripsi :
AST/SGOT adalah enzim yang sebagian besar terdapat dalam otot jantung dan hati; sebagiannya lagi ditemukandalam otot rangka, ginjal, dan pancreas. Nilai AST serum yang tinggi ditemukan pada IMA dan kerusakan hepar.
Pada penyakit hepar , nilai serum meningkat sampai sepuluh kali atau lebih dan menetap untuk beberapa waktu. Nilai AST serum dan ALT sering dipakai sebagai pembanding.
Masalah Klinis :
Penurunan Kadar : Kehamilan, KAD, beri-beri
Peningkatan Kadar : IMA, nekrosis hepar, pankreatitis akut, GJK, trauma musculoskeletal, ensefalitis, eklampsia.
Obat-obat yang dapat meningkatkan nilai AST :
Anitbiotik, narkotik, vitamin (as. Folat, piridoksin, vitaminA), Antihipertensi (aldomet) teofilin, gol digitalis, kortison, flurazefam (Dalmane), Indometasin (Indosin) isoniazid (INH) , rifampisin, kontrasepsi oral , salisilat, injeksi
intramuskular (IM)
Intervensi perawat
• Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan
• Ambil 5 – 10 mL darah vena dan masukkan kedalam tabung bertutup. Hindari hemolisis. Darah diambil sebelum obat-obat diberikan
• Beri label nama, tanggal dan pemberian obat terakhir.
• Tunda pemberian obat-obatan yang menyebabkan peningkatan AST serum dalam 24 jam sebelum pemeriksaan (Ijin dokter)
• Bandingkan nilai AST dan ALT serum untuk menentukan apakah kerusakan hati yang menyebabkan hasil-hasil pemeriksaan tidak normal

6. Antigen Hepatitis B Permukaan ( Hbs Ag ) Serum, Hepatitis Yang Berhubungan Dengan Antigen (Haa) Tes Antigen Australia
Nilai-Nilai Rujukan
Dewasa : Negatif
Anak : Negatif
Deskripsi.
Pemeriksaan Hbs.Ag dilakukan untuk menentukan adanya virus hepatitis B di dalam darah baik dalam kondisi aktif ataupun sebagai carier, ini secara rutin dilslukan pada darah donor untuk mengidentifikasi adanya hepatitis B antigen. Kira-kira 5% orang dengan penyakit lain selain hepatitis B ( serum Hepatitis ) akan ditemukan hasil pemeriksaan positif .
Pada hepatitis B, antigen dalam serum dapat dideteksi 2 sampai 24 minggu setelah inkubassi virus. HbsAg positif dapat terjadi 2 sampai 6 minggu setelah terpajan penyakit hepatitis.
Pemeriksaan HbsAg tidak mendiagnosis virus hepatitis A. Dua pemeriksaan untuk hepatitis A adalah anti HAV-IgM (indikasi infeksi akut) dan atau HAV-IgG (indikasi setelah pemajanan sebelumnya)
Masalah-masalah Klinins :
Peningkatan kadar (positif) : Hepatitis B, Hepatitis B kronis
Intervensi perawat :
• Ambil 5 – 7 mL darah vena dan masukkan ke dalam tabung bertutup merah
• informasikan kepada klien untuk pengambilan darah ini tidak perlu pembatasan cairan dan makanan
• Tangani specimen darah dengan tehnik steril aseptic.
• Ikuti prosedur isolasi institusi dalam pembuangan alat-alat sekali pakai
• Observasi tanda-tanda dan gejala hepatitis (lemah, anorexia, mual dan muntah, panas, warana urine pekat,dan kuning)
• Anjurkan klien untuk istirahat, diet makanan dan cairan.

7. Analisa Gastric
Hasil normal : puasa : 1-5 mEq/L/jam
Perangsangan : 10-25 mEq/L/jam
Deskripsi :
menilai keasaman sekresi lambung pada keadaan basa (tanpa perangsangan) dan kemampuan sekresi maksimal saat perangsangan
1. analisa lambung basal : sekresi lambung diaspirasi melalui selang nasogastrik setelah periode puasa
2. analisa stimulasi lambung : merupakan lanjutan dari analisa lambung basal. Stimulan lambung diberikan(histolog atau pentagastrin), isi lambung diaspirasi setiap 15-20 mnt sampai beberapa sampel didapat.
Penurunan kadar : anemia pernisiosa, malignansi lambung, atropenik gastritis
Peningkatan kadar : ulkus peptikum / duodenul, sindrom zollinger ellison


Intervensi perawat :
• analisa lambung basal :
 menganjurkan pasien utk puasa 8-12 jam seb pemeriksaan
 menghentikan pemakaian obat antikolinergik, bloker adrenergik, antasida, steroid, alkohol dan kopi
 melepas gigi palsu dan memasang NGT
• analisa stimulasi lambung :
 perawat memonitor tanda-tanda vital, observasi kemungkinan efek-efek samping pemakaian perangsang ( pusing, merah, takikardia, sakit kepala dan penurunan tekanan darah sistolik
8. Gastrin (Serum Atau Plasma)
Hasil normal : dewasa : puasa : <100pg/ml, tdak puasa : 50-200pg/ml
Anak : <10-125pg/ml
Deskripsi :
Gastrin adalah hormon yg disekresi oleh sel-sel G dr mukosa pilorus yg menstimulasi sekresi cairan gaster mis asam hidroklorida (HCL)
Tes ini membantu membedakan antara sindrom Zollinger Ellison dan hipergastinemia karena penyebab-penyebab lain.
Penurunan kadar : vagotomi, hipotiroidisme
Peningkatan kadar : anemia pernisiosa, sindrom zollinger-ellison, neoplasama lambung maligna, ulkus peptikum, gastritis atropik kronik, sirosis hepatik, gagal ginjal akut dan kronis.
Intervensi perawat :
• anjurkan pasien puasa 12 jam seb. Pemeriksaan
• masukan infus kalsium glukonat selama 3-4 jam, ambil darah 10 ml setiap 30-60 mnt slama dinfus
• untuk pemeriksaan sekresi, masukan infuse sekretin selama 1 jam, ambil contoh darah seb pemeriksaan kemudian setiap 15-30 mnt selama 1 jam
1. Albumin ( Serum )

Nilai normal :
Dewasa : 3,5 –5,0 g/dL ; 52 % sampai 68 % dari protein total
- Anak : 4,0 – 5,8 g/dL
Deskripsi :
Albumin di sintesa oleh hepar dan berfungsi untuk meningkatkan tekanan osmotic ( tekanan onkotik ) yang dibutuhkan tubuh untuk mempertahankan cauiran vaskuler. Penurunan albumin mengakibatkan cairan dari pembuluh vaskuler keluar ke jaringan jaringan dan menyebabkan edema.

Intervensi Perawat :
• Perawat memeriksa adanya edema perifeer dan asites bila albumin serum rendah.
• Kaji integritas kulit bila ada edema atau edema anasarka. Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
• Beri makanan tinggi protein ( 50 gram atau llebih tiap hari)

10. Bilirubin (Total, Direk, Indirek)

Nilai Normal :
Dewasa : Total : 0,1 – 0,2 mg/dL
Direk ( terkonjugasi) : 0,0 – 0,3 mg/dL
Indirek ( tak terkonjugasi) : 0,1 – 1,0 mg/dL
Anak : 0,2 – 0,8 mg/dL

Deskripsi :
Bilirubin di bentuk dari pemecahan hemoglobin oleh system retikulo endothelial dan di bawa oleh plasma ke heper. dan di ekskresi oleh empedPeningkatan bilirubin direk atau indirek akibat obstruktif, ekstra hepatic ( oleh batu atau tumor ) atau intrahepatik ( kerusakan sel-sel hepar).
Intervensi Perawat :
• Intruksikan klien untuk tidak makan wortel, selai, atau makanan tinggi lemak sebelum pemeriksaan.
• Periksa bilirubin serum ( total, dan bila hasilnya tinggi periksa nilai bilirubin direk )
• Periksa sclera mata dan ketiak pada ikterik.
• Beri dukungan pada klien dan keluarga.
2. Liver Biopsi :
3. Test yang lain :
1. Gactric Analysis:
2. Fecal Analysis :
3. D-xylose :
4. Duodenal drainage :

7. Diagnosa keperwatan
1. Nyeri : Abdoment acut b/d sekresi gaster, penurunan proteksi mukosa dan iritasi pada saluran cerna
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d malabsorbsi, penurunan nafsu makan, mual dan muntah yang sering
3. Gangguan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang berlebih
4. Diarhe b/d malabsorbsi dan sindrom iritasi bwel kronik atau pengobatan
5. Konstipasi b/d penurunan diit serat, penurunan intake cairan, penurunan aktivitas fisik, bedrest dan pengobatan
6. intoleransi aktivitas

DAFTAR RUJUKAN



Kee, Joyje LeFever, ( 1997), Pemeriksaan laboraturium dan diagnostuk dengan implikasi keperawatan, Alih bahasa, edisi 2, EGC, Jakarta


Lewis, Sharon Mantik et al, ( 2004 ), Medical Surgical Nursing, Vol 2, Mosby Year Book, st. Louis Missouri


Reeves, C J, et al, ( 2001 ), Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Salrmba Medika, Jakarta


Weber anet and Kelly Jane, ( 1998 ), Health Assesment in Nursing, Lippincoth Roven Publisher, Washington Philadelphila

www.com/products/weber/documents/6 Sept 2006

www.ohiou.edu/nursing/CourseDocuments/310_6.do/6 Sept 2006

www.laras-lair.com/nursing/Abdominal.pdf/6 Sept 2006

www.mstc.edu/instructor/mpeters/pdf%20docs/Unit19/6 Sept 2006

http://www.pennhealth.com/ency/article/003893.htmUpdated 9/01/6 Sept 2006

http://www.sgna.org/images/resources/1-3.JPG/6 Sept 2006

http://www.umanitoba.ca/womens_health/nephys.htm/8 Sept 2006

Minggu, 09 Januari 2011

Askep Alzemer

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demensia ( demensia senil, sindroma otak kronis ) lebih merupakan gejala dan bukanlah suatu kondisi penyakit yang jelas. Biasanya bersifat progesif dan ireversibel dan bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan. Ditandai dengan penurunan umum umum fungsi intelektual yang bisa meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran abstrak, pertimbangan dan bahasa, terjadi perubahan keperibadian dan kemampuan menjalankan aktifitas hidup sehari-hari semakin memburuk.
Gejala biasanya tidak jelas pada saat awitan dan kemudian berkembang secara perlahan sampai akhirnya menjadi sangat jelas dan mengganggu. Tiga jenis demensia nonreversibel yang paling sering adalah penyakit Alzheimer, demensia multi infark, dan campuran penyakit Alzheimer dan demensia multi infark.
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit progesif yang ditandai oleh kematian luas neuron-neuron otak terutama didaerah otak yang disebut nukleus basalis. Saraf-saraf dari daerah ini biasanya berproyeksi melalui kemusfer serebrum ke daerah-daerah otak yang bertanggung jawab untuk ingatan dan pengenalan. Saraf-saraf ini mengeluarkan asetikolin, yang penting peranannya dalam membentuk ingatan jangka pendek di tingkat biokimiawi.
Penyakit Alzheimer kadang disebut sebagai demensia degeneratif primer atau demensia senil jenis Alzheimer, dibandingkanmerekan yang meninggal akibat sebab-sebab lain, pada otak pasien yang meninggal akibat penyakit Alzheimer terjadi penurunan sampai 90% kadar enzim yang berperan dalam pembentukan asetikolin, kolin asetiltransferase. Dengan demikian, dengan tidak adanya asetilkolin paling tidak ikut berperan menyebabkan penyakit Alzheimer seperti : mudah lupa dan mengalami penurunan fungsi kognitif. Pada para pengiap penyakit ini, neurotransmitter lain juga tampaknya berkurang.
Penyakit Alzheimer biasanya timbul pada usia setelah 65 tahun dan menimbulkan demensia senilis. Namun penyakit ini dapat muncul lebih dini dan me¬nyebabkan demensia prasenilis. Tampaknya terdapat predisposisi genetik untuk penyakit ini, terutama pada penyakit awitan dini. Pada 1% sampai 10% kasus, biasanya diderita 0 % bayi, angka prevalensi berhubungan erat dengan usia. Bagi individu diatas 65 tahun penderita dapat mencapai 10%, sedang usia 85 tahun angka ini meningkat mencapai 47,2%. Dengan meningkatnya populasi lansia, maka penyakit Alzheimer menjadi penyakit yang bertambah banyak.
Sampai sekarang belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya penyakit ini, tetapi ada 3 teori utama mengenai penyebabnya : virus lambat, proses otoimun, dan keracunan aluminium. Akhir-akhir ini teori yang paling populer (meskipun belum terbukti) adalah yang berkaitan dengan virus lambat. Virus-virus ini mempunya masa intubasi 2 – 30 tahun; sehingga transmisinya sulit dibuktikan. Teori otoimun berdasarkan pada adanya peningkatan kadar antibodi-antibodi reaksi terhadap otak pada penderita penyakit Alzheimer. Teori keracunan aluminium menyatakan bahwa karena aluminium bersifat neuro toksik, maka dapat menyebabkan perubahan neurofibrilar pada otak. Deposit aluminium telah di identifikasi menyertai penyakit ini berbeda dengan yang terlihat pada kercunan aluminium.
B. Perumusan Masalah
Dalam makalah ini, kelompok III mencoba merumuskan masalah sebagai berikut :
A. Pengertian Alzheimer
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinik
E. Penatalaksanaan dan
F. Proses Keperawatan ( menurut Gordon )


BAB II
ISI

A. Pengertian Alzheimer
Penyakit Alzheimer adalah suatu penyakit degeneratif otak yang progresif, dimana sel-sel otak rusak dan mati sehingga mengakibatkan gangguan mental berupa kepikunan (demensia) yaitu terganggunya fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir dan berperilaku. Sebagian besar demensia disebabkan oleh penyakit Alzheimer (60%). Demensia adalah suatu penyakit yang dapat ditatalaksana, dan demensia bukan merupakan bagian normal dari proses penuaan.

B. Etiologi.
Usia dan riwayat keluarga adalah faktor resiko yang sudah terbukti untuk penyakit Alzheimer. Bila anggota keluarga ada yang menderita penyakit ini, maka diklasifikasikan sebagai familiar. Komponen familiar yang non spesifik meliputi pencetus lingkungan dan determinan genetik. Penyakit Alzheimer yang timbul tanpa diketahui ada riwayat familiarnya disebut sporadik. Usaha penelitian intensif saat ini sedang dilakukan untuk mengidentifikasi kromosom dan gen tertentu yang merupakan predisposisi seseorang yang mengalami penyakit ini.

C. Patofisiologi
Tanda dini dari penyakit alzheimer adalah terakumulasinya plak-plak amyloid ( Gambar 2 ) diantara sel-sel saraf otak. Amyloid merupakan bentuk umum dari serpihan protein yang dihasilkan secara normal oleh tubuh, pada otak yang sehat amyloid ini akan dihancurkan dan dieliminasi oleh Beta-Amyloid atau amyloid precursor protein (APP). Namun pada penderita alzheimer amyloid ini akan terakumulasi menjadi padat dan keras sehingga tidak dapat larut.
Selain terakumulasinya amyloid, pada penderita alzheimer terjadi penyusutan dan kekusutan pada sel-sel otak sehingga terbentuk rongga-rongga ( Gambar 1 ) yang berisi cairan cerebrospinal dalam otak hal ini akan mengakibatkan otak kehilangan kempuan memorinya, lambat laun rongga ini akan membesar sehingga kerusakan otak menjadi lebih parah bahkan mengakibatkan kematian bagi penderita alzheimer.


D. Manifestasi klinik
Tahap awal
• Tidak ingat akan kejadian yang belum lama terjadi
• Tidak dapat mengenali sesuatu/benda yang sebenarnya sudah pernah tahu
• Hilang ingatan
• Gangguan emosi seperti depresi, ketakutan
• Lesu, tidak acuh pada aktivitas sekitarnya.
Tahap akhir
• Tidak dapat mengenali saudaranya sendiri
• Berangan-angan
• Sukar berjalan, lama kelamaan berjalan dengan menyeretkan kaki
• Mengalami serangan tiba-tiba (seizures) pada beberapa penderita.
E. Penatalaksanaan
- Pendidikan terhadap pasien dan keluarganya mengenai alat-alat bantu ingatan, diet dan tindakan-tindakan pengamanan mungkin dapat memperlambat perkembangan gejala.
- Pemberian obat cognex untuk memperlambat atau mengembalikan gejala-gejala dini penyakit Alzheimer.

F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian fisik didasarkan pada pengkajian neurologis menunjukkan kemunduran yang progesif dari kondisi fisik dan mental. Keluarga atau orang terdekat melaporkan pasien memperlihatkan penurunan daya ingat ringan, tidak tertarik pada lingkungan, kurangnya perhatian. Bila penyakit menjadi berat, kehilangan daya ingat terhadap hal-hal yang telah lama menjadi tetap masih baik, kepribadian mengalami kemunduran gangguan motorik seperti aproksia menjadi tampak. Pada tahap akhir koordinasi antara tangan dan mata lemah. Control terhadap defekasi dan berkemih hilang, tidak mengenali keluarga lagi, sering terjadi inkoherensi pada bicaranya, langkaah jalannya menjadi atoksis terjadi perubahan emosional secara menonjol. Penurunan berat badan terjadi saat pasien lupa makan, agitasi meningkatkan dan menolak makan.
b. Kaji respon keluarga dan orang terdekat terhadap kondisi pasien dan dampaknya terhadap lingkungan rumah.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan proses berfikir yang berhubungan dengan neuron dan demensia progesif.
2. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan perilaku impulsive, kerusakan pertimbangan, kurang penglihatan dan disfungsi perilaku.
3. Ansietas yang berhubungan dengan kehilangan kognitif dan penurunan daalam konsep diri.
4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan denga kehilangan kognitif.
5. Defisit perawatan diri yang berhubbungan dengan konfusi, kehilangan kognitif dan perilaku disfungsi.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas, kelambatan berpikir dan tidak keseimbangan aktivitas.
3. Intervensi Keperawatan
a. Mendukung Fungsi Kognitif
Karena kemampuan kognitif pasien menurun, maka perawat harus memberikan lingkungan yang kalem dan mudah dikenali yang membantu pasien menginterprtasi lingkungan sekitar dan aktivitasnya. Stimulus lingkungan harus dibatasi dan rutinitas yang biasa diteruskan. Cara berbicara yang tenang, menyenangkan dan dengan memberikan penjelasan jelas dan sederhana, ditambah dengan penggunaan alat Bantu dan isyarat ingatan akan membantu meminimalkann kebingungan dan disorientasi serta memberikan rasa aman kepada pasien.

b. Peningkatan Keamanan Fisik
Lingkungan yang aman akan memungkinkan seseorang bergerak bebas dan meenghilangkan kekhawatiran keluarga yang mencemaskan mengenai keamanan. Untuk menghindari jatuh atau kecelakaan lain, semua sumber berbahaya yang jelas harus dihilangkan. Masukan medikasi dan makanann pasien harus dipantau. Lingkungan yang bebas bahaya memungkinkan pasien mandiri secara maksimal dan memiliki rasa otonomi.
c. Mengurangi Ansietas
Meskipun kehilangan kognitifnya cukup parah, namun ada saat dimana pasien sadar akan cepat menghilangkan segala kemampuannya. Pasien menjadi sangat membutuhkan dukungan emosional yang dapat memperkuat citra diri yang positif.
d. Meningkatkan Komunikasi
Untuk memperbaiki interprtasi pasien terhadap pesan, perawat harus tetap tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan sudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata seringkali telah lupa atau ada kesulitan mengorganisasi dan mengapresiasikan pikiran. Instrukssi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. Kadang pasien dapat menunjuk suatu objek atau menggunakan bahasa non verbal untuk berkomunikasi.
e. Meningkaatkan Kemandirian dalam aktivitas perawatan diri.
Perubahan patofisiologi pada korteks serebri mengakibatkan pasien yang mengalami defisit perawatan diri mencapai kemandirian fisik. Upaya ditujukan untuk membantu pasien memelihara fungsi kemandirian selama mungkin. Memelihara martabat dan otonomi pribadi penting bagi penderita Alzheimer. Dia haarus didorong menentukan pilihan bila diperlukan dan berpartisipasi dalam aktivitas perawatan diri sebanyak mungkin.
f. Meningkatkan Aktivitas Dan Istirahat Yang Seimbang
Kebanyakan pasien Alzheimer menunjukkaan gangguan tidur dan perilaku melamun. Perilaku tersebut terjadi bila pasien merasa bosan, tidak bisa diam, agitasi atau disorientasi, terutama pada suasanan baru dan biasanya pada malam hari. Pasien yang melamun diluar rumah kadang tidak bisa pulang lagi, sehingga beresiko mengalami kecelakaann dan cedera. Bila terjadi gangguan tidur dan pasien tidak bisa tidur maka daapat dibantu dengan musik susu hangat atau garukan punggung dapat membantu pasien agar rileks.
4. Evaluasi
1. Mempertahankan fungsi ingatan yang optimal
2. Memperlihatkan penurunan dalam perilaku yang bingung
3. Dapat bergerak bebas dan mandiri disekitar rumah
4. Mengungkapkan rasa keamanan dan terlindung
5. Mengungkapkan perasaan ketenangan dan kepuasan diri
6. Menunjukan peningkatan kemempuan untuk memahami pesan
7. Menunjukkan kemampuan untuk mengekpresikan diri secara verbal
8. Dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari pada tingkat yang diperkirakan.
9. Mengunngkapkan kesadaran tentang maartabat dan otonomi
10. Tetapkan pola tidur dan istirahat pada jadwal teratur
11. Mengurangi perilaku melamun pada malam hari
12. Menetapkan pola aktivitas pada jadwal yang ditetapkan

5. 11 Pola Fungsi menurut Gordon berkaitan dengan Penyakit Alzheimer
1. Persepsi kesehatan, penatalaksanaan kesehatan
Gejala : Perlu bantuan/tergntung pada orang lain
Tanda : Tidak mampu mempertahankan penampilan, kebiasaan personal yang kurang, kebiasaan pembersihan buruk.
Lupa untuk pergi ke kamar mandi, lupa langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk buang air atau tidak dapat menemukan kamar mandi.
Kurang berminat atau lupa tentang waktu makan; ketergantungan pada orang lain untuk memasak makanan dan menyiapkannya di meja, makan dan menggunakan alat makan.
2. Nutrisi, Pola metabolisme
Gejala : Riwayat episode hipoglikemia ( merupakan faktor predisposisi ).
Perubahan dalam pengecapan, napsu makan, mengingkari terhadap rasa lapar/kebutuhan untuk makan.
Kehilangan berat badan
Tanda : Kehilangan kemampuan untuk mengunyah
Menghindari atau menolak makan ( mungkin mencoba menyembunyikan keterampilan ).
Tampak semakin kurus ( tahap lanjut )
3. Tidur, pola istirahat
Gejala : merasa lelah
Tanda : siang malam gelisah, tidak berdaya, gangguan pola tidur.
Letargi: penurunan minat/perhatian pada aktivitas yang biasa, hobi, ketidakmampuan untuk menyebutkan kembali apa yang dibaca/mengikuti acara program televisi
4. Kognitif, pola perseptual
Gejala : Pengingkaran terhadap gejala yang ada terutam perubahan kognitif, dan atau gambaran yang kabur, diare, pusing atau kadang-kadang sakit kepala.
Adanya keluhan dalam penurunan kognitif, mengambil keputusan, mengingat yang baru berlalu, penurunan tingkah laku.
Tanda : Kerusakan komunikasi: afasia dan disfasia; kesuliatan dalam menemukan kata-kata yang benar ( terutam kata benda ); bertanya berulang-ulang atau percakapan dengan subtansi kata yang tidak memiliki arti; terpenggal-penggal, atau bicaranya tidak terdengar.
5. Persepsi diri, Pola konsep diri
Gejala : Curiga atau takut terhadap situasi atau orang khayalan.
Tanda : menyembunyikan ketidakmampuan ( banyak alasan tidak mampu untuk melakukan kewajiban mungkin juga tangan membuka buku tanpa membacanya ).
Duduk dan menonton yang lain
Aktivitas utama mungkin menumpuk benda tidak bergerak, gerakan berulang ( melipat-membuka liputan-melipat kembali kain ), menyembunyikan barang-barang, atau berjalan-jalan.
Emosi labil : mudah menangis, tertawa tidak pada tempatnya; perubahan alam perasaan (apatis, letargi, gelisah, lapang pandang sempit, peka rangsang); marah yang tiba-tiba diungkapkan (reaksi katastrofik);depresif yang kuat delusi; paranoia lengket pada orang.
6. Peran, pola berhubungan
Gejala : Merasa kehilangan kekuatan
Faktor psikososial sebelumnya; pengaruh personal dan individu yang muncul mengubah pola tingkah laku.
Tanda : kehilangan kontrol sosial, perilaku tidak tepat.
7. Pola eliminasi.
Gejala : dorongan berkemih (dapat mengindikasikan kehilangan tonus otot)
Tanda : Inkontinensia urine/feses; cenderung kostipasi/impaksi dengan diare.
8. Aktivitas Pola latihan
Pada siang hari penderita diberi kesempatan sebanyak mungkin untuk berpartisipasi dalam aktivitas olah raga, karena pola aktivitas dan istirahat yang teratur akan memperbaiki tidur malam.
9. Seksual, pola reproduksi
Gejala : Kelainan seksual dalam keadaan kebingungan dan kesepian
Tanda : dapat merasakan kenyamanan dan kepuasan dengan bunyi dengkur berirama, basahnya lidah hewan peliharaan
Penyakit alzheimer tidak menghilangkan kebutuhan akan keintiman.
10. Koping, Pola toleransi stres
Gejala : Adanya riwayat trauma kepala yang serius (mungkin menjadi faktor prediosposisi/faktor akselerasi)
Trauma kecelakaan (jatuh, luka bakar, dan sebagainya)
Tanda : Ekimosis, laserasi.
Rasa bermusuhan/menyerang orang lain.
11. Kepercayaan dan Keyakinan
Gejala : kepikunan atau kemunduran dalam berfikir merupakan hal yang wajar yang dialami oleh mereka yang memasuki usia lanjut.
Tanda : membiarkan orang lanjut usia dengan keadan demikian ( pikun )

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
Penyakit Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan kelumpuhan yang terutama menyerang orang yang berusia diatas 65 tahun tapi tidak menutup kemungkinan dapat juga menyerang anak-anak, bahkan bayi.
Pasien dengan penyakit Alzheimer mengalami banyak kehilangan neuron-neuron hipokarpus dan korteks tanpa disertai kehilangan parenkim otak, juga terdapat kekusutan neuro fibrilar.
Sampai sekarang penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti.
Pengkajian keperawatan yang dimaksudkan oleh Gordon yaitu 11 pola fungsi mencakup keseluruhannya dari penyakit Alzheimer ini.

B. Saran
 Belum banyaknya kajian tentang Penyakit Alzheimer di Indonesia mengakibatkan minimnya sumber mengenai jumlah pasti masyarakat indonesia yang menderita penyakit Alzheimer.
 Mengajak semua pihak yang menggeluti bidang kesehatan untuk lebih mensosialisasikan penyakit Alzheimer agar pencegahan dini dapa

Sabtu, 01 Januari 2011

ASKEP INTRANATAL

A. Definisi
Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir.
Persalinan adalah pengeluaran bayi disusul dengan plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan ataupun tanpa bantuan.
B. Bentuk
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada 3 bentuk persalinan, yaitu :
1. Persalinan spontan
Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir.
2. Persalinan buatan
Proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar.
3. Persalinan anjuran
Proses persalinan didahului tindakan pemecahan ketuban, pemberian pitocin/prostaglin. Induksi persalinan mekanis menggunakan laminaria stiff, persalinan dengan tindakan operasi.
C. Tanda-tanda sebelum persalinan
- Dua minggu sebelumnya uterus akan tampak menurun karena janin masuk ke pintu atas panggul.
- Ibu hamil mengeluh backache karena tertekannya sakroiliaka yang berhubungan dengan tulang pelvis.
- Nyeri akan lebih kuat, frekuensi sering, uterus berkontraksi.
- Perut akan kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
- Mukosa vagina banyak yang keluar kecoklatan dan bercampur darah serta lendir.
- Servik lebih lunak untuk jalan lahir membran dan dapat ruptur spontan.
D. Tanda-tanda inpartu
- Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
- Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks.
- Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
- Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada.
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
1. Passage ; panggul Tulang panggul terdiri dari sepasang tulang innominata (ilium,iskium,pubis), sakrum dan koksigis. Bidang panggul : pap,bidang tengah panggul dan pintu bawah panggul.
2. Passenger ; fetusa.
a. Berat janin, tapsiran berat janin TFU(cm)-12 x 155
b. Letak, presentasi, posisi
Letak yaitu hubungan sumbu panjang ibu dengan sumbu panjang janin,dimana janinnya bisa melintang atau memanjang. Presentasi yaitu bagian terendah janin yang berada di pap; kepala, bokong, bahu, muka. Posisi yaitu hubungan presentasi dengan kanan kiri ibu.
c. Station yaitu turunnya bagian terendah janin di pap
d. Sinclitismus dan asynclitismus (persentasi janin dalam persalinan)
e. Moulage
3. Power ; kontraksi uterus
a. Teori mulainya persalinan
b. Kontraksi uterus, karakteristik,durasi, intensitas, frekuensi
c. Perubahan uterus selama persalinan,perkembangan semen,pembukaan dan penipisan
serviks.
4. Psikologi
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
b. Persalinan sebagai ancaman pada self-image
c. Medikasi persalinan
d. Nyeri persalinan dan kelahiran
F. Mekanisme persalinan
F. Mekanisme persalinan merupakan proses adaptasi bagian kepala janin terhadap segmen panggul, proses adaptasi tersebut meliputi :
1. Engagement
Merupakan mekanisme yang biasanya dimulai dari pintu atas panggul dimana ubub-ubun kecil terletak di sebelah kiri depan/di sebelah kanan depan, kiri dan kanan berdasarkan ukuran seseorang dari PAP bila digambarkan sebagai berikut :
a. Ukuran pintu atas panggul 10-11 cm
b. Ukuran melintang pintu atas panggul 12-18 cm
c. Ukuran seorang pintu atas panggul 11- 12
2. Descent (turunnya kepala)
Penurunan kepala ini terjadi karena 4 hal, yaitu :
a. Tekanan cairan amnion
b. Tekanan langsung fundus uteri
c. Kontraksi diafragma dan otot perut
d. Ekstensi dan pelurusan badan janin akibat kontraksi uterus
3. Fleksi
Majunya kepala → kepala mendapat tahanan dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul.
4. Putaran paksi dalam
a. Bagian terendah memutar ke depan ke bawah simpisis
b. Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir
c. Terjadinya bersamaan dengan majunya kepala
d. Rotasi muka-belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul
5. Ekstensi
a. Defleksi kepala → SBR mengarah kedepan dan atas
b. Dua kekuatan pada kepala :
- Mendesak ke bawah
- Tahanan dasar panggul menolak ke atas
c. Setelah sub oksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis sebagai hipomoclion → lahir lewat perineum = oksiput, muka, dan dagu
6. Putaran paksi lahir
a. Setelah kepala lahir → kepala memutar kembali ke arah punggung anak
b. Ukuran bahu → muka, bahu
7. Ekspulsi
Bahu depan di bawah simpisis →sebagai hipomoclion → lahir bahu belakang → bahu depan → badan.
G. Adaptasi fisiologis persalinan
1. Adaptasi janin :
• Denyut jantung janin
Pemantauan djj memberi informasi yang dapat dipercaya dan dapat digunakan untuk memprediksi keadaan janin yang berkaitan dengan oksigenasi,djj rata-rata pada aterm adalah 140 denyut / menit,batas normalnya adalah 110 sampai 160 denyut / menit.Pada kehamilan yang lebih muda djj lebih tinggi dengan nilai rata-rata 160 denyut / menit.
• Sirkulasi darah janin
Sirkulasi darah janin dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,diantaranya adalah posisi ibu,kontraksi uterus,tekanan darah dan aliran darah tali pusat,kebanyakan apabila janin yang sehat mampu mengompensasi stres ini,biasanya aliran darah tali pusat tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin.
• Pernafasan dan gerakan janin
Pada waktu persalinan pervaginam 7 sampai 42 ml air ketuban diperas keluar dari paru-paru, tekanan oksigen janin menurun, tekanan karbondioksida arteri meningkat,gerakan janin masih sama seperti masa kehamilan tetapi akan menurun setelah ketuban pecah.
2. Adaptasi ibu :
• Perubahan kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler wanita selama proses persalinan,pada setiap kontraksi 400 ml darah akan dikeluarkan dari uterus dan masuk ke sistem vaskuler ibu,hal ini akan meningkatkan curah jantung sekitar 10% sampai 15% pada tahap pertama persalinan dan sekitar 30% sampai 50% pada tahap kedua persalinan,untuk mengantisipasi perubahan tekanan darah,ada beberpa faktor yang mengubah tekanan darah ibu.Aliran darah yang menurun pada arteri uterus akibat kontraksi dialirkan kembali ke pembuluh darah perifer,timbul tahana perifer,tekanan darah meningkat dan frekwensi denyut nadi menurun.Pada persalinan tahap pertama,kontraksi uterus meningkatkan tekanan sistolik 10 mmHg sedangkan pada tahap kedua sekitar 30 mmHg dan tekanan diastolik sampai 25 mmHg.


• Perubahan pernafasan
Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernafasan,pada tahap kedua persalinan jika ibu tidak diberi obat-obatan maka ia akan memakai oksigen hampir dua kali lipat.
• Perubahan pada ginjal
Pada trimester kedua kandung kemih menjadi organ abdomen,apabila terisi,kandung kemih akan teraba diatas simpisis pubis.Selama persalinan wanita dapat mengalami kesulitan berkemih secara spontan akibat berbagai alasan : edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi,perasaan tidak nyaman dan rasa malu.
• Perubahan integument
Adaptasi sistem integumen jelas terlihat khususnya pada daerah introitus vagina,meskipun daerah itu dapat meregang namun dapat terjadi robekan-robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina sekalipun tidak dilakukan episiotomi atau tidak terjadi laserasi.
• Perubahan musculoskeletal
Sistem ini mengalami stres selama persalinan,nyeri punggung dan nyeri sendi terjadi sebagai akibat semakin renggangnya sendi pada masa aterm,proses persalinan itu sendiri dan gerakan meluruskan jari-jari kaki dapat menimbulkan kram tungkai.
• Perubahan neurologi
Sistem neurologi menunjukkan bahwa timbul stres dan rasa tidak nyaman selama persalinan,perubahan sensoris terjadi saat memasuki tahap persalinan pertama dan masuk ke tahap berikutnya.


• Perubahan pencernaan
Persalinan mempengaruhi sistem saluran cerna ,bibir dan mulut menjadi kering akibat bernafas lewat mulut ,dehidrasi dan sebagai respons emosi terhadap persalinan.selama persalinan motilitas dan absorpsi saluran cerna menurun dan pada waktu pengosongan lambung menjadi lambat,seringkali ada rasa mual dan memuntahkan makanan yang belum dicerna,mual dan sendawa juga terjadi sebagai respons refleks terhadap dilatasi serviks lengkap.
• Perubahan endokrin
Sistem endokrin aktif selama persalinan,awal persalinan dapat diakibatkan penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,prostaglandin dan oksitosin,metabolisme meningkat dan kadar glukosa darah dapat menurun akibat proses persalinan.
H. Proses persalinan
Pada persalinan normal, persalinan dibagi menjadi 4 kala :
1. Kala I ; kala pembukaan serviks.
Proses pembukaan adalah sejak persalinan sampai pada pembukaan serviks lengkap pada primigravida 7-8 jam, terdiri dari 2 fase, yaitu :
a. Fase laten ; berlangsung selama 8 jam sampai pembukaan 3 cm. His masih lemah, dengan frekuensi his jarang.
b. Fase aktif ;
- Fase akselerasi, lamanya 2 jam dengan pembukaan 2-3 cm.
- Fase dilatasi maksimal, lamanya 2 jam dengan pembukaan lebih dari 9 cm sampai pembukaan lengkap. His tipa 3-4 menit selama 45 detik. Pada multigravida proses ini akan berlangsung lebih cepat.
- Fase deselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek.
2. Kala II ; kala pengeluaran
Setelah serviks membuka lengkap, janin akan segera keluar. His terjadi tiap 2-3 menit, lamanya 60-90 detik. His sempurna dan efektif bila ada koordinasi gelombang kontraksi sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri, mempunyai ampitudo 40-60 mmHg, berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu 2-4 menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari 12 mmHg. Pada primigravida kala II berlangsung kira-kira sau setengah jam dan pada multi gravida setengah jam. Tanda obyektif yang menunjukkan tahap kedua dimulai adalah sebagai berikut :
- Muncul keringat tiba-tiba diatas bibir
- Adanya muntah
- Aliran darah ( show ) meningkat
- Ekstremitas bergetar
- Semakin gelisah
- Usaha ingin mengedan
Tanda-tanda ini seringkali muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap. Pemantauan yang kontinyu pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respons fisiologis dan respons emosi ibu serta respons janin terhadap stres.
3. Kala III ; kala uri (kala pengeluaran plasenta)
Berlangsung 6-15 menit setelah janin dikeluarkan. Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir, tujuan penanganan kala III adalah pelepasan dan pengeluaran plasenta yang aman.
4. Kala IV ; pengawasan hingga satu jam setelah plasenta lahir
Kala ini sangat penting untuk menilai perdarahan (maks 500 ml) dan baik tidaknya kontraksi uterus. Hingga lahirnya uri sampai dengan 1-2 jam setelah uri lahir. Tanda kala IV adalah banyaknya darah yang keluar.
Asuhan Keperawatan Intranatal
Kala I
A. Pengkajian
1. Kaji benarnya inpartu
2. Kaji berapa jauh kemajuannya
3. Kaji keadaan ketuban
4. Kaji komplikasi atau resti
5. Kaji respon psikologis
6. Kaji kemajuan persalinan → partogram
a. Pembukaan
b. Penurunan persentasi
c. Moulage
7. Kaji kontraksi
8. Kaji posisi ibu :
a. Awal kala I ; jalan-jalan
b. Pembukaan 6-7 cm ; tidur miring ke kiri setengah duduk
9. Kaji makan dan minum
a. Akhir kala I dibatasi
b. Dianjurkan Bak 2-3 jam sekali
10. Kaji lingkungan tenang dan nyaman
11. Kaji penjelasan sikap empati dan hangat
B. Diagnosa keperawatan
1. Kesulitan penyesuaian diri sehubungan dengan hospitalisasi, belum mengenal lingkungan rumah sakit.
2. Resiko kekurangan cairan sehubungan dengan pembatasan intake cairan.
3. Cemas sehubungan dengan masih asing dengan proses persalinan.
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 sehubungan dengan hiperpentilasi.
5. Perubahan dalam nutrisi sehubungan dengan persalinan yang berlangsung lama.
6. Mekanisme koping kurang efektif sehubungan dengan kelelahan, kurang tidur, dan sesuatu yang tidak diharapkan.
7. Perubahan eliminasi sehubungan dengan bedrest.
C. Intervensi
1. Fetal distress
a. Merubah posisi ibu
b. Meningkatkan kaki → mengurangi hipotensi
c. Menghentikan rangsangan O2
d. Memberikan O2
2. Meningkatkan kenyaman
a. Membantu partisipasi ibu
b. Temukan tujuan ibu
c. Membantu management energy
d. Mengatasi ketidaknyamanan ibu ; ambulasi, posisi, massage, pernapasan, dan relaksasi
3. Suasana dan lingkungan kamar
4. Support, empati
5. Penerangan hal-hal yang mungkin terjadi kepada keluarga
6. Monitor :
a. Letak jantung janin
b. Pengeluaran cairan
c. Pembukaan → kala II
D. Implementasi
1. Mengajarkan pasien/ibu posisi-posisi untuk mengurangi rasa nyeri
2. Memberi selang O2 bila perlu
3. Memberi informasi yang cukup tentang kondisi yang akan dialami ibu
4. Mengajarkan teknik mengejan yang benar dan tepat waktu
5. Memberikan massage untuk kenyamanan dan mengurangi rasa sakit
6. Mengajarkan teknik pernafasan untuk mengurangi kontraksi
7. Lakukan pemeriksaan djj, pengeluaran cairan, dan pembukaan
E. Evaluasi
1. Ibu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit
2. Kebutuhan cairan pasien tercukupi
3. Cemas ringan/berkurang.
4. Kebutuhan oksigen pasien tercukupi
5. Pasien dapat mengejan dengan benar dan tepat waktu
6. Koping individu efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan
7. Rasa nyeri berkurang
Kala II
A. Pengkajian
1. Melanjutkan monitor
a. Detak jantung janin
b. His (respon janin)
c. Pendarahan
d. Air ketuban
2. Tanda dan gejala fisik serta perilaku
3. Meneran dengan benar atau tidak
4. Mekanisme penyesuaian
5. Support person
B. Diagnosa
1. Tidak mampu mengikuti pimpinan persalinan sampai dengan kelelahan , panic, dan amnesia
2. Perubahan konsep diri sehubungan dengan merasa tidak mampu meneran dengan kuat
3. Resiko perlukaan sehubungan dengan posisi ibu yang tidak tepat
4. Perubahan konsep diri pada suami sehubungan dengan tidak mampu mensupport istri
C. Intervensi
1. Cara mengejan dan posisi
2. Dorongan psikososial
3. Persiapan pertolongan persalinan
4. Asepsis dan anti asepsis
5. Faktor psikososial
6. Pertolongan persalinan
D. Implementasi
1. Ajarkan teknik mengejan yang benar
2. Meminta pasien mempraktekkan teknik mengejan yang telah diajarkan
3. Memberikan support dan dukungan agar ibu mampu mengejan dengan baik
4. Memberikan pengarahan dan support pada suami untuk selalu mendampingi pasien
5. Mempersiapkan kebutuhan persalinan
E. Evaluasi
1. Pasien mengatakan mau mengikuti saran dan arahan perawat
2. Klien dapat mengejan dengan baik dan benar
3. Pasien sudah mengerti posisi-posisi yang tepat untuk menghilangkan rasa sakit dan resiko perlukaan
4. Suami dapat selalu mendampingi dan memberikan support pada ibu
Kala III
A. Pengkajian
1. Timbul kontraksi uterus
2. Uterus tampak membundar
3. Terlihat massa introitus
4. Tali pusat lebih menjulur
5. Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap
a. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital
b. Pengkajian jalan lahir
c. Mengkaji factor yang berkaitan dengan atonia
d. Pemberian utero tonika (k/p)
B. Diagnosa
1. Kurang efektifitas mengatasi masalah sehubungan dengan kurang informasi tentang kejadian kala III
2. Perdarahan pervaginaan sehubungan dengan kontraksi uterus yang kurang adekuat
3. Resiko relaksasi uterus sehubungan dengan kandungh kemih panuh
4. Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan luka episiotomy

C. Intervensi
1. Observasi perdarahan, shock, dan tanda vital
2. Observasi bayi dan identifikasi
3. Kaji TFU
4. Identifikasi pengeluaran plasenta
5. Upayakan kontak ibu dan bayi
D. Implementasi
1. Lakukan pencegahan terhadap pendarahan, shock dan lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
2. Lakukan pengkajian TFU untuk mengetahui persentasi dan posisi janin
3. Catat waktu lahir plasenta
4. Tempelkan bayi pada daerah dada ibu setelah bayi sudah keluar
E. Evaluasi
1. Pasien sudah mengerti informasi yang diberikan tentang kala III
2. Perdarahan bisa diatasi dengan baik
3. Rasa nyeri dan sakit berkurang
4. Kontak ibu dan bayi dapat terjalin
Kala IV
A. Pengkajian
1. Kaji status fisiologis ibu
2. Kaji posisi dan tonus uteri
3. Kaji adanya perdarahan pervaginam
4. Kaji kondisi perineum
B. Diagnosa
1. Resiko tinggi injuri sehubungan dengan tonus uteri yang buruk dan perdarahan
2. Gangguan eliminasi urin sehubungan dengan haluaran/ anestesi regional
3. Deficit volume cairan dan eliminasi sehubungan denagn kurangnya intake oral, atonia, uteri, laserasi
4. Nyeri sehubungan dengan trauma perineal
5. Fatigue sehubungan dengan proses persalinan
C. Intervensi
1. Cegah perdarahan
2. Identifikasi perdarahan karena perlukaan
3. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
4. Mencegah penekanan kandung kemih
5. Membantu ibu mengenal pengalamannya
6. Mencatat/melaporkan adanya kelainan
7. Memberikan rasa nyaman dan istirahat cukup
8. Pastikan tidak ada sisa plasenta
9. Luka epis tidak ada hemotom
D. Implementasi
1. Kaji kelainan pada saat proses persalinan atau pada perlukaan
2. Beri cairan infuse untuk mencegah dehidrasi
3. Memberikan dukungan dan support pada ibu
4. Pastikan pasien mendapatkan istirahat yang cukup
E. Evaluasi
1. Perdarahan dapat dicegah dan luka dapat teratasi
2. Pasien dapar BAK dan BAB dengan baik
3. Kebutuhan cairan ibu terpenuhi
4. Kondisi ibu dan bayi baik

PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PERKEMBANGAN AKUNTANSI

I. PENDAHULUAN
Teknologi informasi (TI) turut berkembang sejalan dengan perkembangan
peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan
infrastruktur TI, seperti hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage),
dan teknologi komunikasi (Laudon, 2006: 174). Perkembangan TI tidak hanya
mempengaruhi dunia bisnis, tetapi juga bidang-bidang lain, seperti kesehatan,
pendidikan, pemerintahan, dan lain-lain.
Kemajuan TI juga berpengaruh signifikan pada perkembangan akuntansi.
Perkembangan akuntansi akibat kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu
era bercocok tanam, era industri, dan era informasi. Peranan TI terhadap

perkembangan akuntansi pada tiap-tiap babak berbeda-beda. Semakin maju TI
semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi.
Perkembangan teknologi informasi, terutama pada era informasi berdampak
signifikan terhadap sistem informasi akuntansi (SIA) dalam suatu perusahaan.
Dampak yang dirasakan secara nyata adalah pemrosesan data yang mengalami
perubahan dari sistem manual ke sistem komputer. Di samping itu, pengendalian
intern dalam SIA serta peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan
keuangan juga akan terpengaruh.
Perkembangan akuntansi yang menyangkut SIA berbasis komputer dalam
menghasilkan laporan keuangan akan mempengaruhi praktik pengauditan. Perubahan
proses akuntansi akan mempengaruhi proses audit karena audit merupakan suatu
bidang praktik yang menggunakan laporan keuangan (produk akuntansi) sebagai
objeknya. Kemajuan TI juga mempengaruhi perkembangan proses audit. Kemajuan
software audit memfasilitasi pendekatan audit berbasis komputer.
Akuntan merupakan profesi yang aktivitasnya banyak berhubungan dengan
TI. Perkembangan SIA dan proses audit sebagai akibat dari adanya kemajuan TI dan
perkembangan akuntansi akan memunculkan peluang bagi akuntan. Peluang ini
dapat dimanfaatkan oleh akuntan yang mempunyai pengetahuan memadai tentang
SIA dan audit berbasis komputer. Sebaliknya, akuntan yang tidak mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang SIA dan audit berbasis komputer akan tergusur
posisinya karena tidak mampu memberikan jasa yang diperlukan oleh klien.
Tulisan ini membahas mengenai pengaruh kemajuan teknologi informasi pada
perkembangan akuntansi dan membahas lebih lanjut perkembangan SIA dan

auditing, Selain itu, tulisan ini juga membahas peluang bagi akuntan akibat adanya
perkembangan SIA dan auditing karena kemajuan teknologi informasi.
II. KAJIAN PUSTAKA
1 Teknologi Informasi
TI merupakan salah satu alat manajer untuk mengatasi perubahan (Laudon
dan Laudon, 2006: 14). Definisi TI secara lengkap dinyatakan oleh Martin et al.
(2002: 1), yaitu teknologi komputer yang digunakan untuk memproses dan
menyimpan informasi serta teknologi komunikasi yang digunakan untuk
mengirimkan informasi. Definisi TI sangatlah luas dan mencakup semua bentuk
teknologi yang digunakan dalam menangkap, manipulasi, mengkomunikasikan,
menyajikan, dan menggunakan data yang akan diubah menjadi informasi (Martin
et al., 2002: 125).
Lingkungan teknologi memungkinkan perusahaan untuk memajukan
kinerjanya. TI dan kinerja memiliki hubungan simbiosis. Perkembangan TI yang
terjadi selama ini mencakup perkembangan infrastruktur TI, yakni hardware,
software, data, dan komunikasi (McNurlin dan Sprague, 2002: 11). Menurut
Laudon dan Laudon (2006: 14—15), infrastruktur TI terdiri atas komponen
hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), serta teknologi
komunikasi. Beberapa penulis mengklasifikasikan teknologi storage ke dalam
komponen hardware sehingga komponen TI terdiri atas hardware, software, dan
komunikasi (McLeod dan Schell, 2004: 101—123; Mescon et al., 2002: 213—
219).

2 Akuntansi, SIA, dan Auditing
Akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan
penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam
suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi
tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik (Suwardjono, 2005).
Menurut Bodnar dan Hopwood (2004: 1), sistem informasi akuntansi adalah
kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk
mengubah data keuangan dan data lainnya menjadi informasi yang dikomunikasikan
kepada berbagai pihak pengambil keputusan. Menurut Wilkinson (2000: 27), sistem
informasi akuntansi dalam melaksanakan aktivitas memerlukan elemen yang spesifik
yang bervariasi tergantung pada tingkat otomatisasi sistem informasi akuntansi
tersebut. Menurut Hall (2001: 10), elemen model umum sistem informasi akuntansi
meliputi pengguna akhir, sumber data, pengumpulan data, pemrosesan data,
manajemen database, penghasil informasi, dan umpan balik.
Auditing adalah sebuah proses sistematis yang dilakukan oleh seseorang
yang memiliki kompetensi dan bersikap independen mengenai perolehan dan
penilaian atas bukti secara objektif. Kegiatan ini dilakukan dengan
pengumpulan dan penilaian atas bukti-bukti informasi yang dapat
dikuantifikasikan dan terkait pada suatu entitas ekonomi tertentu berkenaan
dengan pernyataan mengenai tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi.
Tujuan kegiatan auditing ini adalah menentukan tingkat kesesuaian antara
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta untuk
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pelaksanaan audit yang dilakukan pada perusahaan yang belum
menggunakan sistem komputer sebagai alat bantu utama pengolahan data disebut
dengan istilah auditing konvensional. Sebaliknya, untuk perusahaan yang unsur
utama pengolahan datanya telah menggunakan komputer disebut dengan audit PDE
atau EDP audit.
III. PEMBAHASAN
1 Teknologi Informasi dan Perkembangan Akuntasi
Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan perubahan
yang sangat signifikan terhadap akuntansi. Perkembangan akuntansi berdasar
kemajuan teknologi terjadi dalam tiga babak, yaitu era bercocok tanam, era industri,
dan era informasi. Hal ini dinyatakan oleh Alvin Toffler dalam bukunya yang
berjudul The Third Wave (Robert, 1992).
Tonggak sejarah akuntansi dimulai sejak tahun 1494, yaitu ketika Luca
Pacioli memperkenalkan sistem doble entry book keeping. Akan tetapi, praktik
akuntansi sebenarnya sudah ada sejak zaman sebelum itu. Alvin Toffler dalam
bukunya The Third Wave menyatakan bahwa pada tahun 8000 SM yang dinyatakan
sebagai masa bercocok tanam orang sudah mengenal teknologi, informasi, dan
akuntansi.
Pada masa bercocok tanam paradigma terhadap penciptaan kemakmuran
dilakukan dengan mengeksploitasi alam. Orang belum mengenal teknik untuk
mengubah bahan baku menjadi produk. Teknologi pada masa itu masih bersifat fisik
sehingga teknologi informasi masih tertulis dan dikembangkan untuk membuat
catatan akuntansi. Pada masa itu teknologi akuntansi masih sangat sederhana. Karena

lingkungan masih sangat statis dan dapat diprediksi dengan mudah, maka sistem
single entry book keeping sudah dianggap cukup. Dengan sistem ini orang hanya
memerlukan informasi mengenai berapa aset dan utangnya pada suatu saat tertentu.
Orang belum berpikir mengenai berapa perubahan kekayaannya dan apa penyebab
perubahan tersebut.
Tahun 1650 sampai dengan 1955 dinyatakan oleh Alvin Toffler sebagai era
industri. Era ini dimulai dengan terjadinya revolusi industri, yaitu sejak
ditemukannya mesin-mesin industri. Tenaga kerja manusia di dalam pabrik mulai
diganti dengan mesin. Kantong-kantong industri mulai bermunculan dan pertukaran
dengan uang semakin berkembang.
Pada masa ini teknologi akuntansi dengan single entry book keeping sudah
tidak memadai dalam penyediaan informasi akuntansi. Orang mulai memerlukan
informasi mengenai berapa pendapatan yang diperolehnya selama suatu periode
tertentu dan berapa perubahan kekayaan yang dimiliki. Pada era ini sistem doble
entry book keeping mulai diperkenalkan oleh Luca Pacioli meskipun bukan dia
penemu sistem ini. Karena kebutuhan manusia akan informasi semakin kompleks,
maka sistem doble entry book keeping mengalami perkembangan. Mulai dari teknik
pembukuan sampai dengan metode akuntansi yang kompleks seperti akuntansi untuk
inflasi, dana pensiun, leasing, dan lain-lain (Belkaoui, 2000). Pada masa ini sistem
informasi akuntansi di dalam upaya untuk menyediakan informasi, baik kepada pihak
ekstern maupun intern masih dilakukan secara manual hanya dengan bantuan mesin
hitung ataupun kalkultor.
Era informasi dimulai dengan ditemukannya komputer pada tahun 1955. Pada
era ini teknologi informasi sudah menggunakan komputer dan pemrosesan informasi

menjadi lebih cepat, pemrosesan dan penyimpanan informasi menjadi lebih murah,
dan tidak banyak memakan tempat dan waktu.
Salah satu bidang akuntansi yang banyak dipengaruhi oleh perkembangan TI
adalah SIA. Pada dasarnya siklus akuntansi pada SIA berbasis komputer sama
dengan SIA berbasis manual, artinya aktivitas yang harus dilakukan untuk
menghasilkan suatu laporan keuangan tidak bertambah ataupun tidak ada yang
dihapus. SIA berbasis komputer hanya mengubah karakter dari suatu aktivitas.
Model akuntasi berbasis biaya historis tidak cukup untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh perusahaan pada era teknologi informasi (Elliot dan
Jacobson, Gani, 1999). Model akuntansi pada era teknologi informasi menghendaki
bahwa model akuntansi dapat mengukur tingkat perubahan sumber daya, mengukur
tingkat perubahan proses, mengukur aktiva tetap tak berwujud, memfokuskan ke luar
pada nilai pelanggan, mengukur proses pada realtime, dan memungkinkan network.
Perubahan proses akuntansi akan mempengaruhi proses audit karena audit
merupakan suatu bidang praktik yang menggunakan laporan keuangan (produk
akuntansi) sebagai objeknya. Praktik auditing bertujuan untuk memberikan opini
terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan yang dihasilkan oleh SIA. Dengan
adanya kemajuan yang telah dicapai dalam bidang akuntansi yang menyangkut SIA
berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan, maka praktik auditing
akan terkena imbasnya. Perkembangan TI juga mempengaruhi perkembangan proses
audit.
Menurut Arens, terdapat tiga pendekatan auditing pada EDP audit, yaitu audit
sekitar komputer (auditing around the computer), audit melalui komputer (auditing
through the computer), dan audit berbantuan komputer (auditing with computer).

Auditing around the computer adalah audit terhadap penyelenggaraan sistem
informasi komputer tanpa menggunakan kemampuan peralatan itu sendiri,
pemrosesan dalam komputer dianggap benar, apa yang ada dalam komputer
dianggap sebagai “black box” sehingga audit hanya dilakukan di sekitar box tersebut.
Pendekatan ini memfokuskan pada input dan output. Jika dalam pemeriksaan output
menyatakan hasil yang benar dari seperangkat input pada sistem pemrosesan, maka
operasi pemrosesan transaksi dianggap benar.
Ketika organisasi memperluas penggunaan TI mereka pengendalian internal
sering ditanamkan di dalam aplikasi yang hanya terlihat dalam format elektronik.
Ketika dokumen sumber yang tradisional, seperti faktur, pesanan pembelian, arsip
penagihan, dan arsip akuntansi, seperti jurnal penjualan, daftar persediaan, dan lainlain
hanya dalam format elektronik auditor harus mengubah pendekatan audit.
Pendekatan ini sering disebut dengan auditing through the computer. Ada tiga
kategori pengujian dari pengujian strategi ketika mengaudit melalui komputer, yaitu
pendekatan data ujian, simulasi pararel, dan pendekatan modul audit tertanam.
Pada auditing with computer untuk membantu pelaksanaan keseluruhan
program pengauditan digunakan mikro komputer. Auditing with computer
dimaksudkan untuk melakukan otomatisasi terhadap proses pengauditan. Mikro
komputer akan mentransformasi beberapa fungsi audit. Auditing with computer
menggunakan software untuk melaksanakan pengujian terhadap pengendalian intern
organisasi klien (termasuk compliance test) dan pengujian substantif terhadap catatan
dan file klien.
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa auditing with computer mengarah
pada penerapan expert system di dunia pengauditan. Expert system adalah program

komputer yang berciri intensif-pengetahuan yang menangkap keahlian manusia
dalam wilayah pengetahuan yang terbatas. Pada expert system pengetahuan manusia
dimodelkan atau direpresentasikan dalam satu cara yang bisa diproses oleh
komputer. Kondisi-kondisi dalam penyusunan laporan keuangan dieksekusi dalam
konstruksi IF-THEN. Jika kondisi adalah benar (true), maka suatu tindakan
dilakukan.
Standar profesional akuntan publik menyatakan bahwa pekerjaan audit harus
dilakukan oleh seorang auditor atau lebih, yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai seorang auditor. Namun, untuk keperluan EDP audit,
maka auditor yang bersangkutan selain memiliki keahlian audit dan akuntansi juga
harus memiliki keahlian komputer. Lebih-lebih jika auditor akan melakukan audit
yang through dan within the computer.
3.2 Peluang bagi Akuntan
Secara teoretis seorang auditor tidak boleh mendelegasikan tanggung jawab
dalam merumuskan simpulan dan pernyataan opininya kepada pihak lain. Dalam
praktiknya di tengah perkembangan teknologi komputer yang sangat cepat,
maka sulit bagi seorang auditor selain menekuni profesi utamanya di bidang
audit dan akuntansi juga sigap untuk mengikuti perkembangan teknologi dan
ilmu komputer.
Kemajuan TI sempat menimbulkan rasa pesimis pada profesi akuntansi
dan calon profesi akuntansi, terutama yang tidak siap menghadapi tantangan
baru sebagai akibat kemajuan teknologi informasi. Namun, pada akhirnya
terjadi hubungan yang harmonis antara profesi akuntansi dengan teknologi

informasi. Kemajuan teknologi informasi mamberikan peluang baru bagi
profesi akuntan. Peluang baru yang mungkin diraih di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Konsultan Sistem Informasi Berbasis Komputer
Kantor akuntan publik (KAP) yang mempunyai klien yang sudah
merupakan digital firm dituntut mempunyai pengetahuan tentang hardware,
sofware, dan teknologi komunikasi. Akuntan yang terlibat dengan laporan
keuangan seperti itu harus memahami bagaimana transaksi tersebut diproses dan
diamankan melalui elektronik web based system, baik dalam kaitannya dengan
penyusunan maupun audit laporan keuangan untuk memahami struktur
pengendalian intern. Akuntan perlu pengetahuan tambahan untuk memperluas
kompetensi yang dimiliki.
Jasa konsultan sistem informasi berbasis komputer memiliki dua
komponen utama, yaitu komponen teknologi yang meliputi hardware, sofware,
teknologi komunikasi dan komponen jasa advise bisnis yang berkaitan dengan
analisis pengaruh kompetitif sistem informasi dan pengembangan strategi bisnis
yang efektif. Walaupun akuntan pada umumnya kurang memiliki kemampuan
teknologi komputer, tetapi akuntan mempunyai kualifikasi lebih pada komponen
jasa konsultasi bisnis.
Akuntan yang telah memiliki pengetahuan dasar tentang sistem informasi
berbasis komputer akan mampu memberikan jasa konsultasi pada berbagai area
yang meliputi perkembangan ekspektasi bisnis yang realistis, pemilihan ahli
komputer yang kompeten atau ISP, dan pencegahan pemborosan biaya teknologi
yang kompleks.
2. Computer Information System Auditor (CISA)
Karena sedemikian kompleksnya pemrosesan berbasis komputer, maka
auditor khusus seperti Computer Information System Auditor (CISA) menjadi
suatu kebutuhan yang mendesak. CISA harus memiliki kemampuan khusus,
seperti pemahaman mengenai hardware, software, database, teknologi
pengkomunikasian data, serta pengendalian yang berorientasi pada komputer
(Computer Oriented Controll) dan teknik pengauditan
3. Segel Web trust
Web trust adalah sebuah program yang memberikan jaminan menyeluruh
terhadap bisnis melalui internet dengan membangun kepercayaan dan keandalan
dari sebuah website. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh American
Institute of Certified Public Accountans (AICPA) yang bekerja sama dengan
Canadian Institute of Chartered Accountants (CICA). Web trust berusaha
membangun kepercayaan publik atas transaksi lewat internet.
Dilihat dari makin majunya perkembangan teknologi informasi,
khususnya yang berbasis internet maka masa depan web trust boleh dikatakan
cerah. Apalagi semakin tingginya tuntutan masyarakat pengguna internet yang
sangat menginginkan keamanan dan keandalan dalam bertransaksi. Walaupun
saat ini sudah banyak program yang menyediakan segel jaminan, tetapi web trust
mempunyai keunggulan yang bersifat internasional dan didukung oleh organisasi
profesi di beberapa negara. Di samping itu, juga dapat mengadopsi peraturan dan
ketentuan suatu negara untuk diterapkan dalam standar tertentu.
Akuntan publik yang dapat melakukan jasa web trust adalah akuntan
publik yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang. Akuntan yang

mendapat perikatan tersebut akan melakukan penilaian atas prinsip dan kriteria
web trust yang ditetapkan dalam web site tersebut. Jika seluruh proses telah
dijalani sesuai dengan prinsip dan kriteria web trust, maka perusahaan tersebut
dapat menampilkan segel web trust dalam tampilan web site-nya. Segel tersebut
merupakan simbol bahwa telah dilakukan penilaian terhadap suatu web site oleh
akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified) atas
penerapan standar, prinsip, dan kriteria yang sesuai dengan prinsip dan kriteria
web trust. Ketika akuntan publik selesai melakukan penilaian dan memberikan
pendapatnya mereka harus mengerti akan tanggung jawab yang menyertainya
jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Tanggung jawab auditor dalam mengaudit web trust secara umum sama
dengan audit atas laporan keuangan, perbedaannya terletak pada cakupannya.
Walaupun bentuknya berbeda tetapi konsep-konsep yang digunakan dalam audit
web trust sama dengan audit laporan keuangan.
IV. SIMPULAN
Kemajuan teknologi mempengaruhi perkembangan akuntansi. Peranan TI
terhadap perkembangan akuntansi pada setiap babak berbeda-beda. Semakin maju
TI, semakin banyak pengaruhnya pada bidang akuntansi.
Kemajuan TI mempengaruhi perkembangan SIA dalam hal pemrosesan data,
pengendalian intern, dan peningkatan jumlah dan kualitas informasi dalam pelaporan
keuangan. Dengan adanya kemajuan yang telah dicapai dalam bidang akuntansi yang
menyangkut SIA berbasis komputer dalam menghasilkan laporan keuangan, maka
praktik pengauditan akan terkena imbasnya. Perkembangan TI juga mempengaruhi

perkembangan proses audit. Kemajuan audit software memfasilitasi pendekatan audit
berbasis komputer.
Kemajuan teknologi informasi memberikan peluang baru bagi profesi
akuntan. Peluang baru yang mungkin diraih di antaranya adalah konsultan sistem
informasi berbasis komputer, CISA, dan web trust audit.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Randall J.Elder, dan Marks S. Beasleay. 2005. Auditing and
Assurance Services. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Accounting Theory. 4th edition. Thomson Learning.
Bodnar, George H., dan Hopwood Willian S. 2004. Accounting Information System.
9th edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Elliot, Robert K dan PD Jacobson. 1991. “U.S Accounting: A National Emergency”.
Journal of Accountancy. Nopember 1991.
Elliot, K Robert. 1992. “Commentary: The Third Wave Breaks on the Shores of
Accounting”. Accounting Horison. June. pp 61—85.
Gani Venus. 1999. “Perluasan Peranan SIA pada Pelaporan Keuangan di Era
Teknologi Informasi”. Media Akuntansi. No.34/Th.VI/April 1999.
Hall, James A. 2001. Accounting Information Systems. 3th edition. Cincinnati: Shout-
Western College Publishing.
Laudon, K.C., Jane P. Laudon. 2004. Management Information Systems. 8th edition.
New Jersey : Prentice- Hall, Inc.
_______________ . 2006. Management Information Systems. 9th edition. New Jersey
: Prentice- Hall, Inc.
Martin, E.W. , CW Brown, D.W. DeHayes, J.A. Hoffer, dan W.C Perkins. 2002.
Managing Information Technology. New Jersey : Prentice- Hall, Inc.
McLeod, Raymond, George Schell. 2004. Management Information Systems. 9th
edition. New Jersey : Prentice- Hall, Inc.
McNurlin, B.C. dan R.H. Sprague. 2002. Information Systems Management in
Practice. 5th edition. New Jersey : Prentice- Hall, Inc.
Mescon, M.H., C.L. Bovee, dan J.V. Thill. 2002. Business Today. 10th edition. USA:
Bovee & Thill LLC.
Suwardjono. 2005. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.
Yogyakarta: BPFE
Wilkinson, Joseph W. 2000. Accounting Information Systems. 4th edition. New York:
John Wiley & Son.

Dampak Internet

Di era globalisasi sekarang ini, kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya internet. internet merupakan sarana untuk mendapatkan berbagai macam informasi yang dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Internet pada awalnya muncul pada tahun 1969 di AS, yaitu teknologi yang diawali oleh proyek yang dilakukan oleh departemen AS. Proyek yang disebut ARPA ini bertugas untuk melakukan penelitian yang bermanfaat bagi kelancaran dan kemajuan tugas-tugas militer AS, karena berbasis komputer maka dinamakan dengan ARPANET.

Internet adalah sistem informasi global berbasis komputer. jadi, bergaul dengan internet sama juga bergaul dengan komputer. internet tidak akan ada tanpa komputer. Ibarat kapal tanpa nahkoda, kan tidak bisa jalan juga! Begitu juga dengan internet, tanpa adanya komputer kita tidak bisa mengakses internet. Untuk mengakses internet kita hanya membutuhkan seperangkat komputer, modem, dan saluran telepon. Bahkan saat ini tidak perlu mempergunakan jaringan telepon, cukup dengan menggunakan wireless internet. jadi, sangat gampang bukan untuk mengakses internet?

Adapun fasilitas dalam internet yaitu : E-mail (surat elektronik), Bulletin Board System(BBS), File transfer Protocol(FTP), Information Browsing(gopher), Remote Login(Telnet), Advanced Browsing(www), Automated Title search(archie, veronica), Automated content search, dan komunikasi audio dan visual.

Keberadaan internet memberi dampak positif bagi seluruh masyrakat pengguna internet termasuk remaja. Disana mereka bisa dengan cepat mendapatkan informasi, bisa mencarinya dengan menggunakan google atau dengan cara yang lain. Tetapi kebanyakan remaja menggunakan internet untuk mencari teman, chatting, kirim e-mail dan mencari tugas-tugas kuliah atau tugas sekolah. Dikalangan remaja masa kini yang lagi marak-maraknya adalah friendster. Mereka mencari teman melalui frienster dan bisa juga kirim-kirim foto atau lain sebagainya.

Internet bukan hanya untuk mencari informasi saja, akan tetapi dapat digunakan sebagai tempat penjualan barang dan jasa. Penjualan melalui internet ini disebut E-Commerce (electronic commerce). Muncunya istilah ini seiring dengan semakin berkembangnya disiplin ilmu komputer dan internet. E-com ini dapat diartikan sebagai pertukaran barang, jasa, dan atau informasi melalui medium elektronik dengan imbalan uang yang pembayarannya dilakukan dengan menggunakan credit card (kartu kredit). Rentang bisnis melalui internet ini mulai dari pemesanan bunga untuk orang tercinta, jual buku, langganan majalah, sampai pembayaran ribuan rupiah untuk pembelian chip processor yang akan digunakan untuk komputer.

Langkah pertama yang harus dilakukan oleh para pengusaha adalah membuat "homepage" yang akan berfungsi sebagai toko di internet. Melalui homepage ini ia dapat menyebarluaskan informasi mengenai perusahaan, pruduk, dan pelayanan yang di tawarkan. Manfaat dari E-com itu sendiri adalah bisa menurunkan pengeluaran tetap, karena perusahaan bisa menghemat jumlah pegawai, dengan demikian juga pengeluaran untuk gaji dan infrastruktur fisik. Dan sebaliknya, untuk konsumen E-com menawarkan kenyamanan lebih besar dan pilihan lebih banyak untuk barang dan jasa yang akan dibeli dengaan harga lebih baik.

Selain dampak positif, internet juga bisa memberi dampak negatif bagi kalangan masyarakat khususnya remaja. Misalnya para remaja membuka situs-situs porno di internet. Itu merupakan salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Disana mereka bisa melihat gambar-gambar porno, adegan-adegan yang bisa menggoyahkan iman manusia, dan itu semua dapat merusak moral para remaja yang merupaka generasi penerus bangsa.
Selain itu, dampak buruk dari internet itu adalah timbul berbagai macam kejahatan. Diantaranya adalah pencurian uang di Bank melalui internet, dan biasanya orang yang ahli di bidang itu disebut Hacker. Perbuatan kriminal tersebut sulit untuk di deteksi karena mereka menggunakan taktik sendiri dan kode-kode tertentu dalam pelaksanaan misi mereka. Dan itu semua tidak dapat diketahui pihak lain. Pembobolan Bank ini dapt merugikan negara karena jumlah yang diraut bukan hanya jutaan rupiah, melainkan trillyun rupiah. Contoh kejahatan lain adalah penipuan undian berhadiah. Dan masih banyak lagi tindak kriminal yang dilakukan melalui internet.